Butuh Kerja Sama Atasi Macet Jakarta
Melihat kompleksnya masalah yang melatarbelakangi kemacetan di Jakarta, Nirwono berpendapat semua pihak harus bertanggung jawab atas kondisi ini.
Sejumlah warganet mengeluhkan macet parah di berbagai ruas jalan Jakarta pada Senin (3/4). Meski geram, pengendara tak bisa berbuat banyak selain mengelus dada.
Kondisi yang dihadapi hari ini bukan kali pertama. Sudah lelah membicarakan macet Jakarta yang semakin hari kian menggila.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Mengapa kemacetan di Jakarta meningkat? Syafrin juga menuturkan peringkat kemacetan DKI Jakarta mengalami kenaikan. Sebelumnya peringkat 46, kini menjadi peringkat 29.
-
Bagaimana upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan di Jakarta? Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih mengkaji rencana perubahan jam kerja di DKI Jakarta yakni masuk pada jam 08.00 WIB dan 10.00 WIB dengan harapan dapat mengurangi kemacetan hingga 50 persen.
-
Bagaimana Pertamina membangun infrastruktur hijau? Langkah konkrit perseroan dalam pengembangan infrastruktur hijau, lanjut Fadjar tidak hanya dilakukan dalam Pertamina Group, tetapi juga bersama BUMN yang tergabung dalam Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik (EV).
-
Apa fungsi utama Gedung Kesenian Jakarta saat ini? Saat ini, gedung tersebut masih aktif digunakan sebagai lokasi pertunjukkan seni khas nusantara maupun luar negara.
Data terakhir Dinas Perhubungan DKI Jakarta, kemacetan di Jakarta saat ini berada di angka 48 persen. Sementara mengutip daftar kota termacet yang dirilis TomTom Traffic Index baru-baru ini, Jakarta berada di posisi ke-29 dari 389 kota di dunia. Bahkan di ASEAN, Jakarta menempati urutan pertama kota paling macet.
Pengamat Tata Ruang Kota, Nirwono Joga, coba melihat permasalahan macet di Jakarta dari segala sisi. Salah satunya pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi di Jakarta. Tak bisa dipungkiri, macet saat ini disumbang dari kendaraan pribadi warga Jakarta maupun penghuni daerah penyangga yang mengais rezeki di ibu kota.
"Penggunaan kendaraan pribadi mobil dan terutama motor terus meningkat pesat," kata Nirwono dalam pesan singkat kepada merdeka.com.
Masyarakat memilih membeli kendaraan pribadi baru, dari pada beradaptasi dengan angkutan umum yang disediakan pemerintah. Secara biaya, menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum, nominalnya tidak terlalu berbeda. Apalagi secara efisiensi, lebih mudah menggunakan kendaraan pribadi karena tidak berpindah tempat.
Tetapi, kondisi itu tak bisa terus dibiarkan. Dia sangat berharap pemda DKI Jakarta terus melakukan inovasi pada transportasi publik dengan sistem terintegrasi. Jika semua angkutan umum sudah terhubung dengan baik, dia optimis perlahan warga mau beralih dan meninggalkan kendaraan pribadi.
Terpisah, Pakar Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Revy Petragradia, menjelaskan salah satu penyebab macet Jakarta karena pola tata ruang yang salah di masa lalu. Di mana pusat kegiatan dan ekonomi berada di lokasi sentral. Sehingga pergerakan menjadi sangat terpusat ke satu wilayah.
Ditambah lagi, pembangunan infrastruktur tak tumbuh berbarengan dengan jumlah kendaraan masyarakat.
©Liputan6.com/Faizal Fanani
Melihat kompleksnya masalah yang melatarbelakangi kemacetan di Jakarta, Nirwono berpendapat semua pihak harus bertanggung jawab atas kondisi ini.
Agar waktu kendaraan berhenti di jalan karena macet tak terus bertambah parah, sambungnya, tak ada cara lain memaksa masyarakat menggunakan transportasi publik saat beraktivitas sehari hari. Karena menurutnya, kemacetan yang terjadi tidak bisa dilepaskan dari keengganan masyarakat meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah.
"Semua bertanggung jawab, yakni masyarakat harus tetap didorong mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih naik transportasi publik dalam beraktivitas harian. Sementara Pemda DKI mempercepat pengembangan transportasi publik terpadu didukung infrastrukturnya," kata Nirwono.
Kemudian untuk program pembatasan kendaraan yang sudah dilakukan, seperti ganjil genap, harus terus berjalan. Bahkan bila mungkin juga diberlakukan pada kendaraan roda dua.
Sembari semua upaya itu dilakukan, perbaikan transportasi umum dalam segala hal diharapkan terus dilakukan. Sebab perbaikan pada layanan transportasi umum diyakini akan berdampak positif mengurangi macet Jakarta. Meski tak bisa instan, tetapi usaha itu harus dilakukan.
Reporter Magang: Azizah Paramayu
(mdk/lia)