Lebih Dekat dengan Dedi Mulyadi, Cagub Jabar yang Identik dengan Budaya Sunda
Sering kali Dedi menampilkan identitas ke-Sundaannya, yakni melalui ikat kepala yang dikenakan dengan nilai filosofis yang kuat.
Kurang lebih satu bulan menjelang pilkada serentak yang akan digelar pada 27 November 2024 mendatang. Sejumlah pasangan gubernur dan calon gubernur siap berlaga di ajang pesta demokrasi lima tahunan itu, tak terkecuali sosok Dedi Mulyadi.
Dedi yang berpasangan dengan Erwan Setiawan ini mencoba menawarkan gagasan budaya Sunda, sebagai salah satu program kampanyenya. Sosok ini memang memiliki kedekatan yang kuat dengan berbagai tradisi khas Jawa Barat sebagai nilai kehidupan.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi merawat Sapi Bargola? Dirawat dengan Rasa Melalui pengelolaan di Peternakan Lembur Pakuan, Dedi memberikan contoh bagaimana mengelola peternakan yang baik, pertanian organik sampai pada membangun sektor perikanan yang baik di pedesaan.
-
Apa yang didiskusikan Dedi Mulyadi dan pengurus Golkar di pertemuan tersebut? Kita tadi sudah berdiskusi banyak. Intinya bahwa kita mendukung Pak Dedi Mulyadi untuk menjadi calon gubernur di Jawa Barat.
-
Siapa yang menjabat sebagai Gubernur Pertama Jawa Barat? Dr. Soetardjo Kertohadikusumo, Anggota Volksraad yang Menjabat Gubernur Jawa Barat Pertama Ia juga merupakan salah satu tokoh dari Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
-
Bagaimana Dedi Mulyadi akan mencari pasangan untuk Pilgub Jabar? "Pak Airlangga berpesan ke saya, jangan terlalu jauh kalau main dari luar rumah, jangan melewati Jawa Barat, harus berada di wilayah Jawa Barat. Kemudian nanti cari pasangan di Golkar yang sesuai dengan kriteria sebagai calon istri (wakil) yang baik," kata dia.
-
Siapa Mbak Dewi? Atha Dewi Prihantini (38) jadi salah satu pelestari adrem yang belakangan mulai terangkat ke permukaan.
-
Mengapa Dedi Mulyadi akan meminta restu Prabowo untuk maju di Pilgub Jabar? Sebagai calon, Dedi mengaku akan meminta restu persetujuan dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto untuk bertarung pada Pilkada Jabar.
Bagi Dedi, budaya Sunda sangat filosofis karena itu dirinya tak bisa melepaskannya dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam berpolitik. Sering kali Dedi menampilkan identitas ke-Sundaannya, yakni melalui ikat kepala yang dikenakan.
Kemudian, ia juga kerap mengadakan acara yang berkelindan dengan budaya Jawa Barat di kediamannya, Lembur Pakuan. Yuk, kenalan dengan sosoknya.
Identik dengan Budaya Sunda
Dedi sehari-hari memang menerapkan kebudayaan Sunda di dalam kehidupannya. Salah satu yang jadi cirinya adalah penggunaan ikat kepala berwarna putih.
Ikat kepala ini bukan sekedar aksesoris, karena memiliki nilai kehidupan seperti kejujuran dan menjernihkan pikiran dari warna putihnya.
Dalam kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi, dirinya selalu tampak mengenakan ikat kepala saat tengah berjumpa dengan masyarakat.
- Tampil Beda tanpa Ikat Kepala saat Debat, Dedi Mulyadi Ungkap Filosofi Gaya Rambut Jambul
- Dedi Mulyadi Minta Tak Ada Politik Identitas di Pilkada Jabar
- Dedi Mulyadi Dikabarkan Ingin Ade Ginandjar jadi Cawagub Jabar, Ini Kata Golkar
- Dedi Mulyadi Siap Jika Dipilih untuk Bertarung dalam Pilgub Jabar 2024
Terapkan Prinsip Budaya Sunda sebagai Tata Kelola Hidup Sehat
Mengutip ANTARA, nilai luhur dari budaya Sunda yang membuatnya terus menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Dirinya sempat menyampaikan bahwa Sunda memiliki banyak filosofis, salah satunya menciptakan dampak tata kelola kehidupan yang sehat.
