Sambut KTT, Pakar UGM Sebut ASEAN Punya Peran sebagai Pusat Ekonomi Dunia
Pada tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Bagi pakar perdagangan ekonomi dunia dan politik internasional Universitas Gadjah Mada (UGM), Riza Noer Arfani, posisi strategis itu harus dimanfaatkan Indonesia.
Pada tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Bagi pakar perdagangan ekonomi dunia dan politik internasional Universitas Gadjah Mada (UGM), Riza Noer Arfani, posisi strategis itu harus dimanfaatkan Indonesia.
Indonesia harus memanfaatkan momentum ini untuk menentukan isu-isu yang dibahas, salah satunya mengangkat penguatan komitmen ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia.
-
Kenapa KTT ASEAN digelar di Jakarta? KTT yang akan diselenggarakan di Jakarta tersebut menjadi momen penting bagi Indonesia sebagai tuan rumah untuk memfasilitasi dialog dan kerjasama antara pemimpin negara anggota.
-
Apa saja isu yang dibahas dalam KTT ASEAN? KTT ASEAN menjadi forum penting yang mana para pemimpin negara anggota berkumpul untuk membahas berbagai macam isu. Mulai dari isu-isu strategis, kerja sama regional, dan perkembangan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi di KTT ASEAN-India? "Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,"
-
Apa yang menjadi salah satu isu yang dibahas dalam KTT ke-43 ASEAN? Stabilitas kawasan akan kembali menjadi salah satu isu yang dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN di Jakarta pada 5–7 September 2023.
-
Kapan KTT ke-20 ASEAN-India dihelat? Presiden Jokowi (Jokowi) memimpin KTT ke-20 ASEAN-India dengan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi yang diikuti oleh para pemimpin negara ASEAN.
-
Di mana KTT ASEAN 2023 diadakan? Para tamu KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo yang mendapatkan sambutan mewah dari Indonesia.
“Indonesia sangat bisa menyuarakan itu apalagi sekarang kita ketuanya dan ekonomi Indonesia juga tersebar di ASEAN, artinya kita memiliki posisi yang kuat,” kata Riza dikutip dari ANTARA pada Selasa (9/5).
Berjalan Sendiri-Sendiri
©2023 Merdeka.com
Menurut Riza, selama ini aktivitas perdagangan negara-negara ASEAN masih berjalan sendiri-sendiri. Walaupun beberapa negara ASEAN telah terintegrasi dengan rantai pasok dunia khususnya di bidang manufaktur, namun sebagian anggota negara yang lain masih terbelakang dan belum terintegrasi.
Sejumlah negara yang telah terintegrasi dengan rantai pasok dunia dalam bidang manufaktur antara lain Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Sementara yang belum terintegrasi adalah Myanmar, Laos, dan Brunei.
“Yang telah terintegrasi dengan ekonomi global-pun berjalan sendiri-sendiri, misalnya Malaysia dengan China, Indonesia dengan China, Thailand dengan China. Akibatnya negara ASEAN tidak memiliki posisi nilai tawar dalam ekonomi dunia,” kata Riza.
Mengulang Kesuksesan Masa Lampau
©2023 Liputan6.com/Johan Tallo
Riza mengatakan, cita-cita untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia hanya bisa terwujud saat sudah terjalin kerja sama atau integrasi perdagangan antar negara anggota yang saling menguntungkan.
Apabila komitmen ini terwujud, integrasi perdagangan tidak boleh berhenti di level pemerintah. Namun juga bisa dilanjutkan pada level industri, bisnis, bahkan di level komunitas antar negara ASEAN.
“Saya kira kita perlu mengulang kesuksesan dulu pada tahun 1970-an saat ASEAN berhasil mendesain kerangka kerja sama di bidang otomotif yang waktu itu mitra utamanya adalah Jepang,” ujar Riza.
Peta Jalan yang Jelas
©2023 Merdeka.com
Menurut Riza, perlu disepakati peta jalan integrasi perdagangan yang jelas dengan mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki masing-masing negara ASEAN secara merata.
Ia mencontohkan, untuk produksi kendaraan listrik, masing-masing negara anggota bisa bekerja sama dan saling melengkapi dengan membuat setiap komponen yang dibutuhkan.
“Kalau produksi kendaraan listrik, Indonesia misalnya punya produksi baterai, Malaysia komponen elektriknya, kemudian Thailand apanya. Itu harus ada kesepahaman pada tiap negara ASEAN sebelum kemudian negosiasi dengan negara-negara mitra seperti Jepang, Amerika, dan Uni Eropa,” kata Riza.