Survei Pilgub DKI: Ahok 60,3 persen, Risma 19,3 persen
Risma lebih memberikan perlawan pada Ahok ketimbang Yusril.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini salah satu yang disebut menjadi calon penantang Basuki T Purnama (Ahok) d Pilgub DKI 2017. Lalu bagaimana hasilnya jika Risma melawan Ahok tahun depan?
Charta Politika telah melakukan survei terhadap kemungkinan pemenang Pilgub DKI jika calonnya hanya Ahok dan Risma. Hasilnya, Ahok tetap unggul jauh ketimbang lawannya Risma yang diyakini punya popularitas tak kalah tinggi.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memperoleh 19,3 persen. Sementara Ahok jauh di atas politisi PDIP itu dengan memperoleh 60,3 persen.
Survei ini dilakukan pada 15-20 Maret 2016 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuisioner terstruktur. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 400 responden yang tersebar di lima wilayah kota administrasi dan Kepulauan seribu.
Survei ini menggunakan metode bertingkat (Multistage random sampling) dengan tingkat kesalahan (marging of Error) 4,9 persen pada tingkat kepercayaan.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, meskipun kalah survei dari Yusril, Risma mempunyai peluang kuat untuk menjadi penantang kuat melawan Ahok. Alasannya, kata dia, Risma mendapat dukungan penuh dari PDIP dan kinerjanya sudah terbukti di Surabaya ketimbang Yusril yang masih mencari dukungan parpol.
"Bu Risma sejauh ini bisa menjadi saingan kuat Ahok. Dia dapat dukungan penuh dari PDIP dan track recordnya sudah bagus. Beda dengan Yusril yang masih mencari dukungan," kata Yunarto kepada merdeka.com di Kantor Charta Politika, Jl. Cisanggini III, Jaksel, Rabu (30/3).
Dia mengatakan, perjalanan Yusril Ihza Mahendra masih sangat panjang. Pasalnya, Yusril tidak serta merta langsung siap menantang Basuki Tjahja Purnama(Ahok), karena harus mendapatkan tiket dukungan partai politik terlebih dahulu.
Dan tentunya, hal tersebut berbeda dengan Ahok yang saat ini sudah didukung oleh relawan TemanAhok dan Basuki Tjahja Purnama Mania (Batman) serta juga dukungan dua partai politik (Nasdem dan Hanura).
"Untuk sementara Yusril harus berjuang dulu untuk mendapatkan tiket partai. Pertarungan Yusril masih seputar perebutan tiket partai, bukan melawan Ahok," katanya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, partai yang tidak besar yang dipimpin Yusril menjadi penyebab dirinya harus terlebih dahulu berjuang mendapatkan tiket partai politik terlebih dahulu.
"Yusril masih mengahdapi kendala yang sangat besar, melihat dia bukan dari partai politik yang sangat besar," kata Yunarto.
Lelaki yang biasa disapa Totok tersebut juga menyakini bahwa Ketua Umum Partai Bulan Bintang tersebut sangat sulit mendapatkan dukungan dari PDI Perjuangan. Pasalnya, prinsip PDI Perjuangan yang terlebih dahulu mengusung kader partainya sendiri menjadi alasan yang tidak bisa terbantahkan.
"Dukungan PDIP terhadap Yusril sangat sulit terjadi, karena ideologi mereka berbeda. Selain itu, sangat tidak logis juga, PDI Perjuangan sebagai partai terbesar di Jakarta mendukung Ketua umum partai yang tidak masuk dalam Pemilu," kata dia.