Adu tarung program cagub, siapa yang layak memimpin Ibu Kota?
Kampanye masih seputar pencitraan dan sosialisasi pengenalan kepada warga. Adapun dalam kesempatan ini, warga tidak diberikan ruang yang cukup untuk mengkritisi program-program yang ada dalam visi dan misi mereka.
Pilkada DKI Jakarta 2017 diwarnai kasus penistaan agama yang dilakukan gubernur non-aktif Basuki T Purnama (Ahok). Begitu kasus ini merebak, warga seolah terlarut dan memberikan perhatian khusus pada kasus ini.
Begitu kuatnya pengaruh kasus ini membuat program-program para kandidat nyaris luput dari perhatian warga. Warga seakan lupa, Pilkada DKI 2017 merupakan ajang dan momen membangun Ibu Kota secara bersama-sama. Sebab, program yang ditawarkan saat ini adalah salah satu cara menilai cagub dan cawagub, apakah mereka mampu membawa perubahan dan mengatasi persoalan di Ibu Kota yang sangat kompleks.
Pengamat politik Universitas Nasional, Alfan Alfian mengatakan, meskipun gencar melakukan kampanye, program para kandidat dinilai masih tumpang tindih. Hampir semua program yang ditawarkan sama dan belum ada yang membedakan mereka satu sama lain. Polanya juga sama, janji dan memberi bantuan langsung kepada masyarakat.
"Ketiganya sama, hampir sama isu, janjikan sesuatu yg secara umum perbaikan materi. Sama-sama mengeksplorasi isu populis," kata Alfan kepada merdeka.com berapa hari lalu.
Alfan menilai, ajang kampanye masih seputar pencitraan dan sosialisasi pengenalan kepada warga. Adapun dalam kesempatan ini, warga tidak diberikan ruang yang cukup untuk mengkritisi program-program yang ada dalam visi dan misi mereka.
Apa yang dibutuhkan warga DKI?
Pengamat tata kota Yayat Supriyatna mengatakan, meski sudah menawarkan program, ketiga pasangan calon masih memperlihatkan taktik politik saling menjatuhkan satu sama lain. Dia menilai, ketiganya belum sampai pada akar persoalan yang dihadapi masyarakat DKI.
"Belum ada dalam visi misi. Hanya saling menjatuhkan satu sama lain. Memang etika kepemimpinan juga perlu. Jakarta juga perlu dibangun dengan etika, sopan santun, berbudaya. Itu yang kita dorong," kata Yayat kepada merdeka.com, Selasa (22/11).
Dari kebutuhan-kebutuhan di Ibu Kota, menurut Yayat, ada tiga hal mendasar perlu mendapat perhatian khusus dari ketiga kandidat. Ketiga hal itu antara lain layanan umum yang lancar, solusi banjir dan sampah serta ketersediaan lapangan pekerjaan. Tiga hal ini, kata dia merupakan persoalan klasik yang hampir belum ada jalan keluarnya.
"Konstruksi layanan sudah dibongkar habis, apa yang mau diubah, apa bisa selesaikan? Lalu layanan umum. Yang kita dorong adalah layanan umum lancar. Dan ketiga, agar warga DKI enggak berantem harus dibuat sibuk. Kerja," jelasnya.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 dilaksanakan? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 putaran kedua dilaksanakan? Pemungutan Suara Putaran Kedua (19 April 2017):Putaran kedua mempertemukan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga.
-
Apa saja isu yang muncul selama Pilkada DKI 2017? Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik.
-
Bagaimana cara warga Jakarta memilih pemimpin di Pilkada DKI 2017? Dengan sistem ini, warga Jakarta bisa langsung berpartisipasi memberikan suara untuk menentukan pemimpin mereka hingga 5 tahun ke depan.
-
Apa tugas Ahmad Sahroni di Pilgub DKI Jakarta? Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akhirnya menunjuk Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni sebagai ketua pemenangan untuk pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Jakarta.
Anies Baswedan kampanye di Kepulauan Seribu ©2016 Merdeka.com/Anisyah Al Faqir
Terkait layanan umum, kata Yayat, fokusnya adalah soal mengatasi kemacetan di Ibu Kota. Menurut dia, hal yang sangat perlu adalah bagaimana membuat mobilitas penduduk berjalan tanpa hambatan. "Macet itu biasa ya dan biarkan saja. Tapi bagaimana membuat agar mobil dan bus tetap berjalan lancar dan nyaman," jelasnya.
Kemudian, masalah banjir dan sampah harus diselesaikan secara bersama-sama. Hal ini bukan saja tanggung jawab pemerintah tapi bagaimana mengajak warga ikut terlibat dalam menangani masalah banjir. Warga, kata dia perlu didorong untuk membangun kesadaran untuk hidup bersih dan tertib.
"Sungai sudah bersih tapi kesadaran masyarakat belum ada. Ini PR besar, seakan cagub ini sinterklas. Seharunya ajak warga, sharing, sama-sama agar tidak ada lagi yang buang sampah sembarangan," tegasnya.
agus yudhoyono di kalideres ©2016 Merdeka.com/septian
Hal ketiga yang menjadi persoalan mendasar di Ibu Kota adalah ketersediaan lapangan pekerjaan. Tingginya tingkat urbanisasi tiap tahunnya tidak diimbangi oleh ketersediaan lapangan pekerjaan. Akibatnya, kata Yayat, Jakarta terlihat sebagai kota yang 'garing' dengan banyaknya persoalan karena kekurangan lapangan pekerjaan. Jakarta harus menjadi kota yang kreatif yang menjadi sumber penghasilan warga kelas bawah.
