Melihat Kerajinan Bambu Cantik Khas Bantul, Ada Keranjang Buah sampai Boks Laundry
Di wilayah Muntuk, Kabupaten Bantul misalnya, tanaman serba guna itu disulap menjadi perabotan rumah tangga mulai dari keranjang buah sampai boks laundry.
Bambu merupakan tumbuhan yang bisa dikreasi menjadi ragam kerajinan. Di wilayah Muntuk, Kabupaten Bantul misalnya, tanaman serba guna itu disulap menjadi perabotan rumah tangga mulai dari keranjang buah sampai boks laundry.
Salah satu perajin produk rumah tangga bambu di Muntuk, Slamet Riyanto mengatakan jika dirinya sudah menjalankan usaha pembuatan kerajinan tersebut sejak bertahun- tahun silam. Sehari-harinya, ia mengerjakan pesanan konsumen dibantu oleh beberapa orang karyawannya.
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Siapa yang menunjuk Sitor Situmorang menjadi koresponden Waspada di Yogyakarta? Pada tahun 1947, Sitor di tunjuk oleh Menteri Penerangan, Muhammad Natsir untuk menjadi koresponden Waspada di Yogyakarta.
-
Apa yang terlihat di langit Yogyakarta pada tanggal 14 September 2023? Malam hari, tanggal 14 September 2023, sebuah objek bercahaya panjang terbang di langit Jogja. Penampakan ini terlihat di berbagai tempat. Cahaya panjang itu bergerak dari selatan ke utara.
-
Kapan Yogyakarta mendapatkan status istimewa? Status keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri punya sejarah yang panjang. Sejarahnya bahkan sudah dimulai jauh sebelum undang-undangnya disahkan pada tahun 2012. Bahkan status keistimewaan itu sejatinya telah diperoleh sebelum kemerdekaan.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Bagaimana Yogyakarta mendapatkan status istimewa? Sejak pengakuan kedaulatan Indonesia sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 2 November 1949, Yogyakarta yang sejak tahun 1946 menjadi ibu kota negara hanyalah sebuah negara bagian di bawah naungan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Berkat kreativitasnya menciptakan berbagai alat rumah tangga, pesanannya datang silih berganti hingga ke luar daerah.
“Jadi di Dusun Karangasem, Muntuk ini ada tiga pengepul. Termasuk saya ya perajin, ya pengepul” kata Slamet, dikutip dari kanal YouTube Bantul TV, Sabtu (27/5).
Tak Hanya Tampah
©2023 YouTube Bantul TV/ Merdeka.com
Slamet mengaku termotivasi untuk menciptakan banyak produk dari tumbuhan bambu. Hal ini karena kebanyakan kreasi bambu berfokus ke produk tampah saja.
Berangkat dari arahan sejumlah pihak, termasuk permintaan konsumen, dirinya berhasil menciptakan berbagai produk seperti tudung saji, tempat lampu, rantang dan cermin.
“Jadi sempat dari dinas terkait minta agar membuat motif lain selain tampah, akhirnya sekarang mulai ada tudung saji, keranjang tempat buah, terus boks laundri, tas-tas,” katanya.
Berani Berinovasi
©2023 YouTube Bantul TV/ Merdeka.com
Sebagai pembuat kreasi bambu, Slamet tak memungkiri jika banyak dari para konsumen yang menginginkan berbagai model. Agar bisa terus berinovasi dan memenuhi kebutuhan konsumen, dirinya menerima pembuatan produk berdasarkan pesanan konsumen.
Awalnya ia akan membuat modelnya terlebih dahulu. Kemudian ia berikan contohnya kepada pemesan. Setelah hasilnya sesuai, ia akan segera memproduksinya.
“Ini bermula dari seringnya saya ikut event pameran, di Jakarta, Jogja. Nah dari hasil pameran itu saya ketemu buyer-buyer dan mereka pesan. Jadi saya dikasih gambar, lalu saya bikin sampel, nah kalau sudah oke baru saya produksi,” katanya.
Hasilkan Warna Alami dari Pengasapan
©2023 YouTube Bantul TV/ Merdeka.com
Ada yang unik dari produk bambu yang diciptakan Slamet dan para karyawannya. Hasil warna kuning menyala dari produknya itu didapat bukan dari cat kimia, melainkan pewarna alami.
Warna itu tercipta dari hasil pengasapan produk selama beberapa waktu. Proses ini akan memberikan efek warna yang awet.
Slamet membeberkan, jika sumber apinya didapat dari sisa limbah produksi. Lalu produk mentah ditempatkan di atasnya, dan diberi asap. Agar pewarnaannya sempurna, Slamet juga menutup produk dengan terpal.
“Misalnya tudung saji. Awalnya bambu dipotong sesuai ukuran dan dikeringkan sebentar lalu dibelah tipis-tipis atau diirat lalu dikeringkan lagi dan dianyam. Lalu tadi diberi warna alami, dengan diberi asap dari pembakaran limbah. Asap bisa mengubah warna alami jadi kekuning-kuningan gitu,” katanya.
Turun Temurun
Selama ini, Slamet menjalankan usaha kerajinan bambu tersebut secara turun temurun. Ia generasi penerus dari nenek moyangnya yang sudah berkreasi sejak puluhan tahun silam.
Saat ini sudah ada sekitar 80-an model yang sudah dibuat oleh Slamet. Bahkan produk-produknya mampu menghasilkan keuntungan hingga Rp15 juta setiap bulannya.
Selain meneruskan misi keluarganya, ia juga ingin berusaha membantu warga sekitar yang menganggur untuk diajaknya bekerja.
“Saya sebagai perajin bambu di Muntuk, saya ingin jangan sampai di wilayah saya itu ada warga yang menganggur, lalu saya juga ingin melestarikan dan pengembangan khususnya kerajinan bambu di wilayah saya, karena bambu ini menghidupi kami dari generasi ke generasi,” ujarnya.