Mengenang Joko Pinurbo, Penyair yang Sangat Mencintai Kota Jogja dan Selalu Bisa Menertawakan Duka
Meskipun lahir di Sukabumi, Jokpin justru sangat lekat dengan Kota Jogja.
Meskipun lahir di Sukabumi, Jokpin justru sangat lekat dengan Kota Jogja.
Mengenang Joko Pinurbo, Penyair yang Sangat Mencintai Kota Jogja dan Selalu Bisa Menertawakan Duka
Penyair ternama Joko Pinurbo meninggal dunia pada Sabtu (27/4/2024) pagi di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Kepergian sang penyair menjadi duka bagi banyak orang, khususnya kawan-kawan dekat dan para penggermar puisinya.
Sakit
Sebelumnya, Joko Pinurbo sudah sempat dirawat di rumah sakit. Penyair kelahiran Sukabumi, 11 Mei 1962 silam ini mengalami keluhan sakit pada paru-parunya. Saat di rumah sakit, ia dibantu dengan alat pernapasan.
Sangat Cinta Jogja
Penyair yang dikenal dengan nama akronim Jokpin sangat mencintai Kota Jogja. Tidak hanya sering membuat puisi tentang daerah istimewa ini, Joko Pinurbo bahkan menyertakan kata Jogja untuk menamai iIstagramnya, @jokpin.jogja.
Jokpin mulai tinggal di Kota Jogja sejak kuliah pada Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma Yogyakarta. Hingga akhir hayatnya, ia memilih bertempat tinggal di Kota Jogja.
Salah satu petikan puisi Joko Pinurbo tentang Kota Jogja sering dikutip untuk menggambarkan kerinduan seseorang akan kota ini. Petikan puisi ini juga dijadikan ikon pusat perbelanjaan Teras Malioboro 1.
"Yogya terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan," tulis Jokpin.
Jokpin membuktikan bahwa puisi tidak hanya berhenti saat dibaca di buku, ia juga bisa jadi instalasi seni yang punya daya tarik wisata.
Tertawakan Duka
Puisi Jokpin dinikmati banyak orang karena berbagai kelebihannya. Mulai dari penggunaan kata-kata sederhana hingga kepiawaiannya menertawakan duka. Membaca puisi-puisi Jokpin bisa jadi pelipur lara.
Berikut tiga puisi yang ia sematkan dalam unggahan Instagram pribadinya.
Segudang Prestasi
Mengutip situs kebudayaan.jogjakota.go.id, penyair yang menekuni dunia puisi sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) ini telah dianugerahi sederet penghargaan.
Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), South East Asian (SEA) Write Award (2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2015), Anugerah Kebudayaan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (2019), dan beberapa lainnya.