Inspiratif, Mantan Sopir di Garut Sukses Budi Daya Bibit Sayur & Beri Ilmu ke Pelajar
Tingginya angka kebutuhan sayur membuatnya tertarik untuk menekuni bidang pembibitan berbagai jenis sayur. Menurutnya, tingkat kebutuhan akan sayuran tak akan berkurang, mengingat angka kegunaan yang disebut mirip seperti sembako.
Asep Nunu (56) terus membagikan semangatnya dalam menggeluti usaha di bidang pertanian. Ia diketahui sudah puluhan tahun dikenal sebagai petani bibit yang sukses di Kabupaten Garut, dengan merek dagang unggulnya Asep Bibit.
Menurut Asep, ketekunan di tengah peluang bisnis industri pertanian yang sedang naik daun membuatnya mampu meraup cuan dari yang mulanya hanyalah sebagai seorang sopir mobil sayuran.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Bagaimana kabar terbaru dari seleb dadakan yang meredup? Meskipun popularitas mereka meredup, beberapa dari mereka tetap aktif di media sosial dan masih memiliki pengikut yang setia. Namun, sebagian lainnya * * * * * Kelima seleb dadakan ini viral karena keunikan mereka, baik dari gaya bicara, penampilan, atau konten yang mereka buat. Namun, popularitas mereka yang meredup bisa disebabkan karena kurangnya konten yang menarik, kejenuhan publik, atau munculnya tren baru.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
“Dulu saya mengawali semuanya dikerjakan berdua bersama bu haji (istrinya),” ujar dia sambil menoleh ke istrinya yang saat itu tengah berkutat dengan alat pertanian di Kecamatan Pasirwangi, Garut, Jawa Barat, melansir dari Liputan6 (30/8)
Di kesempatan itu, Asep mengaku memulai semuanya dari nol hingga sekarang kebunnya menjadi laboratorium pendidikan bagi pelajar hingga mahasiswa.
Bermula Dari Tingginya Kebutuhan Sayuran
©2021 Liputan6/ Merdeka.com
Tingginya angka kebutuhan sayur membuatnya tertarik untuk menekuni bidang pembibitan berbagai jenis sayur. Menurutnya, tingkat kebutuhan akan sayuran tak akan berkurang, mengingat angka kegunaan yang disebut mirip seperti sembako.
Profesi bertani bibit sayuran juga dianggap Asep tak memiliki kerumitan berarti mengingat proses penanamannya tidak menghabiskan area lahan yang cukup luas. Kebutuhan petani terhadap bibit sayuran pun selalu tinggi, hingga pihaknya mampu menjual hingga tiga juta bibit dalam kurun waktu satu tahun.
“Kalau sayuran istilahnya hampir sama dengan sembako (kebutuhan pokok), pasti ada saja petani yang membutuhkan bibit untuk bertani,” kata dia.
Kreatif di Tengah Kekurangan
Asep mengenang, rintisan menjadi petani sukses di sektor pembibitan tanaman memang tidak mudah. Semenjak dirinya menjadi sopir bak pengangkut sayuran ke wilayah kota besar, ia mencoba berpikir untuk terjun langsung di sektor pertanian.
Ia mengaku, di awal uji coba usahanya ia tak memiliki banyak modal dan hanya mengandalkan lahan seluas lima tumbak atau 70 meter persegi.
"Waktu itu saya bertekad memulai menanam bibit tanaman kol di area lahan milik keluarga, sebagian milik mertua sebagian lagi milik kakak ipar,” kata dia.
Untung Awal Rp20 ribu
Sebagai seseorang dengan memulai usahanya secara otodidak Asep mengaku langsung mendapat rezeki luar biasa. Menurutnya, hasil penanaman perdana saat itu (tahun 1990-an) dianggap memuaskan dengan hasil panen bibit sebanyak 120 ribu ukuran 1 cm, dari sekitar 2 ons bibit yang ditanam.
Dari hasil tersebut ia justru terpacu untuk terus mengembangkan tanaman bibit lainnya, dengan dorongan kuat dari istri, anak serta keluarga besarnya di tengah berbagai keterbatasan pengetahuan yang dimiliki.
Kini, setelah puluhan tahun berlalu ia berhasil memetik hasil manis usaha yang sejak puluhan tahun silam itu ia geluti. Sampai tahun ini, setidaknya ia sudah memiliki belasan pegawai tetap di area tanaman. Area luasan lahan yang ia garap juga terus bertambah.
“Selain diserap petani lokal, produk bibit sayuran kami kadang dikirim ke Bogor, Majalengka, Sumedang, termasuk Tasik yang cukup dekat dengan Garut,” kata dia.
Dijadikan Tempat Praktikum Pelajar dan Mahasiswa
©2021 Liputan6/ Merdeka.com
Selain dijadikan sebagai tempat produksi sejumlah bibit sayuran, lokasi kebun milik Asep pun sekarang kerap didatangi pelajar hingga mahasiswa untuk mempelajari budidaya bibit tanaman.
“Ada dari kampus lokal, termasuk kampus nasional pernah belajar di sini,” ujar dia tanpa merinci nama kampus dan institusi yang pernah mendapatkan bimbingannya.
Bagi Asep Bibit, selain menghasilkan cuan rupiah yang terbilang besar, kesuksesannya dalam budi daya bibit tanaman sayuran diharapkan mampu menginspirasi yang lain termasuk generasi milenial untuk bertani.
“Mohon maaf, jika dibanding dengan PNS, mendingan mencoba bertani, insya allah hasilnya tidak kalah besarnya, asal tekun yang membutuhkan bibit sayuran banyak,” kata dia.
Harga Bibit Sayur yang Dijual Asep
Asep menambahkan, saat ini sudah ada sekitar 10 jenis bibit tanaman sayuran yang berhasil dikembangkan seperti kol, burkol, ragam jenis bibit tanaman cabai mulai keriting, cabai inul atau rawit, terong, tomat dan lainnya.
Untuk harga yang ditawarkan, bibit sayur tersebut ia jual mulai Rp90-100 per batang untuk tanaman kol, kemudian Rp230-250 per biji untuk jenis bibit tanaman cabai, sementara untuk brokoli dijual Rp 150-180 per bibit, sementara untuk jenis tomat berkisar antara Rp200-260 per bibit tanaman siap tanam.
Terpenting, lanjut dia sebagai seorang petani atau calon petani milenial turut perlu memperhatikan sejumlah permasalahan tak hanya hasil panennya saja. Ia mencontohkan hambatan utama bibit tanaman karena insek dan pungisida, jamur serta patogen lainnya.
Asep juga mengharapkan agar generasi milenial bisa bersama sama memajukan sektor pertanian, mengingat hasil yang didapatkan cukup menjanjikan.