Pernah Dibentak Soekarno hingga Pimpin PKI di Jabar, Ini Sosok Wikana yang Terlupakan
Wikana diketahui lahir di Kabupaten Sumedang, 18 Oktober 1914. Ia dikenal punya andil besar dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Pernah mendengar nama Wikana? Ia adalah seorang pemuda ‘misterius’ yang turut berperan dalam mendorong golongan tua (Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Mr. Achmad Soebardjo, dkk) untuk segera membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kemisteriusan Wikana bukanlah terkait dengan hal gaib, melainkan karena sosoknya yang hilang setelah Ir. Soekarno membacakan naskah proklamasi Indonesia pada 17 Agustus 1945. Tokoh pemuda tersebut diketahui lahir di Kabupaten Sumedang, 18 Oktober 1914. Ia dikenal punya andil besar dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kapan Rohana Kudus mendirikan surat kabar Soenting Melajoe? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
Kendati demikian, warisan namanya tidak sebesar andilnya saat ‘memaksakan’ Indonesia untuk segera lepas dari cengkraman para penjajah. Ia pun tidak begitu dikenal layaknya pejuang kemerdekaan lainnya. Berikut selengkapnya.
Termasuk Tokoh Muda yang Cerdas
Wikana
©2020 Wikipedia/Editorial Merdeka.com
Wikana dikenal sebagai sosok yang berwawasan luas. Ia pernah belajar di sekolah Belanda bernama Europeesch Lagere School (ELS) yang merupakan sekolah dengan seleksi terketat saat itu.
Keberuntungannya mengenyam pendidikan di ELS tidak semata-mata karena rekam jejak ayahnya yang seorang menak (bangsawan) di Sumedang. Ia bisa diterima di institusi pendidikan bangsawan Eropa tersebut karena kemampuan berpikirnya.
Dilansir dari Wikipedia, setelah lulus dari ELS, Wikana melanjutkan sekolahnya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) hingga lulus dan menjadi salah satu pemuda satelit Bung Karno di Bandung.
Menjadi Ketua PKI Bawah Tanah di Jawa Barat
Selain pernah mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah dengan nama besar, Wikana juga pernah menjadi pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) bawah tanah di Jawa Barat pada akhir 1920-an. Saat itu ia berkawan dekat dengan tokoh PKI bernama Widarta yang merupakan penanggung jawab PKI di wilayah Jakarta.
Untuk menggencarkan aksinya dalam melawan kekejaman Belanda, Wikana pun turut mengikuti beberapa organisasi politik lainnya seperti Partai Indonesia dan Gerakan Rakyat Indonesia di tahun 1931.
Berperan Besar Melobi Angkatan Laut Jepang
Dilansir dari kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id, Wikana memiliki koneksi yang luas hingga bisa melobi Tentara Angkatan Laut Jepang (Kaigun) untuk meminjam rumah dinas Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No.1, Menteng.
Rumah tersebut dipilih lantaran memiliki keamanan yang terjamin, mengingat Maeda merupakan Kepala Perwakilan Kaigun dan memiliki simpati terhadap perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
Selain itu ia juga yang berperan untuk meyakinkan tentara Jepang agar tak mengganggu jalannya upacara pembacaan proklamasi.
Dibentak Presiden Soekarno
Di tengah kesibukan mempersiapkan segala kebutuhan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia, Wikana ternyata sempat beradu argumen dan dibentak oleh Ir. Soekarno. Saat itu Wikana berupaya meyakinkan Bung Karno dengan sedikit mengancam agar segera mendeklarasikan kemerdekaan malam itu juga agar tidak terjadi pertumpahan darah.
Tersinggung dengan ucapan Wikana, Presiden Soekarno pun sempat naik pitam.
“Ini leher saya, seretlah saya ke pojok itu, sudahilah nyawa saya malam ini juga. Jangan menunggu sampai besok pagi!" bentak Bung Karno kepada Wikana.
Tersingkir Setelah Kemerdekaan Indonesia
Setelah Indonesia merdeka, kehidupan Wikana begitu rumit. Ia menghilang dan baru kembali setelah Dipa Nusantara Aidit melakukan pledoi terhadap kasus Madiun 1948 yang mulai digugat oleh Jaksa Dali Mutiara pada 2 Februari 1955.
Saat Aidit mulai mengembalikan kejayaan PKI, Wikana perlahan mulai tersingkir dan dianggap sebagai golongan tua yang tidak progresif. Saat itu PKI mulai nasionalis dan dekat dengan Presiden Soekarno.
Wikana pun diketahui sempat tinggal di Simpangan Matraman Plantsoen dalam keadaan miskin tak memiliki apa-apa. Pada 1965, Chaerul Saleh yang saat itu menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri menarik Wikana menjadi anggota MPRS.
Mulai Hilang Hingga Saat Ini
Beberapa pekan sebelum peristiwa G30S PKI terjadi, Wikana bersama bersama beberapa delegasinya berkunjung ke Peking, China, untuk menghadiri hari nasional negara tersebut.
Di tengah kunjungannya, Wikana bersama beberapa delegasinya mendapat kabar bahwa PKI dituduh bersalah dalam aksi penculikan dan pembunuhan 7 jenderal. Ia pun terpaksa kembali ke Indonesia dengan meminta delegasi lainnya untuk tetap di Peking.
Tak sampai setahun setelah peristiwa G30S PKI terjadi, pria yang dikenal memiliki rambut klimis dan berkacamata tersebut ditahan di Kodam Jaya dan diizinkan pulang kembali. Namun tak berapa lama kemudian tentara tak dikenal datang ke rumahnya di Jalan Dempo No. 7 A, Matraman, Jakarta Pusat untuk menjemputnya.
Hingga saat ini keberadaan Wikana masih belum diketahui dan disebutkan hilang.