Jejak Jenderal Gagah Senior, Pernah Jadi Ajudan Presiden Soeharto Kini Penasihat Khusus Prabowo
Nama Jenderal Wiranto sudah tak asing di telinga masyarakat Indonesia.
Presiden Prabowo Subianto resmi melantik Jenderal TNI (Purn) Wiranto sebagai Penasihat Khusus Presiden Bidang Politik Keamanan pada Selasa (22/10). Dengan demikian, Wiranto kini resmi bergabung dalam Kabinet Merah Putih 2024-2029.
Nama Jenderal Wiranto sudah tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, pria kelahiran Yogyakarta 4 April 1947 pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto periode 1989 hingga 1993.
Karir Wiranto dimulai setelah lulus dari Akademi Militer (Akmil) pada 1968. Dia kemudian menjabat sebagai ajudan Presiden Soeharto sejak 1989 hingga 1993. Setelah menjadi ajudan Presiden-2, karir militernya semakin melejit.
Wiranto tercatat pernah menjabat sebagai Kepala Staf Kodam Jaya pada 1994, Pangkostrad 1996, dan Kepala Staf Angkatan Darat pada 1997.
Sebagai seorang tentara, Wiranto memiliki segudang pengalaman, terlebih ketika menjabat sebagai Panglima, saat keadaan Bangsa Indonesia mengalami krisis, dan terjadi kerusuhan di mana-mana. Pergolakan politik pada waktu itu bahkan membuat Presiden ke-2 Soeharto mengundurkan diri dari pucuk pimpinan setelah menjabat lebih dari 32 tahun.
Tak hanya itu, Sang Jenderal bahkan pernah menduduki jabatan Menteri Keamanan (Menhankam) sejak Kabinet Pembangunan VII tahun 1998 hingga Kabinet Reformasi Pembangunan pada masa kepresidenan Habibie.
Kemudian, pada masa pemerintahan Presiden ke-4, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Wiranto ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menkopolkam) 1999-2000.
Karir Politik
Setelah pensiun dari dunia militer, Wiranto kemudian terjun ke dunia politik dengan bergabung ke Partai Golongan Karya (Golkar).
Saat berada di partai pohon beringin, pria yang sempat menduduki jabatan sebagai Ketua Umum Federasi Karate Do Indonesia (FORKI) mengikuti Konvensi Nasional untuk maju sebagai calon presiden.
Pada Konvensi Nasional tersebut, Wiranto akhirnya menang dan maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2004 mewakili Partai Golkar berpasangan dengan Salahuddin Wahid.
Sayangnya dalam pertarungan politik tersebut, Wiranto gagal keluar sebagai pemenang. Lalu, selang dua tahun Wiranto kemudian mendeklarasikan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pada tahun 2006.
Dia kemudian maju sebagai cawapres dalam Pilpres 2009 berpasangan dengan Jusuf Kalla, dan kembali kalah oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono.
Saat Pilpres 2014 yang kemudian dimenangi oleh pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Hanura yang dipimpin Wiranto memberikan dukungan pada mereka.
Dua tahun berselang, Presiden Ke-7 Joko Widodo akhirnya memilih Jenderal (Purn) Wiranto sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan mengganti Luhut Binsar Pandjaitan dalam reshuffle Kabinet Kerja yang kedua.
Pada periode kedua kepemimpinan Presiden Jokowi, Wiranto dipercayakan menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Presiden hingga akhir masa jabatan pada 20 Oktober 2024.
Kini Jenderal dengan segudang prestasi kembali mengemban amanah baru dari Presiden Prabowo Subianto yang secara resmi telah melantik mantan atasannya sebagai Penasihat Khusus Presiden Bidang Politik dan Keamanan.
Reporter Magang : Maria Hermina Kristin