Geger Aliran Hakdzat di Pandeglang, Ajarkan Salat Menghadap Empat Mata Angin
Sebuah aliran kepercayaan belakangan menggegerkan masyarakat di Kampung Cimenteng, Desa Tamanjaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. Pasalnya, ajaran mirip agama Islam tersebut melakukan praktik ibadah yang dianggap menyimpang. Para pengikutnya diketahui diajarkan salat dengan menghadap ke 4 arah mata angin.
Sebuah aliran kepercayaan belakangan menggegerkan masyarakat di Kampung Cimenteng, Desa Tamanjaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Pasalnya, ajaran kepercayaan yang mirip agama Islam tersebut melakukan praktik ibadah yang dianggap menyimpang. Para pengikutnya diketahui diajarkan salat dengan menghadap ke empat arah mata angin.
-
Bagaimana para jawara Banten mendapatkan kekuatannya? Kekuatan magis yang dimiliki para jawara ini bersumber dari para kiai melalui bimbingan khusus. Ilmu-ilmu yang dimanfaatkan untuk memukul mundur penjajah di antaranya brajamusti, kanuragan, dan ilmu kebal.
-
Apa saja yang ditemukan di Situs Banten Girang sebagai bukti peradaban di masa lampau? Di area tersebut terdapat kompleks bangunan, arca hingga makam dari tokoh agama yang cukup berpengaruh kala itu.
-
Kenapa Banten disebut tanah jawara? Para jawara berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten. Para kiai ini memiliki dua kategori murid, yang pertama adalah para santri yang terus masif menyebarkan agama Islam untuk mengusir penjajah. Lalu murid kedua adalah para jawara yang fokus menangani perlawanan secara fisik dan spiritual.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
Saat dikonfirmasi wartawan, Camat Sumur, Heru, mengaku sebelumnya mendapat laporan dari warga yang resah akan keberadaan aliran yang dipimpin oleh tiga orang warga bernama Misran, Karyati, dan Abah Sahim ini.
“Iya benar, salat sunah yang mereka laksanakan berbeda, yakni mengikuti arah empat mata angin," ujar Heru, mengutip dream.co.id, Senin (4/10),
Tak Menggunakan Rukuk
Mantan pengikut aliran Hakdzat di Pandeglang ©2021 Dream.co.id/Merdeka.com
Heru mengatakan, tata cara salat yang dilakukan oleh para pengikut aliran Hakdzat dinilai menyimpang. Selain tidak menghadap kiblat secara tetap, mereka juga tidak melakukan salat sesuai tuntunan yakni menggunakan rukuk.
Namun Heru menjelaskan, tata cara ibadah demikian hanya dilakukan dalam kegiatan salat sunnah. Dan untuk tata cara salat fardu mirip dengan salat lima waktu yang diajarkan Islam.
"Salatnya pun tidak ada rukuk, langsung sujud. Bacaan takbir yang digunakan sesuai dengan kepercayaan mereka, tapi kalau salat fardlunya sama dengan ajaran Islam.” terang Heru kepada wartawan.
Pengikut Berjumlah 40 Orang
Berdasarkan keterangan dari para warga yang didapat Heru, diketahui jumlah pengikut ajaran Hakdzat saat ini berjumlah 30 sampai 40 orang. Heru mengungkapkan, kebanyakan para pengikut aliran masih memiliki hubungan keluarga.
Untuk saat ini, puluhan pengikutnya sudah diketahui oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pandeglang beserta sejumlah institusi keagamaan lainnya, sehingga para anggota sudah mendapat pembinaan.
"Yang tercatat ada sekitar 30 sampai 40 orang, mereka itu memang mayoritas satu keluarga, tapi sekarang sudah dibina" kata dia.
Sudah Beribadah Sesuai Tuntunan Islam
Heru menambahkan, pembinaan sendiri sudah dilakukan sejak satu tahun lalu. Menurut dia ajaran ini mendapatkan perhatian dari para petinggi institusi keagamaan seperti Abuya KH Muhtadi, MUI, kecamatan maupun Bakor Pakem.
Saat ini pembinaan para pengikut aliran sudah berjalan dengan baik. Para jemaah aliran Hakdzat sudah kembali menjalankan salat serta ibadah lainnya sesuai tuntunan Agama Islam.
"Sekarang sudah pulang ke rumahnya masing-masing," tandas Heru.