5 Fakta Wisata Glow di Kebun Raya Bogor, dari Inovasi Eduwisata hingga Tuai Kritikan
Program wisata Glow atau pengenalan tanaman melalui atraksi cahaya yang ditawarkan pengelola Kebun Raya Bogor menuai kontroversi.
Program wisata Glow atau pengenalan tanaman melalui atraksi cahaya yang ditawarkan pengelola Kebun Raya Bogor menuai kontroversi. Kegiatan yang rencananya dilakukan pada malam hari tersebut, dianggap berpotensi mengganggu kelangsungan hidup sejumlah biota malam yang ada di area konservasi.
Menanggapi kabar ini, Kepala Konservasi Mitra Kebun Raya Bogor Junaedi menjelaskan, program Glow hanya dilangsungkan di area tumbuhan yang memerlukan cahaya di malam hari, bukan di seluruh wilayah.
-
Apa yang terjadi pada sapi Presiden Jokowi di Blora? Tampak sapi tersebut mengamuk saat akan disembelih Dalam video yang diunggah akun YouTube Liputan6, tampak saat akan disembelih, muka sapi itu ditutup dengan sebuah kain. Diketahui, sapi tersebut mengamuk saat warga berupaya menjatuhkannya untuk kemudian disembelih.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa yang memperkenalkan asinan Bogor? Mengutip Youtube Trans7 Official, kehadiran asinan di Bogor sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Ketika itu makanan ini dikenalkan oleh seorang Kapiten Tionghoa bernama Tan Goan Piaw.
-
Kenapa Bogor disebut Kota Hujan? Karena jumlah milimeter air yang tercurah berada di atas angka 2.000, maka bisa dipastikan jika intensitas air hujan bisa terus turun sepanjang tahun. Ini yang membuat Bogor masih diselingi kondisi hujan saat musim kemarau karena jumlah kandungan air di awan yang tinggi.
-
Apa yang keluar dari sumur di Bogor? Beredar di media sosial semburan gas bercampur air di lahan belakang bangunan kontrakan, Kampung Leuwi Kotok, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10).
"Untuk deskripsi pohon pun kita bekerja sama dengan peneliti sebetulnya, jadi kita tidak asal menulis, peneliti kan lebih mengetahui," jelas Junaedi, Melansir Antara Kamis (7/10).
Mengenalkan Tanaman melalui Cahaya
©2021 Youtube Liputan6 SCTV / Merdeka.com
Junaedi mengatakan, program wisata Glow tidak dilangsungkan setiap hari, tapi hanya di akhir pekan saja. Pelaksanaannya pun tidak di semuau tempat, tapi hanya di lima rute, yakni dari pintu masuk ke Taman Pandan, Meksiko, Taman Akuatik, Lorong waktu di Wilayah Kenari II, dan Taman Astrid.
Nantinya, pengunjung bisa melihat tanaman yang disinari cahaya, dan akan ditampilkan nama sesuai jenisnya. Untuk menyaksikan penjelasan detail, bisa diakses secara digital menggunakan QR barcode. Penamaan pohon secara digital itu disebut sebagai KTP pohon.
Wisata Glow akan menampilkan setiap tanaman yang memiliki keunikan di masing-masing. Dalam informasi itu juga, akan ditampilkan manfaat dan cara merawatnya.
Sebagai Bahan Penelitian Baru dan Edukasi
Menurut Junaedi, program Glow berpeluang sebagai bahan penelitian baru terkait aspek-aspek cahaya terhadap tumbuhan.
Melansir laman greeners Kamis (7/10), Direktur Sales dan Marketing PT Mitra Natura Raya, Micahel Bayu menjelaskan, atraksi cahaya Glow merupakan bagian dari cara pengenalan tanaman dari penemuan yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sebagai upaya edukasi.
“Glow ini hanya kemasannya saja. Intinya ini merupakan bagian dari cara pengenalan dan edukasi, atas kerja keras yang dilakukan oleh BRIN di Kebun Raya Bogor,” kata Bayu
Tuai Kritikan 4 Mantan Kepala Kebun Raya Bogor (KRB)
©2021 Youtube Liputan6 SCTV / Merdeka.com
Sebelumnya, empat mantan kepala Kebun Raya Bogor (KRB) mengkritisi program atraksi cahaya buatan Glow di area konservasi tanaman Kebun Raya Bogor karena dianggap berpotensi mengganggu kelangsungan biota malam.
Keempatnya ialah mantan Kepala Kebun Raya Bogor periode 1983-1987 Usep Soetisna, periode 1990-1997 Suhirman, periode 1997-2003 Dedy Darnaedi dan periode 2003-2008 Irawati yang menyampaikan kritik melalui surat terbuka.
"Berdasarkan pengamatan kami, dan adanya masukan dan keluhan melalui media sosial dari berbagai lapisan masyarakat, kami merasa berkewajiban untuk meneruskannya kepada pimpinan yang secara struktur erat dengan tata kelola Kebun Raya Indonesia saat ini," tulis mantan petinggi KRB dalam sebuah surat terbuka, yang dikeluarkan Senin 27 September 2021.
Atraksi Glow Ditunda
©2021 Youtube Liputan6 SCTV / Merdeka.com
Menindak lanjuti kritik dari mantan petinggi KRB dan masukan dari masyarakat, Pemerintah Kota Bogor melalui Wakil Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim mengatakan, pelaksanaan atraksi Glow masih menunggu kajian dari IPB dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Menurut Deddie, penundaan tersebut sesuai arahan dari Wali Kota Bima Arya Sugiarto. Pemerintah kota memilih untuk menunggu hasil dari pakar.
"Makanya diperkuat kajiannya, disampaikan ke masyarakat, Kita menunggu lah, kan kewenangannya ada di pemerintah pusat," katanya, pada Rabu (6/10).
Disebut Perlu Dikenalkan ke Masyarakat
Deddie meminta kepada pengelola gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tak menimbulkan kontroversi, sehingga maksud, tujuan serta jangkauan program di area konservasi jelas.
Menurutnya, setiap kebijakan konservasi maupun wisata di Kebun Raya Bogor pasti melalui kajian para ahli, sehingga dibutuhkan penyampaian informasi agar tak bertentangan dengan marwah Kebun Raya Bogor.
"Yang kedua kami minta ada langkah-langkah komprehensif untuk menyampaikan ke masyarakat agar tidak terjadi miskomunikasi, misalnya apa benar kegiatan Golw itu di seluruh Kebun Raya atau hanya sebagian," jelasnya.