"Ini gagasan yang harus dibangun. Para calon belum pada gagasan konsep mengubah manusianya. Lebih menarik daripada janji dan hadiah," tutupnya.
Janji para calon
Tiga pasangan calon sudah menyerahkan program mereka untuk DKI dalam visi-misi yang diserahkan ke KPUD DKI Jakarta. Penyerahan visi-misi itu dilakukan ketika mendaftarkan diri pada Oktober lalu. Selain itu, visi misi ini mereka sosialisasikan ketika turun ke masyarakat untuk melakukan kampanye.
Pasangan nomor urut satu, Anies Baswedan-Sandiaga Uno mengusung tema "Jakarta kota maju dan beradab dengan seluruh warga merasakan keadilan dan kesejahteraan" sebagai visi kerja mereka. Visi ini dinyatakan dalam tiga misi dengan memfokuskan pada aspek pembangunan.
Merujuk pada tiga hal yang disampaikan Yayat di atas, Anies-Sandiaga berjanji akan merevitalisasi pompa dan saluran air, membuat daerah resapan air dalam konsep zero run off sebagai program mengatasi banjir. Untuk mengatasi kemacetan, keduanya fokus pada pembangunan infrastruktur serta menambah armada angkutan umum di Jakarta. Sementara itu, untuk ketersediaan lapangan pekerjaan, Anies-Sandiaga akan membangun entrepreneurship center di kelurahan-kelurahan, program bantuan modal dan pengembangan usaha untuk UMKM sebagai penyerap tenaga kerja, dan sebagainya.
Ahok dapat marga Ginting dan Karo Karo ©2016 Merdeka.com/Achmad Fikri Faqih Haq
Adapun pasangan calon nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat memiliki visi menjadikan Jakarta sebagai etalase kota Indonesia yang modern, tertata rapi, manusiawi, dan fokus pada pembangunan manusia seutuhnya dengan kepemimpinan yang bersih, transparan, dan profesional. Visi ini diwujudkan dalam lima misi besar.
Menjawab masalah banjir di DKI, pasangan petahana ini berniat melanjutkan program revitalisasi fungsi saluran air pada daerah sungai yang dijadikan hunian liar, mendrong pembangunan Ruang Terbuka Biru dengan menyelesaikan pembangunan 17 embung dan 9 waduk sebagai tempat tambahan penampungan air, dan sebagainya.
Untuk mengatasi macet, Ahok-Djarot tetap melanjutkan pembangunan MRT dan rencana tambahan armada bus. Adapun yang baru adalah mengimplementasikan Electronic Road Pricing (ERP), membangun jaringan 7 koridor LRT dalam kota sepanjang 110 km, dan sebagainya. Sementara itu, untuk mengatasi pengangguran, keduanya ingin meningkatkan peran BUMD untuk mempercepat pembangunan prioritas di bidang ketahanan pangan, penyediaan hunian layak dan infrastruktur, melanjutkan revitalisasi pasar tradisional, dan sebagainya.
Pasangan nomor urut tiga, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni memiliki visi "Dengan mempertimbangkan kondisi, masalah, dan perkembangan kekinian Jakarta dan aspirasi warga Jakarta akan masa depan, kami mencanangkan visi pembangunan Jakarta yang akan kami perjuangkan sebagai berikut: Menuju Jakarta tahun 2022 yang lebih maju, aman, adil, dan sejahtera". Visi yang cukup panjang ini dinyatakan dalam enam misi dengan kata mewujudkan Jakarta sebagai kota yang maju, aman, adil, sejahtera, hijau dan nyaman-bermartabat.
Untuk mengurangi banjir, keduanya berniat untuk meningkatkan kualitas dan fungsi saluran dan drainase perkotaan. Selain itu, keduanya meningkatkan kualitas normalisasi bantaran,
saluran sungai, waduk, dan situ. Masalah macet masuk dalam misi Jakarta Hijau. Agus dan Silvi berniat menambah feeder untuk Transjakarta dan mendorong berdirinya sarana parkir vertikal di lokasi-lokasi tertentu. Selain itu, masalah lapangan kerja yang masuk dalam misi Jakarta Sejahtera, keduanya akan menciptakan lapangan kerja baru melalui pemberdayaan UMKM, Kewirausahaan dan ekonomi kreatif.
Baca juga:
Cerita Anies jarang punya waktu buat anak sejak jadi cagub DKI
Tak mau kalah dari Anies, Djarot sebut 5 kali ke Kepulauan Seribu
Semangatnya Abang Negara, teriak pilih nomor 2 tapi acungkan 3 jari
Saat Ahok minta didoakan bersikap baik hingga akhir hayat
Otak pengadangan kampanye Djarot resmi jadi tersangka
Djarot sebut PPSU berdampak langsung buat rakyat, sedang BLT tidak
Jokowi soal koalisi pecah di Pilkada: Saya enggak mau ikut-ikut