Airlangga dan Beringin yang Tak Pernah Berhenti Gonjang Ganjing
Partai Beringin tua kembali panas. Kini, giliran Airlangga Hartarto memutuskan untuk mundur dari kursi ketua umum Partai Golkar.
Partai Beringin tua kembali panas. Kini, giliran Airlangga Hartarto memutuskan untuk mundur dari kursi ketua umum Partai Golkar.Padahal, masa jabatan Airlangga tinggal empat bulan lagi.
Dia juga masih punya kesempatan untuk maju lagi di Munas Golkar pada Desember 2024.
Loyalis Airlangga, Politikus Golkar Jusuf Hamka bahkan ngamuk. Dia menuding, ada pihak luar yang ingin ambilalih Golkar.
“Di dalam Golkar nya sendiri nggak ada gejolak. tetapi saya nggak tahu, saya nggak bisa mengatakan dengan kata-kata, tetapi rupanya gitu lah pada kepengen Golkar, ini nggak ngerti saya kenapa pada kepengen Golkar ini,” kata dia.
Menurutnya, kursi ketua umum Golkar bukan terjadi perebutan di internal partai, melainkan direbut secara paksa oleh penguasa atau orang powerfull.
“Bukan perebutan, tapi direbut bukan perebutan saya pikir, tetapi direbut kalau saya bisa katakan itu direbut, bukan perebutan kalau menurut saya,” kata Jusuf.
“Situ harus tahu lah kalau direbut siapa sih yang bisa merebut ya kan? Itu pasti yang yang powerfull lah, nggak tahu siapa, saya nggak berani ngomong, saya juga belum tahu sebenarnya,” sambungnya.
Akbar Tanjung Vs Edi Sudradjat
Menengok jauh ke belakang, sejak orde baru runtuh, dinamika partai Golkar selalu menarik perhatian. Khususnya, tiap terjadi pergantian kepemimpinan.
Dimulai sejak era Akbar Tanjung periode 1998-2004. Munas Golkar pada 1998 misalnya. Akbar Tanjung bertarung dengan mantan Panglima ABRI Jenderal Purnawirawan Edi Sudradjat.
Ada juga Sri Sultan Hamengkubuwono X.Akbar dan Edi bersaing ketat mendapatkan suara dari DPD Golkar. Hasilnya, Akbar menang.
Kecewa dengan hasil tersebut, Edi memilih keluar dari Golkar dan membuat Partai Keadilan dan Persatuan (PKP).
Munas Golkar 2004 juga tak kalah seru. Akbar Tanjung sebagai incumbent harus melawan Jusuf Kalla (JK) yang saat itu terpilih menjadi wakil presiden.Pertempuran sengit terjadi.
Hingga akhirnya, JK memenangkan pertarungan. Akbar merasa, banyak dikhianati orangnya di Golkar.
Khususnya, Agung Laksono yang didukungnya menjadi Ketua DPR, namun saat Munas malah mendukung JK.
Era Jusuf Kalla
Di masa JK, dinamika Golkar terus terjadi. Wiranto keluar mendirikan Hanura. Prabowo Subianto juga memilih untuk membangun Gerindra.Munas pun digelar kembali pada tahun 2009.
Aburizal Bakrie (Ical) dan Surya Paloh bertarung dalam periode ini.Ical menang di Munas 2009. Paloh tak puas dan merasa dicurangi.
Dia pun akhirnya mengundurkan diri dan membentuk NasDem.Kondisi panas juga terjadi pada Munas Golkar 2014. Ical hendak maju lagi sebagai ketua umum.
Posisi Ical di kursi ketum digoyang terus menerus. Di sini Golkar terpecah. Ical versi Munas Bali memenangkan pertarungan. Sementara kubu berseberangan juga menggelar Munas di Ancol.
Hasilnya, Agung Laksono menang. Kedua kubu saling klaim sah.Dualisme Golkar terus terjadi hingga ke pengadilan. Namun pada akhirnya, mereka bersatu kembali pada tahun 2016, dengan menunjuk Setya Novanto sebagai Ketua Umum Golkar.
Tak sampai di situ, setahun kemudian internal Golkar kembali bergolak. Novanto ditangkap KPK. Akhirnya, pucuk kepemimpinan diambil oleh Airlangga Hartarto yang saat itu menjabat Menteri Perindustrian.
Era Airlangga
Di bawah kepemimpinan Airlangga, Golkar kembali menggelar Munas pada 2019. Di periode ini, partai beringin tua juga tak kalah gonjang ganjing.
Airlangga sebagai incumbent dihadapkan oleh lawan yang berat yakni Bambang Soesatyo. Namun, jelang pembukaan Munas, Bambang memutuskan untuk mengundurkan diri.
Airlangga pun terpilih sebagai ketum Golkar hingga 2024.
"Kepada Ketua MPR yang merupakan salah satu kader terbaik Partai Golkar yaitu Bapak Bambang Soesatyo, saya mengapresiasi setinggi-tingginya," kata Airlangga saat itu mengomentari pesaingnya yang mundur karena tak ingin Golkar pecah.
Perjalanan Airlangga sebagai ketua umum pun tak lepas dari upaya penggoyangan dari kursi ketua umum.
Hingga akhirnya, Minggu (11/8), Airlangga memilih untuk mengundurkan diri.