Bolehkah Puasa Syawal Digabung dengan Puasa Bayar Hutang? Begini Penjelasannya
Seseorang yang memiliki uzur sehingga memberatkannya untuk berpuasa Ramadan, boleh tidak berpuasa namun wajib mengqadhanya di lain waktu. Di sisi lain, setelah Ramadan ada bulan Syawal dengan amalan puasa sunnah 6 harinya. Bolehkah menggabungkan dua niat puasa tersebut?
Bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang? Ketika seseorang sedang sakit, yang sakitnya dapat memberatkannya untuk berpuasa, atau wanita hamil dan menyusui, yang khawatir dengan keselamatan anaknya, atau seorang musafir, maka mereka diperbolehkan untuk tidak berpuasa di bulan Ramadan.
Namun, ibadah puasa Ramadan yang mereka tinggalkan, wajib diganti atau diqadha di luar bulan Ramadan, sesuai dengan jumlah hari puasa yang mereka lewatkan. Puasa bayar hutang ini dapat dimulai di bulan setelah Ramadan, yaitu Syawal.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Kapan Rafathar potong rambut? 3 Namun, ternyata Raffi dan Nagita ingin anak mereka tampil berbeda menjelang Hari Raya Idul Fitri yang tidak lama lagi.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
-
Apa itu jamak taqdim? Jamak Taqdim yaitu menggabungkan dua sholat dengan cara mengerjakannya di waktu sholat yang pertama.
Namun, di bulan Syawal sendiri ada amalan sunnah yang juga dianjurkan untuk dikerjakan. Puasa Syawal yang dianjurkan dikerjakan selama enam hari, memiliki keutamaan yang baik terlebih jika dikerjakan setelah selesai puasa Ramadan.
Dari Abu Ayyub Al-Anshary radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang melakukan puasa Ramadhan lantas ia ikutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu, muncul pertanyaan, bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang?
Permasalahan tentang bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang ini memang kerap menjadi dilema selepas Ramadan.
Dalam artikel berikut, kami akan menjelaskan tentang permasalahan bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang yang dilansir dari rumaysho.com.
Menggabungkan Puasa Syawal dan Qadha Puasa
Qadha puasa hukumnya wajib dan kita dianjurkan untuk segera menunaikannya setelah Ramadan. Sedangkan puasa Syawal hukumnya sunnah sehingga derajatnya lebih rendah dibanding qadha puasa. Namun, puasa Syawal hanya dapat dikerjakan di bulan Syawal.
Lalu, bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang?
Dikutip dari fatwa Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts wal Ifta’ (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) tentang bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang, maka jawabannya "Tidak boleh melakukan puasa sunnah dengan dua niat sekaligus yaitu dengan niat qodho’ puasa dan niat puasa sunnah.”
Karena memang tidak bisa menggabungkan dua niat antara yang wajib dan yang sunnah. Seperti yang kita tahu bahwa qadha puasa Ramadan adalah hal yang wajib dan puasa Syawal adalah ibadah sunnah.
Hal ini sebagaimana salat qobliyah subuh dua rakaat yang tidak mungkin digabungkan niatnya dengan salat subuh wajib dua rakaat. Ingat pula ketika berpikir bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang, bahwa amalan wajib memiliki pahala lebih besar dari amalan sunnah.
Qadha Puasa atau Puasa Syawal Terlebih Dulu
Selain permasalahan tentang bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang, dilema lain yang sering membuat umat Islam bingung adalah pengerjaan antara qadha puasa dan puasa Syawal, mana yang lebih dulu. Terlebih bagi wanita yang mengalami haidh saat Ramadan sehingga mesti mengqadha puasa, dan di bulan Syawal pun kemungkinan juga bisa mendapati haidh kembali.
Dalam hal ini, para fuqoha berselisih pendapat. Ada yang mengatakan boleh untuk puasa sunnah sebelum qadha puasa, ada yang mengatakan boleh namun disertai makruh ketika mendahulukan puasa sunnah dari qadha, dan ada yang mengatakan tidak boleh mendahulukan puasa sunnah sebelum mengqadha puasa.
Namun yang perlu diketahui bahwa waktu mengqadha puasa juga amat panjang, yaitu sampai Ramadan berikutnya. Allah Ta’ala berfirman,
“Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185).
Kemudian ada pula hadis dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
“Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban.” Yahya (salah satu perowi hadits) mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk mengurus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pendapat terkuat dalam masalah ini adalah bolehnya melakukan puasa sunnah sebelum menunaikan qadha puasa selama waktu qadhanya masih longgar. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Inilah pendapat terkuat dan lebih tepat (yaitu boleh melakukan puasa sunnah sebelum qodho’ puasa selama waktunya masih lapang). Jika seseorang melakukan puasa sunnah sebelum qodho’ puasa, puasanya sah dan ia pun tidak berdosa.”
Pahala Puasa Syawal
Disebutkan jika balasan bagi orang yang berpuasa enam hari Syawal setelah bulan Ramadan sama seperti berpuasa setahun penuh. Namun untuk mendapatkan pahala puasa setahun penuh itu, Anda perlu menyempurnakan puasa Ramadan terlebih dahulu.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa mempunyai qodho’ puasa di bulan Ramadhan, lalu ia malah mendahulukan menunaikan puasa sunnah enam hari Syawal, maka ia tidak memperoleh pahala puasa setahun penuh. Karena keutamaan puasa Syawal (mendapat pahala puasa setahun penuh) diperoleh jika seseorang mengerjakan puasa Ramadhan diikuti puasa enam hari di bulan Syawal. Dalam kondisi tadi, ia tidak memperoleh pahala tersebut karena puasa Ramadhannya belum sempurna.” (Lathoif Al Ma’arif, Ahmad bin Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islami).
Ibnu Rajab rahimahullah kembali menjelaskan, “Barangsiapa mendahulukan qodho’ puasa, setelah itu ia melakukan puasa enam hari Syawal setelah ia menunaikan qodho’, maka itu lebih baik. Dalam kondisi seperti ini berarti ia telah melakukan puasa Ramadhan dengan sempurna, lalu ia lakukan puasa enam hari Syawal. Jika ia malah mendahulukan puasa Syawal dari qodho’ puasa, ia tidak memperoleh keutamaan puasa Syawal. Karena keutamaan puasa enam hari Syawal diperoleh jika puasa Ramadhannya dilakukan sempurna.”
Jadi, jika mendahulukan puasa enam hari Syawal dari qadha puasa, maka puasanya tetap sah, namun pahala puasa setahun penuh tidak diperoleh karena puasa Ramadannya belum sempurna. Jika ingin mendapatkan pahala sempurna seperti berpuasa setahun penuh, maka lebih baik dahulukan qadha puasa daripada puasa sunnah enam hari di bulan Syawal.
(mdk/ank)