Pegang Prinsip Merdeka atau Mati Syahid, Begini Perjuangan Bung Tomo Lawan Penjajah
Bung Tomo merupakan pejuang yang tak henti-hentinya memikirkan nasib bangsa. Jiwa patriotnya lahir dari kekuatan iman seorang Muslim. Suatu hari, saat dikepung pesawat tempur Belanda, ia dan pasukannya selamat lantaran awan yang menutupinya. Ini kisah lengkap perjuangannya.
Sutomo atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Tomo merupakan pejuang yang tak henti-hentinya memikirkan nasib bangsa. Jiwa patriot Bung Tomo lahir dari kekuatan iman seorang Muslim.
Pria kelahiran Surabaya, 3 Oktober 1920 itu memegang teguh prinsip berjuang dengan niat ikhlas membela kemerdekaan dan kedaulatan bangsa atas nama Allah. Dengan demikian, Bung Tomo meyakini tidak akan ada kerugian yang didapatkan.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.
-
Siapa yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur? Hal ini dirasakan Aming Aminoedhin, seniman yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur.
-
Kapan Jawa Timur meraih penghargaan insentif fiskal? Atas Keberhasilan itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendapatkan penghargaan insentif fiskal yang diserahkan langsung Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin kepada Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak mewakil Khofifah, dalam acara Rakornas dan Penyerahan Insentif Fiskal atas Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem 2023, di Istana Wapres Jakarta, Kamis(9/11).
-
Mengapa Aming dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur? Keluarga jadi salah satu faktor terpenting bagi seorang anak. Hal ini dirasakan Aming Aminoedhin, seniman yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur.
-
Apa yang menjadi sorotan Kantor Berita Amerika tentang OKU Timur? Potensi perikanan terutama kampung patin yang ada di OKU Timur menjadi lirikan dunia Internasional, di mana tim dari Kantor Berita Amerika Associated Press beraudensi dan wawancara bersama Bupati OKU Timur H Lanosin ST, Senin 24 Juli 2023 di Ruang Budensi Bupati OKU Timur.
-
Siapa yang menyatakan bahwa masyarakat Jawa Timur memiliki karakteristik khusus? Menurut Mohammad Noer, masyarakat Jawa Timur dinamis, agresif dan memiliki karakteristik khusus. "Agar diterima menjadi pimpinan di Provinsi Jawa Timur maka harus mau melayani rakyat, tahu menempatkan diri serta mampu mengayomi rakyat," ujarnya, dikutip dari laman resmi disperpusip.jatimprov.go.id.
Pimpin BPRI
©2021 Merdeka.com/jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id
Saat pemerintah Indonesia dianggap terlalu lambat menghadapi pergerakan Belanda yang membonceng sekutu, Bung Tomo bersama rakyat melahirkan Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI). Sejak 12 Oktober 1945, Bung Tomo menjadi pucuk pimpinan BPRI, seperti dilansir laman resmi Disperpusip Provinsi Jawa Timur.
Berbekal pemahaman dan pengajaran agama yang matang, Bung Tomo teguh dengan prinsipnya bahwa seorang pandu dan pejuang bangsa harus suci dalam pikiran maupun perbuatan. Dalam setiap pergerakan perjuangannya, pekikan Allahu Akbar selalu terdengar untuk menyemangati perlawanan para pemuda dan rakyat.
Merdeka atau Mati Syahid
Selain kalimat Allahu Akbar, Bung Tomo selalu meneriakkan semboyan merdeka atau mati syahid melalui corong radio untuk membakar semangat para pemuda dan rakyat dengan pidatonya yang berapi-api.
Dalam setiap kali aksi pertempuran, selalu menyisakan kisah-kisah perjuangan yang menarik. Pernah satu kali saat melancarkan aksi gerilya, Bung Tomo dan pasukannya dikepung pesawat Belanda.
Di saat tak ada tempat berlindung itulah, atas kebesaran dan kekuasaan Allah, gumpalan awan menutupi Bung Tomo beserta pasukannya yang sedang menjadi sasaran tembak oleh pesawat-pesawat tempur Belanda.
Pejuang Besar
©2021 Merdeka.com/jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id
Saat terjadi peristiwa 10 November 1945, Bung Tomo menjadi penggerak perlawanan rakyat. Ulama-ulama di Surabaya pun memberi dukungan penuh. Sementara itu, sosoknya sudah menjadi incaran Belanda. Barang siapapun yang berhasil menangkap atau membunuh Bung Tomo dijanjikan hadiah besar.
Setelah revolusi kemerdekaan usai, Bung Tomo tetap mempertahankan hidup sederhana. Ia enggan menerima fasilitas apapun dari pemerintah yang dimaksudkan sebagai penghargaan terhadap perjuangannya.
Bung Tomo tetaplah seorang pejuang yang memikirkan rakyat dan bangsanya. Kemudian, pada 16 Oktober 1981, setelah melaksanakan wukuf di Arafah sebagai rangkaian ibadah haji, Bung Tomo wafat.