Tujuan Imunisasi untuk Pertumbuhan Anak, Jaga Buah Hati dari Serangan Penyakit
Imunisasi adalah cara untuk melindungi seseorang dari suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan cara memberi vaksin yang merangsang agar sistem kekebalan tubuh kebal terhadap penyakit tersebut.
Imunisasi adalah cara untuk melindungi seseorang dari suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan cara memberi vaksin yang merangsang agar sistem kekebalan tubuh kebal terhadap penyakit tersebut. Setelah kita diimunisasi, tubuh kita menjadi lebih kebal dan mampu melawan suatu penyakit ketika kita melakukan kontak dengan penyakit tersebut.
Imunisasi adalah salah satu keberhasilan dalam bidang kesehatan saat ini. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus dapat dicegah dengan proses imunisasi.
-
Bagaimana cara mencegah ISPA pada anak dengan imunisasi? Imunisasi adalah suntikan yang membuat tubuh anak menjadi lebih kuat melawan berbagai macam penyakit.Anak yang belum diimunisasi campak lebih berisiko menderita ISPA yang bisa berkembang menjadi penyakit paru-paru serius seperti pneumonia. Imunisasi DPT pun termasuk yang dapat melindungi anak dan balita dari penyakit difteri dan pertusis yang termasuk dalam ISPA.
-
Mengapa penting untuk memberikan imunisasi kepada anak? Imunisasi merupakan salah satu langkah penting dalam mencegah kehilangan pendengaran pada anak. Penyakit infeksi seperti campak, gondongan, dan rubella dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Oleh karena itu, vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella), serta vaksin meningitis dan influenza, sangat disarankan untuk melindungi anak dari infeksi yang dapat mempengaruhi pendengaran mereka.
-
Siapa yang mengatakan bahwa imunisasi penting untuk anak dengan PJB? Ahli kardiologi anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI RSCM), dr. Sarah Rafika Nursyirwan, Sp.A(K), menegaskan bahwa imunisasi pada anak-anak dengan PJB sangatlah penting.
-
Kenapa bayi mudah terkena infeksi? Pada dasarnya bayi rentan terhadap infeksi disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya berkembang.
-
Bagaimana cara mencegah imun anak melemah? Bergerak secara aktif dapat membantu meningkatkan sistem imun anak.
-
Kapan Tengku Dewi Putri menemani Zeya melakukan imunisasi? Baru rasanya Minggu lalu lahiran , Eh hari ini udh nemenin Baby LUV imunisasi aja , Time Fliesss , sekalian hari ini Mommy cek jaitan pasca operasi jg yg udah udh mulai kering," tulis Tengku Dewi Putri.
Imunisasi ini biasa dilakukan pada bayi. Hal ini karena tubuh bayi sangat rentan terhadap serangan penyakit. Bayi bukannya tidak memiliki antibody. Mereka sudah memiliki antibody alami yang didapat dari sang ibu sejak masih berada dalam kandungan.
Namun, antibody ini hanya bertahan beberapa minggu atau bulan. Itulah mengapa bayi perlu diimunisasi untuk memperkuat kekebalan tubuhnya.
Tujuan Imunisasi
©2015 Merdeka.com/shutterstock/Wallenrock
Tujuan Imunisasi antara lain:
- Tujuan imunisasi adalah untuk membentuk kekebalan pada tubuh
- Tujuan imunisasi adalah sebagai upaya untuk mencegah timbulnya penyakit
- Tujuan imunisasi adalah sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
- Tujuan imunisasi adalah untuk melindungi lingkungan agar terhindar dari ancaman penyakit
Agar antibodi tersebut dapat terbentuk, seseorang harus diberikan vaksin sesuai jadwal yang telah ditentukan. Beberapa vaksin ada yang cukup diberikan satu kali, tetapi ada juga vaksin yang harus diberikan hingga beberapa kali, dan diulang pada usia- usia tertentu.
Dengan adanya program imunisasi ini, beberapa penyakit mungkin tidak lagi menjadi ancaman. Sudah ada beberapa contoh imunisasi yang berhasil mengendalikan beberapa penyakit. Baik cacar dan polio, yang dulunya umum di Inggris, tidak lagi menjadi ancaman.
Manfaat Imunisasi
©2015 Merdeka.com/ www.fromquarkstoquasars.com
Ketika anak-anak tumbuh berkembang, mereka akan menghadapi banyak risiko, salah satunya adalah risiko terserang infeksi. Sebagian besar infeksi mungkin hanya akan menyebabkan penyakit ringan. Namun, meskipun ada kemajuan medis yang luar biasa, infeksi masih dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, cacat tubuh, dan kadang-kadang dapat berujung kematian.
