Macam-Macam Tasawuf beserta Penjelasannya, Ajarkan Perbaikan Akhlak dan Spiritualitas
Tasawuf menjadi cabang dalam Islam yang berfokus pada pengembangan spiritual. Tasawuf menekankan pentingnya pengetahuan batin, pengalaman langsung dengan Allah, dan upaya untuk mencapai kesempurnaan spiritual melalui pemurnian jiwa dan perilaku.
Tasawuf merupakan ilmu yang tumbuh dari nilai-nilai Islam. Istilah ini berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata “tasawwafa atau yatashowwaru – tashowwuf”, yang memiliki makna berbulu banyak, atau yang menunjukkan ciri-ciri dari seorang sufi.
Tasawuf menjadi cabang dalam Islam yang berfokus pada pengembangan spiritual. Tasawuf menekankan pentingnya pengetahuan batin, pengalaman langsung dengan Allah, dan upaya untuk mencapai kesempurnaan spiritual melalui pemurnian jiwa dan perilaku.
-
Bagaimana cara mengamalkan dzikir "Ya Jabbar"? Mengamalkan dzikir “Ya Jabbar” adalah sebuah praktik spiritual dalam Islam yang bertujuan untuk mengingat dan memohon kepada Allah SWT dengan menggunakan salah satu dari Asmaul Husna, yaitu “Al Jabbar” yang berarti “Yang Maha Perkasa”.
-
Siapa saja yang dapat mengamalkan dzikir "Ya Jabbar"? Cara mengamalkan Ya Jabbar ini perlu diketahui umat muslim.
-
Kapan dzikir "Ya Jabbar" dianjurkan untuk diamalkan? Dzikir “Ya Jabbar” adalah salah satu cara bagi umat Islam untuk mengingat dan memohon kepada Allah SWT dengan harapan bahwa-Nya akan memberikan apa yang mereka butuhkan sesuai dengan sifat-sifat-Nya yang agung.
-
Apa arti dari "Ya Jabbar" dalam konteks Asmaul Husna? "Ya Jabbar" adalah salah satu dari 99 Asmaul Husna, yang merupakan nama-nama baik dan indah Allah SWT dalam Islam. "Ya Jabbar" berarti "Wahai Tuhan yang Maha Perkasa" atau "Maha Gagah".
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Siapa yang dilarang menyambung rambut dalam Islam? Nabi Muhammad SAW dengan tegas melarang umatnya untuk menyambung rambut, baik dengan rambut asli maupun rambut palsu. Hal ini berdasarkan beberapa hadis yang menyebutkan bahwa Allah mengutuk wanita yang menyambung rambut dan meminta untuk disambungkan.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani menjelaskan pengertian tasawuf yang merupakan pensucian hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalwat, riya-dloh, taubah, dan ikhlas.
Tasawuf sendiri merupakan istilah yang sama sekali tidak dikenal di zaman para sahabat radhiyallahu ‘anhum, bahkan tidak dikenal di zaman tiga generasi yang utama (generasi sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in). Ajaran ini baru muncul setelah zaman tiga generasi ini.
Macam-macam tasawuf ada tiga. Dan setiap macam tasawuf tersebut menyimpan cabang-cabang yang lainnya. Berikut kami sampaikan ulasan tentang macam-macam tasawuf yang dilansir dari an-nur.ac.id.
Tasawuf Akhlaki
Macam-macam tasawuf yang pertama adalah tasawuf akhlaki. Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang menekankan pada nilai-nilai moral, atau yang berkonsentrasi pada perbaikan akhlak. Macam-macam tasawuf ini membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang kemudian diwujudkan dalam sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat. Tujuannya yaitu untuk mencapai kebahagiaan yang optimal.
Dengan metode tertentu yang telah dirumuskan, tasawuf akhlaki berupaya menghindarkan diri dari akhlak yang tercela (Mazmumah) sekaligus mewujudkan akhlak yang terpuji (Mahmudah) dalam diri seorang sufi.
© pexels.com/RODNAE Productions
Tasawuf akhlaki sendiri memiliki tahap pembinaan akhlak yang disusun sebagai berikut:
Takhalli
Takhalli adalah upaya mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah satu dari akhlak tercela yang sering menyebabkan kemunculan akhlak yang buruk adalah kecintaan seseorang yang berlebihan terhadap urusan duniawinya.
Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak yang terpuji. Tahalli dilakukan setelah mengosongkan jiwa dari akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama baik yang bersifat eksternal (luar) seperti sholat, puasa, haji, maupun internal (dalam) seperti keimanan, ketaatan dan kecintaan kepada Allah.
Tajalli
Agar memperoleh jiwa yang dapat membiasakan diri melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur, maka rasa keTuhanan perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimal dan rasa cinta yang mendalam akan mendorong rasa rindu kepada-Nya.
Tasawuf Amali
Macam-macam tasawuf yang kedua yaitu tasawuf amali. Tasawuf yang satu ini lebih mengutamakan kebiasaan ibadahnya. Tujuan tasawuf ini adalah untuk mendapatkan penghayatan spiritual dalam melakukan ibadah.
Seluruh rangkaian amalan lahiriah dan olah batiniah menjadi usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Caranya dengan melakukan berbagai macam amalan serta menerapkan cara-cara beramal yang sempurna. Tasawuf Amali berkonotasi dengan tarekat.
Pengalaman tasawuf amali terbagi dalam empat bidang sebagai berikut:
Syari’at
Syari’at adalah hukum formal yang dijadikan sebagai sandaran amalan lahir yang telah ditetapkan dalam ajaran agama melalui Al Quran dan Sunnah. Oleh karena itu, seorang pengamal sufi tidak mungkin memperoleh ilmu batin tanpa mengamalkan amalan lahiriahnya secara sempurna.
Thariqot
Thariqot diartikan oleh kalangan sufi sebagai seperangkat moral yang menjadi pegangan pengikut tasawuf dan dijadikan sebagai metode pengarahan jiwa dan moral.
Hakikat
Dalam dunia sufi, hakikat merupakan aspek batin yang paling dalam dari setiap amal atau inti dan rahasia dari syariat yang merupakan tujuan perjalanan menuju Allah.
Ma’rifat
Ma’rifat memiliki arti pengetahuan atau pengalaman. Dalam istilah tasawuf, hal ini diartikan sebagai pengenalan langsung tentang Tuhan yang diperoleh melalui hati sebagai hikmah langsung dari ilmu hakikat.
Tasawuf Falsafi
Macam-macam tasawuf yang ketiga yakni tasawuf falsafi. Tasawuf Falsafi merupakan macam-macam tasawuf yang menekankan pada masalah-masalah pemikiran mendalam/metafisik. Dalam mengungkapkan pengalaman rohaninya, para sufi falsafi biasanya akan menggunakan ungkapan-ungkapan samar yang dikenal dengan syathahat.
Syathahat adalah suatu ungkapan yang sulit di pahami, sehingga tak jarang menimbulkan kesalahpahaman.
Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan makhluknya, setidaknya ada beberapa beberapa istilah yang masyhur, antara lain adalah sebagai berikut:
Hulul
Hulul adalah sebuah konsep di dalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Kata hulul sendiri berimplikasi bahwa Tuhan akan menempati dan memilih tubuh manusia untuk ditempati, bila manusia dapat menghilangkan sifat nasut (kemanusiaannya) dengan cara fana (menghilangkan sifat-sifat tercela dengan cara meniadakan alam duniawi menuju kesadaran keTuhanan).
Wahdah Al-Wujud
Wahdah Al-wujud adalah paham yang mengatakan bahwa manusia dapat bersatu dengan Tuhan. Tetapi, Tuhan yang dimaksud di sini bukanlah Dzat Tuhan yang sesungguhnya, melainkan sifat-sifat Tuhan yang memancar pada manusia ketika manusia sudah melakukan proses fana’.
Ittihad
Pembawa paham ittihad adalah Abu Yazid Al-busthami. Menurutnya, manusia adalah pancaran Nur Ilahi, oleh karena itu, manusia yang hilang kesadaranya (sebagai manusia) pada dasarnya telah menemukan asal mula yang sebenarnya, yaitu nur ilahiatau, dengan kata lain ia menyatu dengan Tuhan.