Djarot sebut tim oranye buatan Ahok hilangkan budaya gotong royong
Seharusnya keberadaan PPSU hanya membantu warga dalam merawat prasarana dan saran umum.
Program kebersihan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dianggap membawa dampak negatif bagi warga Jakarta. Sebab budaya gotong royong, seperti kerja bakti pada akhir pekan akhirnya hilang.
Hal itu diungkapkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. Menurut dia, dengan adanya pasukan oranye ini cenderung menyebabkan warga menjadi manja. Alhasil kini warga Jakarta cenderung malas melakukan kerja bakti, lantaran semua sudah dibersihkan PPSU.
"Budaya gotong royong jangan sampai hilang. PPSU itu bisa mematikan gotong royong loh. Warga jadi tergantung pada PPSU. Warga jadi manja. Terus ketika menemukan ketidakberasa, apa-apa langsung lapor. Kemudian lurahnya yang kena dan gaji dipotong. Kan kasihan kalau begitu," jelasnya di Jakarta, Sabtu (16/4).
Seharusnya, Djarot menilai, keberadaan PPSU hanya membantu warga dalam merawat prasarana dan saran umum. Bukan sebaliknya, di mana PPSU memegang peranan utama dalam menjaga itu semua.
"Jangan semua diserahkan kepada PPSU, tetapi warga bergotong royong bersama PPSU. Seperti? kerja bakti yang diadakan setiap hari Minggu di lingkungan. Warga harus turun tangan, tidak mengandalkan PPSU," tutup mantan Bupati Blitar ini.
Seperti diketahui, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama telah mempekerjakan sebanyak 33.099 PPSU pada Agustus 2015 lalu. Mereka ditugasi secara khusus untuk mewujudkan Kota Jakarta yang modern dan tertata rapi. PPSU ditempatkan di tiap kelurahan di Jakarta.
Ahok menugaskan PPSU untuk mewujudkan Jakarta bersih dan tidak ada puntung rokok yang berserakan. Mereka juga bertugas meminimalisir genangan ketika hujan turun. PPSU ini memperoleh gaji sebesar upah minimum provinsi, yaitu Rp 3,1 juta per bulan. Mereka juga mendapat fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Ketenagakerjaan.