Sebelum adanya vaksin, tercatat banyak anak-anak meninggal karena penyakit seperti batuk rejan, campak dan polio. Namun, meskipun program imunisasi berhasil mencegah seseorang dari infeksi penyakit, penyakit-penyakit ini masih tetap ada.
Dengan imunisasi, bayi dan anak anda akan memiliki perlindungan terbaik dalam menghadapi penyakit berbahaya. Dikutip dari IDAI, imunisasi akan bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak-anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah diimunisasi, tidak akan menularkan penyakit ke adik, kakak, atau teman-teman di sekitarnya bila terinfeksi oleh suatu penyakit.
Jadi, selain bermanfaat untuk diri sendiri, imunisasi juga akan bermanfaat untuk mencegah penyebaran ke adik, kakak dan anak-anak lain di sekitarnya. Sehingga bisa menjadi lebih tenang.
Jenis Vaksin
©Shutterstock.com/baitong333
Dilansir dari Alodokter, berikut ini jenis-jenis vaksin yang direkomendasikan oleh IDAI:
1. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B diberikan untuk mencegah infeksi hati serius, yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin ini diberikan dalam jangka waktu 12 jam setelah bayi lahir, dengan melakukan suntik vitamin K terlebih dahulu, minimal 30 menit sebelumnya. Kemudian, vaksin akan kembali diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
Vaksin hepatitis B ini akan menimbulkan efek samping, seperti demam serta lemas. Pada kasus lain yang jarang terjadi, efek samping vaksin ini bisa berupa gatal-gatal, kulit kemerahan, dan pembengkakan pada wajah.
2. Polio
Imunisasi polio diberikan saat anak baru dilahirkan hingga usia 1 bulan. Kemudian, vaksin akan kembali diberikan setiap bulan, pada saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan. Vaksin juga bisa kembali diberikan ketika anak telah mencapai usia 18 bulan sebagai penguatan. Vaksin polio juga bisa diberikan untuk orang dewasa dengan kondisi tertentu.
Vaksin polio bisa menimbulkan efek samping berupa demam hingga lebih dari 39 derajat Celsius. Efek samping lain yang dapat terjadi seperti gatal-gatal, kulit kemerahan, sulit bernapas atau menelan, serta bengkak pada wajah.
3. BCG
Vaksin BCG diberikan untuk mencegah perkembangan tuberkulosis (TB), penyakit infeksi serius yang umumnya menyerang paru-paru. Vaksin BCG ini hanya akan mencegah perkembangan infeksi TB menjadi kondisi TB yang lebih serius, seperti meningitis TB.
Vaksin BCG ini hanya diberikan satu kali, yaitu ketika bayi baru dilahirkan, hingga usia 2 bulan. Bila sampai usia 3 bulan atau lebih vaksin belum diberikan, dokter akan melakukan uji tuberculin atau tes Mantoux terlebih dahulu, untuk melihat apakah bayi telah terinfeksi TB atau belum.
Efek samping dari vaksin BCG ini yaitu dapat menimbulkan bisul pada bekas suntikan yang muncul pada 2- 6 minggu setelah suntik BCG. Bisul bernanah tersebut akan pecah, dan meninggalkan jaringan parut. Sedangkan efek samping lain, bisa berupa anafilaksis, namun kondisi ini sangat jarang terjadi.
4. DPT
Vaksin DPT adalah jenis vaksin gabungan yang berguna untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
Difteri merupakan kondisi serius yang dapat menyebabkan sesak napas, paru-paru basah, gangguan jantung, bahkan kematian.
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit batuk parah yang dapat memicu gangguan pernapasan, paru-paru basah (pneumonia), bronkitis, kerusakan otak, hingga kematian. Sedangkan tetanus adalah penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kejang, kaku otot, hingga kematian.
Pemberian vaksin DPT ini perlu dilakukan sebanyak empat kali, yaitu ketika anak berusia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun sebagai penguatan. Kemudian, pemberian vaksin lanjutan dapat diberikan pada usia 10-12 tahun, dan 18 tahun.
Efek samping yang muncul setelah mendapatkan imunisasi DPT cukup beragam, di antaranya adalah radang, nyeri, tubuh kaku, serta infeksi.
5. Campak
Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus pada anak. Infeksi ini ditandai dengan beberapa gejala, seperti demam, pilek, batuk kering, ruam, serta radang pada mata.
Imunisasi campak diberikan ketika anak telah berusia 9 bulan. Sebagai penguatan, vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18 bulan. Tetapi bila anak sudah mendapatkan vaksin MMR, pemberian vaksin campak kedua tidak perlu diberikan.
6. MMR
Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi yang digunakan untuk mencegah campak, gondongan, dan rubella.
