Peringati Hari Bumi, Para Pelukis Perempuan di Jogja Persembahkan Lukisan Unik Ini
Lima orang pelukis perempuan asal Jogja menggelar sebuah pameran lukisan cat air dalam rangka memperingati hari bumi. Lantas seperti apa karya-karya yang ditampilkan dalam pameran itu?
Setiap tanggal 22 April, masyarakat di seluruh dunia memperingati Hari Bumi. Momen ini biasanya digunakan untuk mengingat kembali berbagai kerusakan alam yang telah dilakukan manusia.
Berkaitan dengan hal itu, lima orang pelukis perempuan asal Jogja menggelar sebuah pameran lukisan cat air pada tanggal 28 Mei-11 Juni 2022 di NW Art Space. Kelima pelukis ini adalah Icka Gavrilla, Kristy Syarfuan, Stephanie Erica, Veynie Vokke, dan Yuliana Susi. Melalui karya-karya lukisnya mereka mencoba mengulik kembali makna di balik peringatan Hari Bumi.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
“Dalam pameran ini, para seniman coba mengungkapkan beragam metafor mengenai bentuk kepedulian mereka terhadap alam Indonesia, yang keseimbangannya semakin hari semakin rawan,” tulis kurator pameran itu, Aa Nurjaman.
Lantas seperti apa karya-karya yang ditampilkan dalam pameran itu? Berikut selengkapnya:
Anak Perempuan dan Keindahan Alam
©IWCS
Dalam pameran itu, Veynie Vokke memamerkan beberapa karya lukis di antaranya lukisan yang berjudul “Keep Me Safe” (2022), “Let Yourself Blossom” (2022), dan “Swimming With Me”. Dalam tiga lukisan itu, Veynie menampilkan hubungan antara anak perempuan dengan alam semesta.
Dalam karya “Let Yourself Blossom” misalnya, Veynie menampilkan lukisan seorang anak perempuan yang berada di tengah-tengah taman bunga yang indah.
“Melalui lukisannya, Venie berpendapat bahwa setiap makhluk apakah itu manusia, tumbuhan, hewan, dan lainnya memiliki cara sendiri dalam pertumbuhannya,” tulis Nurjaman dalam katalog pameran seni lukis itu.
Perjalanan Menuju Laut
©IWCS
Untuk pameran ini, Stephanie Erica banyak melukis dengan objek laut. Hal ini terlihat dari karya-karyanya yang dipamerkan yaitu “First Step” (2022), “The Beginning” (2022), dan “The Rock” (2022). Dalam karyanya yang berjudul “First Step”, Stehphanie menggambarkan suatu tahap pertama dalam perjalanan dengan mengibaratkan suatu jalan yang menjorok ke tengah laut.
“Saya merasa terkadang langkah ini terhenti bahkan buntu, padahal pandangan kita ke depan begitu luas. Kita mesti sadar meski imajinasi maupun pikiran kita begitu luas, tetapi kemampuan kita sangat terbatas,” kata Stephanie memaknai karyanya.
Pohon Kehidupan
©IWCS
Beda halnya dengan Kristy Syarfuan. Dalam pameran ini, dia banyak melukis dengan objek pohon. Objek pohon itu tergambarkan dalam empat karyanya yang berjudul “Moon Glow” (2022), “Grow” (2022), “DNA” (2022), dan “Connected” (2022). Dalam karyanya yang berjudul DNA, Kristy menggambarkan batang pohon yang menyerupai bentuk DNA dengan daun yang menyerupai paru-paru manusia.
“Melalui karya ini Kristy mengutarakan bahwa manusia dan pohon bahkan dengan alam sebenarnya diciptakan dari zat yang sama. Falsafah ‘kosmosentris’ yang berasal dari zaman kuno itu adalah konsepsi keseimbangan antara manusia dengan alam dalam keselarasan menuju Sang Pencipta,” tulis Nurjaman.
Makna Sebuah Bunga
©IWCS
Sementara itu, Ickha Gavrilla mengungkapkan kepeduliannya terhadap kondisi bumi dengan sebuah lukisan metafor berwujud bunga. Hal itu terwujud dalam tiga karyanya yang berjudul “Piece of Nature” (2022), “Hope” (2022), dan “Smiles of Earth” (2022). Dalam karya “Hope” misalnya, Ickha menggambarkan detail-detail bunga yang selalu menjadi penghias halaman rumah.
“Hope mengutarakan sebuah doa terhadap kelestarian alam yang begitu seimbang dalam keharmoniannya,” ungkap Nurjaman.
Kerinduan Kenangan Masa Kecil
©IWCS
Berbeda dengan yang lainnya, karya-karya lukisan Yuliana Susi terinspirasi dari kehidupan masa kecilnya di mana dia hidup bahagia bersama keluarga yang membesarkannya. Kerinduannya terhadap masa kecil itulah yang menghasilkan beberapa karya antara lain “Her Beauty of Brownish-Red Day” (2022), “His Elegant Hunter Day” (2022), dan “Her Calm Green Day” (2022).
Sementara itu dalam karyanya yang berjudul “Her Shinning Amber Day” (2022), Yuliana mengungkapkan perbedaan suhu alam di siang hari antara perkotaan dan pedesaan. Pada siang hari, sinar matahari di kota terasa begitu menyengat, sementara kalau di desa menjadi lahan pencari nafkah yang maksimal.