Cerita komik Tintin dan Bandara Kemayoran
Selama di Jakarta, Tintin bertemu dengan teman lamanya bernama Piotr Skut dan terlibat petualangan di Sondonesia.
Jauh sebelum Bandara Internasional Soekarno-Hatta dibangun, Indonesia dahulu juga memiliki bandara megah bertaraf internasional. Letaknya jauh lebih strategis karena berada tidak jauh dari pusat pemerintahan, dialah Kemayoran Airport.
Sebagai bandara yang melayani penerbangan internasional, keberadaan Kemayoran Airport sangat penting di masa itu. Kemayoran Airport menjadi salah satu pintu gerbang yang mengubungkan Jakarta dengan luar negeri setelah pelabuhan.
Kemayoran Airport pernah menjadi salah satu lokasi penting dalam penggalan cerita komik berseri karangan orang Belgia, Georges Remi atau Herge, yaitu 'the adventure of Tintin'.
Dalam seri Flight 714 (vol 714 pour sydney), diceritakan dalam perjalanannya dari Eropa menuju Sydney, wartawan pemberani Tintin bersama Kapten Haddock, Profesor Calculus, dan anjing kesayangannya snowy, pernah mendarat di Kemayoran Airport untuk mengisi bahan bakar.
Selama di Jakarta, Tintin bertemu dengan teman lamanya bernama Piotr Skut dan terlibat petualangan luar biasa di wilayah yang dalam komik disebut Sondonesia. Tidak hanya itu, pesawat Tintin juga dibajak yang mengharuskan Tin-tin mendarat darurat di pulau terpencil bernama Kepulauan Sunda Kecil.
Landasan Kemayoran Airport mulai dibangun tahun 1934 oleh pemerintah kolonial Belanda, kemudian diresmikan sebagai bandara internasional pada 8 Juli 1940. Setelah menjadi bandara internasional, pengelolaan Kemayoran Airport diserahkan kepada Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappy (KNILM).
Dalam Ensiklopedi Jakarta karangan Yayasan untuk Indonesia tercatat, pesawat DC-3 milik KNILM merupakan pesawat pertama yang mendarat di Kemayoran Airport setelah take-off dari lapangan udara Tjililitan (sekarang bernama Halim Perdanakusuma).
Pada tanggal 31 Agustus 1940, Kemayoran Airport menjadi bandara pertama yang menggelar airshow pada ulang tahun Raja Belanda waktu itu. Selain pesawat milik KNILM, pesawat Buckmeister Bu-131 Jungmann, de Haviland DH-82 Tigermoth, Piper Cub, dan Walraven W-2 juga ikut memeriahkan suasana.
Bahkan ketika agresi Jepang, Kemayoran Airport tidak luput dari sasaran rudal tentara Nippon. Pada tanggal 9 Februari 1942, dua pesawat DC-5, dua Brewster dan sebuah F-VII menjadi tumbalnya. Sebagai langkah antisipasi, akhirnya KNILM mengungsikan beberapa pesawatnya ke negara aliansi, Australia.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Kemayoran Airport dipegang penuh oleh Jepang. Mitsubishi A6M2 atau Zero merupakan pesawat tempur pertama mendarat di sana. Namun ketika Jepang menyerah kepada sekutu, wajah Kemayoran Airport dipenuhi oleh ragam jenis pesawat dari Eropa dan Amerika. Seperti Supermarime Spitfire, DC-4/C-54, Skymaster, DC-6, Boeng 377 Stratocruiser, dan Lockheed Constelation.
Masa kemerdekaan, Kemayoran Airport berubah fungsi sebagai bandara penerbangan sipil. Apalagi setelah berdirinya Garuda Indonesia Airways, berbagai pesawat modern masa itu hadir di Kemayoran. Seperti Convair Metropolitan, de Haviland DH-114 Heron, DC-6B, dan Boeng 377 Stratocuiser untuk penerbangan jarak jauh, serta Convair seri 240, 340, dan 440 untuk penerbangan jarak pendek dan sedang.
Hingga pada tahun 1974, karena kesibukan Kemayoran Airport yang sudah tidak bisa dibendung lagi, akhirnya pemerintah terpaksa membuka Halim Perdanakusuma sebagai bandara Internasional. Sedangkan Kemayoran Airport hanya melayani penerbangan domestik.
Akhirnya pada tahun 1985, secara resmi Kemayoran Airport ditutup untuk segala jenis penerbangan. Sedangkan pelayanan penerbangan domestik maupun internasional dipindah ke Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten. Kini sisa landasan Kemayoran dijadikan jalan dengan nama Jalan Benyamin Sueb.