Pernah Tercatat 6 Kali, Ini Riwayat Erupsi Gunung Ciremai yang Jarang Diketahui
Dalam sejarahnya, gunung berketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut tersebut diketahui pernah menciptakan tsunami di pantai Cirebon, Jawa Barat hingga memakan korban manusia akibat letusannya di abad ke-5 masehi lalu.
Gunung Ciremai merupakan salah satu gunung berapi aktif yang terletak di Jawa Barat. Gunung yang identik dengan Kabupaten Kuningan ini juga dikenal eksotis, sehingga kerap dijadikan salah satu tujuan dari para pendaki gunung di Indonesia.
Kendati saat ini dikenal aman, ternyata gunung bertipe Stratovolcano ini memiliki riwayat erupsi hingga enam kali dengan rentang waktu terpendek selama tiga tahun.
-
Kenapa banyak cerita mistis di Gunung Ciremai? Cerita-cerita mistis tentang gunung ini telah merajalela dan bahkan mencapai tingkat viralitas di media sosial, menambah daya tarik dan aura misteri yang melekat pada Gunung ini.
-
Apa yang menjadi larangan utama di Gunung Ciremai? Gunung Ciremai dihiasi oleh mitos menarik yang melibatkan larangan membuang air seni ke tanah. Konon, melanggar larangan ini dapat membawa musibah kepada pelakunya.
-
Apa yang menjadi cerita seram dari jalan Gunung Gelap? Selain kondisi jalan yang memang tanpa penerangan, keengganan warga melewati rute sepanjang sekitar 7 km itu lantaran cerita seramnya di masa silam. Konon, di era 1980-an, kawasan ini dijadikan tempat pembuangan mayat.
-
Kapan Sunan Gunung Jati tiba di Cirebon? Setelah menuntut ilmu di Makkah, Syarif Hidayatullah berangkat ke Nusantara. Ia mampir di Gujarat dan Kerajaan Samudra Pasai sebelum akhirnya tiba di Cirebon pada tahun 1470 Masehi.
-
Apa yang menjadi ciri khas Gunung Guntur? Pernah Jadi Ladang Ganja, Ini 5 Fakta Gunung Guntur di Kota Garut Di balik pesona eksotis dan keindahan Gunung Guntur terdapat cerita mitos dan pernah menjadi ladang ganja pada tahun 2020.
-
Apa yang menjadi ciri khas Gunung Ireng? Satu lagi, daya pikat utama dari Gunung Ireng adalah panorama matahari terbit (sunrise) dan terbenam (sunset) yang memukau.
Dalam sejarahnya, gunung berketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut itu konon pernah menciptakan tsunami di pantai Cirebon hingga memakan korban manusia pada abad ke-5 masehi lalu.
Lantas seperti apa jejak erupsi Gunung Ciremai dari masa ke masa? Berikut ulasan yang telah dirangkum merdeka.com.
Erupsi Tahun 1698 Pernah Sebabkan Tsunami di Cirebon
Gambar kawah Gunung Ciremai
©2020 Jurnal Biologi Indonesia Indyo Pratomo/editorial Merdeka.com
Mengutip dari Jurnal Biologi Indonesia “Kegiatan Gunungapi Ciremai Jawa Barat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan di Sekitarnya” oleh Indyo Pratomo tahun 2008 lalu, Gunung Ciremai disebut pernah erupsi dengan skala cukup besar hingga menimbulkan Tsunami di pantai Cirebon.
Hal tersebut mengacu pada laporan dari ahli kehutanan Belanda bernama Engelbert Hendrik Berend Brascamp di tahun 1919 yang menuliskan jika erupsi di abad ke-5 tersebut telah menimbulkan hancurnya sebagian dinding gunung hingga mengenai pantai di pesisir Utara dan menimbulkan gelombang yang memakan korban manusia.
“Gunung di Cirebon telah roboh yang mengakibatkan air begitu tinggi, hingga merusak tanah daerahnya dan menyebabkan korban manusia,” kata Brascamp, dalam catatan jurnalnya.
Namun laporan tersebut sempat dibantah oleh peneliti gunung api bernama Neuman van Padang, lewat catatanya di Catalogue of the active volcanoes of the World Including Solfatara Fields,v.1 Indonesia p. 138 -139. Di situ Van Padang meragukan temuan dari Brasscamp lantaran tidak ada bukti otentik.
Letusan di Kawah Pusat Pada Periode Tahun 1772, 1805, 1917 dan 1924
Letusan periode berikutnya disebutkan hanya terjadi di wilayah kawah pusat. Letusan pertama terjadi pada 11 hingga 12 Agustus 1772. Menurut catatan dari Junghun 1853; 1845 dan Taverne, tahun 1926 erupsi ini tidak termasuk kategori yang parah karena hanya berada di dalam kungkungan gunung.
Namun dari aktivitas belerang di sana menimbulkan sebuah efek lubang besar dari asap Fumarol dan tekanan Solfatara yang kini dinamakan sebagai Goa Walet.
"Hembusan uap belerang dari dinding selatan. Keluar asap Fumarol secara kuat sehingga menciptakan lubang besar yang dinamakan Goa Walet", tulis Van Gils (1917) dan Van Padang (1937) di bukunya.
Letusan Freaktik di Tahun 1937 hingga 1951
Tak berselang lama dari letusan di pusat kawah, Gunung Ciremai pun kembali menunjukkan tanda tanda aktifnya dengan kembali erupsi. Namun letusan tersebut intensitasnya tak jauh berbeda hanya bersifat freaktik (secara tiba-tiba dan berintensitas kecil)
Namun dikatakan di infografis yang buat oleh Facebook Gunung Ciremai, pada fase freaktik ini menampakkan menimbulkan kerusakan rumah warga dari embusan abu vulkanik dari letusan di pusat kawah.
“Letusan berlanjut dari kawah pusat, letusan abu,” tulis Van Padang, 1937; 1951; Stehn, 1940; dan Kusumadinata, 1971.