Vaksin MMR ini biasa diberikan ketika anak berusia 15 bulan, kemudian diberikan lagi pada usia 5 tahun sebagai penguatan.
Imunisasi MMR dilakukan dalam jarak minimal 6 bulan dengan imunisasi campak. Namun bila pada usia 12 bulan anak belum juga mendapatkan vaksin campak, maka dapat diberikan vaksin MMR.
Vaksin MMR dapat menimbulkan efek samping berupa demam lebih dari 39 derajat Celsius. Efek samping lain yang dapat muncul adalah reaksi alergi seperti gatal, gangguan dalam bernapas atau menelan, serta bengkak pada wajah.
7. Hib
Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B. Infeksi bakteri tersebut dapat memicu kondisi berbahaya, seperti meningitis (radang selaput otak), pneumonia (paru-paru basah), septic arthritis (radang sendi), serta perikarditis (radang pada lapisan pelindung jantung).
Imunisasi vaksin Hib diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan dalam rentang usia 15-18 bulan. Vaksin Hib dapat menimbulkan efek samping, seperti demam di atas 39 derajat Celsius, diare, dan nafsu makan berkurang.
7. PCV
Vaksin PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah terkena penyakit pneumonia, meningitis, dan septikemia, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Pemberian vaksin harus dilakukan secara berangkai, yaitu saat anak berusia 2, 4, dan 6 bulan. Selanjutnya pemberian vaksin kembali dilakukan saat anak berusia 12-15 bulan.
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari imunisasi PCV antara lain adalah pembengkakan dan kemerahan pada bagian yang disuntik, yang disertai demam ringan.
8. Rotavirus
Vaksin rotavirus ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus. Vaksin rotavirus diberikan sebanyak 3 kali, yaitu saat bayi berusia 2, 4, dan 6 bulan. Efek samping yang ditimbulkan dari vaksin ini tergolong ringan, seperti diare ringan, dan anak menjadi rewel.
9. Influenza
Vaksin influenza diberikan untuk mencegah penyakit flu. Vaksinasi ini bisa diberikan kepada anak yang telah berusia 6 bulan dengan frekuensi pengulangan 1 kali tiap tahun, hingga berusia 18 tahun.
Efek samping dari vaksin influenza antara lain demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Pada kasus yang jarang terjadi, efek samping yang dapat muncul bisa berupa sesak napas, sakit pada telinga, dada terasa sesak, atau mengi.
10. Tifus
Sesuai Namanya, vaksin tifus diberikan untuk mencegah penyakit tifus. Pemberian vaksin tifus dapat dilakukan ketika anak berusia 2 tahun, dengan frekuensi pengulangan tiap 3 tahun, hingga usia 18 tahun.
Vaksin tifus dapat menimbulkan efek samping, seperti diare, demam, mual dan muntah, serta kram perut, meskipun jarang terjadi.
11. Hepatitis A
Vaksin ini berguna untuk mencegah hepatitis A, yaitu penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus. Vaksin hepatitis A harus diberikan 2 kali, pada rentang usia 2-18 tahun.
Suntikan pertama dan kedua harus berjarak 6 bulan atau 1 tahun.
Vaksin hepatitis A memiliki efek samping berupa demam dan lemas. Efek samping lain yang jarang muncul meliputi gatal-gatal, batuk, sakit kepala, dan hidung tersumbat.
12. Varisela
Vaksin varisela digunakan untuk mencegah penyakit cacar air. Imunisasi vaksin varisela ini dilakukan ketika anak telah berusia 1-18 tahun. Bila vaksin diberikan pada anak usia 13 tahun ke atas, vaksin diberikan dalam 2 dosis, dengan jarak waktu minimal 4 minggu.
1 dari 5 anak yang diberikan vaksin varisela mengalami efek samping berupa nyeri dan kemerahan pada area yang disuntik. Vaksin varisela juga dapat menimbulkan ruam kulit, namun efek samping ini hanya terjadi pada 1 dari 10 anak.
13. HPV
Jika vaksin-vaksin sebelumnya diberikan pada bayi, Vaksin HPV diberikan kepada remaja perempuan. Vaksin ini berguna untuk mencegah kanker serviks, yang umumnya disebabkan oleh virus Human papillomavirus. Vaksin HPV diberikan 2 atau 3 kali, mulai usia 10 hingga 18 tahun.
Umumnya, vaksin HPV menimbulkan efek samping berupa sakit kepala, serta nyeri dan kemerahan pada area bekas suntikan. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, vaksin HPV dapat mengalami demam, mual, dan gatal atau memar di area bekas suntikan.
14. Dengue
Vaksin dengue dilakukan untuk mengurangi risiko demam berdarah, yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Vaksin dengue diberikan 3 kali dengan interval 6 bulan, pada usia 9 hingga 16 tahun.