Gaji di DKI buat bayar kontrakan & transportasi, makanya susah kaya
Pendapatan yang didapat warga Jakarta kini tak lagi soal bahan makanan. Melainkan untuk kebutuhan kontrakan dan rumah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jakarta, Donny mengatakan angka kemiskinan di Jakarta setiap tahunnya terus menurun. Penurunan jumlah angka kemiskinan tersebut dihitung berdasarkan pendapat perkapita dan jumlah penduduk.
"Jadi kalau kita lihat komponennya itu kita lihat garis kemiskinannya itu ternyata dari tahun ke tahun itu berubah, dulu tahun 2015 lebih disebabkan karena makanan, sekarang lebih disebabkan karena non-makanan," kata Donny usai menghadiri rapat pimpinan di Balai Kota Jakarta, Senin (1/8).
Donny menerangkan, cara yang digunakan Pemprov DKI untuk menurunkan angka kemiskinan sudah benar. Fokus menurunkan harga bahan pokok yang dilakukan telah berhasil menekan angka kemiskinan di Jakarta.
Diakui Donny, pendapatan yang didapat warga Jakarta kini tak lagi soal bahan makanan. Melainkan untuk kebutuhan non-makanan seperti perumahan. Baik untuk mencicil rumah maupun membayar kontrakan rumah atau indekos.
"Jadi orang DKI Jakarta itu gajinya sebagian besar untuk perumahan, sewa rumah kontrak rumah jadi gajinya orang DKI itu beda sama orang Jawa Tengah sama Jawa Timur. Gaji orang DKI itu habis untuk transport, makanya jadi miskin gara-gara itu," jelas Donny.
Untuk itu, langkah Pemprov DKI yang mengurangi kemiskinan dengan membangun rusun dan menyediakan transportasi gratis sudah tepat. Gaji Rp 3 juta di Jakarta dianggap pas-pasan sedangkan gaji dengan nilai yang sama di luar Jakarta dinilai sudah lebih dari cukup.
"Kalau gajinya Rp 3 juta di Solo sudah kaya raya, kalau di Jakarta Rp 3 juta masih mepet, jadi kira-kira begitu,"tambahnya.