Dirinya mencontohkan dari tradisi “tri tangtu di buana” yang merupakan tata letak bumi sebagai tempat kehidupan ada tiga jenis. Ketiganya yakni, pegunungan, dunia pertengahan untuk perkampungan, dan dunia bawah yakni pantai.
Orang Sunda sejak dulu menerapkan ini sebagai bekal kehidupannya. Ini terlihat dari letak perkampungan yang tidak boleh ada di puncak pegunungan atau terlalu dekat dengan laut. Idealnya, permukiman harus ada di tengah-tengah agar terhindar dari bencana.
Tegakkan Norma dan Etika Sunda
Mengutip Wikipedia, Dedi saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta pernah menerapkan kebijakan tentang etika dan kebudayaan Sunda.
Selain tampak pada infrastruktur, ia juga menerapkan hukum adat bagi pemuda pemudi yang melanggar jam malam karena berpacaran.
Dedi sempat membuat kebijakan dengan memantau pemuda-pemudi di wilayahnya yang melanggar etika serta norma karena berpacaran kelewat batas. Saat itu, kebijakannya dengan menerapkan hukum adat.
Sudah Akrab dengan Budaya Sunda Sejak Kecil
Jika ditelusuri, budaya Sunda rupanya sudah melekat dengan Dedi sejak masih kecil. Saat itu, dirinya hidup di tengah keluarga yang sederhana.
Dedi sehari-hari tinggal di desa dan membantu menggembala domba milik kedua orang tuanya di sawah.
Kehidupan desa yang penuh keramahan dan menjunjung tinggi etika, membuat dirinya akrab dengan tradisi Sunda sampai sekarang.
Karier Politik Dedi Mulyadi
Sebelumnya, ia mengawali karier di dunia politik saat menjadi legislator. Kemudian, dirinya terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setelah tergabung ke dalam Partai Golkar pada 1999-2004 dan dilanjutkan menjadi Ketua DPD Partai Golkar Purwakarta Periode 2004-2007
Saat itu, Dedi menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Purwakarta sebagai Ketua Komisi E. Kemudian, ia juga terpilih sebagai Wakil Bupati Purwakarta mendampingi Lily Hambali Hasan.
Pada 2008, kariernya melesat saat mencalonkan diri sebagai bupati Purwakarta dan terpilih hingga 2013 didampingi Dudung Bachtiar Supardi. Karier bupati kemudian ia emban lagi di periode kedua di rentang tahun 2013 sampai 2018 didampingi Dadan Koswara.
Kemudian, Dedi juga menjadi Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Periode 2016-2020, Anggota DPR RI tahun 2019-2024 dan saat ini menjadi Anggota DPR RI tahun 2024-2029.
Lahir di Subang
Dedi Mulyadi diketahui lahir pada 11 April 1971 di Kampung Sukadaya, Desa Sukasari, Subang, Jawa Barat. Ia adalah anak dari Sahlin Ahmad Suryana, seorang pensiunan Tentara Prajurit Kader, dan Karsiti yang aktif di Palang Merah Indonesia (PMI). Latar belakang keluarganya membentuk nilai-nilai sosial yang kuat dalam diri Dedi.
Pendidikan Dedi dimulai di Kota Subang, di mana ia menyelesaikan SD Sukabakti, SMP Kalijati, dan SMA Negeri 1 Purwadadi sebelum melanjutkan ke Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Purnawarman, Purwakarta, dan meraih gelar sarjana hukum pada tahun 1999. Selama kuliah, Dedi aktif di organisasi kemahasiswaan yang membentuk kepemimpinannya.
Di kampus, Dedi menjabat sebagai Senat Mahasiswa dan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam cabang Purwakarta. Keterlibatannya dalam organisasi ini meningkatkan pemahamannya tentang isu-isu sosial dan hukum yang penting.
Dengan pengalaman tersebut, Dedi Mulyadi berkomitmen untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat. Ia menjadi Wakil Ketua DPC Serikat Pekerja Seluruh Indonesia dan Sekretaris Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, menunjukkan dedikasinya sebagai tokoh inspiratif yang peduli terhadap kesejahteraan pekerja dan masyarakat.