PKL Tanah Abang rela setor ke preman agar tak direcoki
Para preman menerapkan 'tarif berbeda' antara PKL asli Tanah Abang dan dari daerah.
Polisi menangkap 48 preman di Tanah Abang. Mereka menduga masih banyak lagi preman yang memeras pedagang kaki lima (PKL) di sana. Para pedagang di Tanah Abang membenarkan memang ada preman yang kerap meminta uang dengan alasan untuk kebersihan dan keamanan. Mereka pun rela memberikan uang asal tidak diganggu.
"Ya kita tahu sama tahu. Yang penting kita cari makan bisa dan gak ngrecok-ngrecoki," kata seorang pedagang telepon selular di Pasar Abang saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (2/8).
Uang kebersihan tiap bulan yang disetorkan berkisar antara Rp 25 ribu-Rp 30 ribu dalam setiap bulan. Jumlah itu kecil karena menurut pedagang itu dirinya asli Tanah Abang.
"Sebenarnya, kalau PKL-PKL ini tidak menempati jalan ya tidak sampai seperti ini masalahnya. Kalau saya cuma ditarik uang kebersihan dari RT RW sini, untuk uang keamanan tidak. Yang ditarik itu paling yang PKL bukan asal Tanah Abang paling," tandasnya.
Keterangan pria itu benar adanya. Sumiati yang berjualan minuman dan rokok di trotoar Jalan Jati Baru mengaku menyetor sejumlah uang. Perempuan paruh baya asal Solo ini mengaku setor uang keamanan sebesar Rp 50 ribu. Jumlahnya tidak terlalu besar karena dirinya hanya pedagang kecil. makin besar usaha, makin besar juga uang yang harus disetor.
"Kebersihan Rp 20 ribu dan keamanan Rp 30 ribu per bulan," jelas Sumiati.
Pantauan merdeka.com di lokasi, dari stasiun Tanah Abang hingga Blok G Pasar Tanah Abang berjajar ratusan PKL. Belum lagi di seberang jalan yang menggunakan badan jalan sebagai tempat untuk menggelar dagangannya, juga tak sedikit jumlahnya. Selain jual makanan dan minuman, kebanyakan dari mereka jual pakaian.