Kisah Petani Madura Punya Sawah 30 Hektare di Jepang, Dulu Lahir dari Keluarga Miskin Kini Hidup Sejahtera Dihormati Banyak Orang
Awalnya ia tak berniat tinggal di Jepang, tapi nasib berkehendak lain
Awalnya ia tak berniat tinggal di Jepang, tapi nasib berkehendak lain
Kisah Petani Madura Punya Sawah 30 Hektare di Jepang, Dulu Lahir dari Keluarga Miskin Kini Hidup Sejahtera Dihormati Banyak Orang
Yuanas tak pernah menyangka ia bakal menjadi warga Jepang. Pada tahun 2011 lalu, ia dan sang istri yang merupakan warga Jepang, pergi ke negeri sakura itu untuk melegalkan pernikahan mereka. Kepulangannya ke Indonesia justru tertunda gara-gara gempa bumi.
- Jeritan Orang ini Disangka Hantu, Padahal sedang Minta Tolong Terjebak di Sumur Tua
- Mengiris Hati, Ibu Dibui Usai Siram Air Keras ke Pria yang Mengintipnya, 2 Anaknya Nangis Mau Ikut ke Penjara
- Seperti Kisah Sinetron, Anak Orang Kaya Ini Tertukar saat Lahir di Rumah Sakit dan Harus Hidup Miskin Selama 60 Tahun
- Pria ini Tiga Tahun Bekerja di Jepang Baru Bisa Mudik, Sampai Rumah Anaknya Bengong Diajak Salim
Masa Kecil
Yuanas atau yang akrab disapa Cak Anas lahir dari keluarga miskin di Pulau Madura, Jawa Timur. Pria dua bersaudara ini dibesarkan oleh ibu tunggal setelah ayahnya pergi meninggalkan mereka.
Demi menempuh pendidikan tingkat dasar, Cak Anas harus naik turun gunung dan menyeberang sungai dari rumah menuju sekolahnya.
"Ijazah saya terakhir SD, saya pernah mengenyam bangku SMP mungkin hanya setengah tahun," jelas Anas, dikutip dari YouTube DAILAMI FIRDAUS.
Kerja Keras
Cak Anas nekat pergi ke Bali untuk mencari penghidupan lebih layak. Pertama kali tiba di Bali, ia tidur di balai pertemuan umat Hindu dan makan sesajen yang disiapkan di tempat tersebut. Setelah beberapa hari, aksi Cak Anas ketahuan oleh seseorang.
Alih-alih memarahi Cak Anas, umat Hindu yang menemuinya justru mengajak dia bekerja sebagai pelatih surfing. Ia juga memperbolehkan Cak Anas tidur di balai pertemuan umat Hindu.Suatu hari, Cak Anas bertemu dengan Ichisawa Chikako yang saat itu bekerja sebagai pegawai bank Jepang di Bali.
Perkenalan mereka bermula saat Ichisawa penasaran dengan seluk-beluk agama Islam. Mendengar pertanyaan-pertanyaan Ichisawa, Cak Anas menjawab sesuai kemampuannya.
Hubungan keduanya semakin dekat karena sering ngobrol dan jalan bersama.
"Akhirnya saya tanya, daripada kita jalan enggak jelas, kamu mau enggak jadi ibu dari anak-anak saya? Dia mau, yaudah kami nikah," ungkap Cak Anas, dikutip dari YouTube DAILAMI FIRDAUS.
Nekat Jadi Petani
Gempa yang menimpa Jepang pada tahun 2011 lalu membuat kepulangan Cak Anas ke Indonesia tertunda. Niatnya pulang ke Tanah Air kembali tertunda setelah sang istri hamil anak pertamanya.
Sang mertua akhirnya meminta Cak Anas membantu menggarap lahan pertanian, sembari menunggu mendapatkan pekerjaan lain.
Cak Anas kemudian diterima bekerja di pabrik mesin pertanian ternama di Jepang, yakni Kubota.
Setelah berhenti kerja dari pabrik Kubota, Cak Anas fokus menjadi petani. Dari yang awalnya menggarap lahan milik mertuanya, ia lalu diminta menggarap banyak lahan milik para lansia lain.
Saat ini, Cak Anas sudah memiliki 30 hektare lahan pertanian yang ia kelola secara modern. Bahkan, lahan seluas itu hanya ia kerjakan bersama sang istri. Pekerjaannya sebagai petani begitu mudah karena memanfaatkan mesin-mesin pertanian modern.
Pasutri ini juga tidak pernah kesulitan menjual hasil pertaniannya. Mereka menjual padi ke koperasi pertanian dan ubi ke pabrik. Berkat kerja kerasnya, mereka sangat dihormati oleh banyak orang Jepang maupun Indonesia.