Bagaimana membuat dasar perencanaan bisnis?
Tujuan rencana bisnis adalah untuk menjawab pertanyaan: Berapa banyak uang yang akan dihasilkan 3-5 tahun ke depan?
Beberapa minggu yang lalu saya sempat menulis tentang pentingnya membuat rencana bisnis. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, membangun rencana bisnis membantu Anda menghindari kesalahan fatal, mengantisipasi tantangan operasional, sekaligus mempertimbangkan implikasi finansial dari usaha baru Anda. Anda bisa membaca tulisan terakhir saya di sini. Lalu, bagaimana cara membuat perencanaan bisnis?
Tujuan dasar rencana bisnis adalah untuk menjawab pertanyaan: Berapa banyak uang yang akan dihasilkan atau dihabiskan bisnis ini dalam waktu 3 5 tahun ke depan?
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Kenapa Jorien Wallast menelusuri jejak neneknya di Jakarta? Jorien mengatakan, baginya sang nenek sangat special.
-
Apa yang ditinjau oleh Jokowi di Kabupaten Keerom? Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau langsung ladang jagung yang ada di kawasan food estate, Desa Wambes, Kecamatan Mannem, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Siapa yang kuliah di Jogja? Perempuan yang tidak diketahui namanya itu kerap berdoa agar diberi kekuatan untuk selalu mencari nafkah demi keluarga. Terutama anaknya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta.“Anak saya juga kuliah di situ, di Jogja. Sekarang semester akhir, makanya saya ada di sini itu karena ya butuh biaya,” ucap perempuan tersebut.
Ada banyak cara untuk menjawab pertanyaan di atas. Rencana bisnis bisa jadi hanya perhitungan sederhana yang bisa dibuat dalam selembar kertas, atau laporan terperinci yang menghabiskan 50 halaman. Sekarang, kita mulai dulu dengan perhitungan yang sangat sederhana.
Daripada terjebak dalam teori, kita gunakan saja contoh nyata yang baru-baru ini saya alami. Perusahaan yang saya analisa tersebut adalah startup e-commerce. Untuk memperkirakan revenue potensial perusahaan, sang CEO menggunakan pendekatan top down untuk memperkirakan revenue yang bisa dihasilkan. Ia memulai dengan memperkirakan seberapa besar market yang bisa ia sasar lalu membuat asumsi tentang seberapa besar dari market itu yang bisa ia dapatkan.
Perusahaan tersebut mulai menghitung total penjualan retail di Indonesia, yang menurut mereka, sekitar USD400 miliar pada tahun 2014, dan memproyeksikan angka ini ke tahun 2020, dengan perkiraan sederhana bahwa tingkat pertumbuhan yang stabil adalah lima persen (cukup masuk akal mengingat tingkat pertumbuhan penjualan baru-baru ini telah jauh di atas 10%).
Besarnya pasar e-commerce dihitung dengan memperkirakan persentase penetrasi penjualan retail. Untuk menghasilkan dugaan tingkat penetrasi, perusahaan ini membandingkan total penjualan e-commerce sebagai persentase dari penjualan retail di pasar e-commerce yang sudah matang (AS, Inggris, Jerman, Jepang). Dari kajian ini, perusahaan lantas menetapkan tingkat penetrasi e-commerce di pasar yang sudah matang berkisar di angka lima persen sampai sepuluh persen. Kemudian, perusahaan ini mengasumsikan bahwa pasar e-commerce Indonesia akan bisa mencapai 50 persen dari batas bawah kisaran penetrasi ini, atau 2,5 persen pada tahun 2020 nanti.
Dengan menggunakan analisis ini, perusahaan lalu memperhitungkan seberapa besar pasar yang bisa mereka raih dan memperkirakan revenue yang akan mereka dapat dengan asumsi mereka bisa meraih hanya sebagian kecil saja (0,1%). Untuk lebih jelasnya, lihat tabel di bawah:
Setelah melewati latihan sederhana seperti ini dan bisa memperhitungkan revenue, Anda telah melewati bagian tersulit. Langkah selanjutnya adalah menghitung biaya yang biasanya sedikit lebih mudah dikonsepkan dan ditentukan.
Ada tiga jenis biaya yang harus dipertimbangkan. Yang pertama adalah biaya start-up yang hanya muncul satu kali saja. Ini adalah biaya yang harus Anda keluarkan saat membangun bisnis termasuk biaya legal, lisensi atau pengeluaran terkait undang-undang, atau pembelanjaan peralatan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis Anda. Yang kedua adalah biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang harus Anda bayar secara reguler termasuk biaya sewa atau gaji. Yang terakhir adalah biaya variabel. Biaya ini yang akan bertambah atau berkurang tergantung pada revenue Anda. Kalau misalnya Anda menjalankan bisnis kripik kentang, harga pembelian kentang adalah contoh dari biaya variabel. Kalau Anda menjual lebih banyak kripik kentang dan menghasilkan revenue lebih banyak, biaya pembelanjaan kentang Anda juga akan naik.
Seluruh proses ini hanya akan memakan waktu beberapa jam, paling lama beberapa hari. Namun, proses ini layak dilewati. Pada saat Anda memahami seberapa banyak uang yang akan dihasilkan bisnis Anda dan seberapa besar Anda mampu meraih (atau kehilangan!), Anda bisa menentukan apakah Anda akan terus menjalankan bisnis ini atau tidak. Kalaupun iya, seberapa banyak uang yang harus Anda siapkan.
Jangan berkecil hati seandainya rencana bisnis Anda ternyata menunjukkan kalau Anda akan merugi. Yang penting adalah bisnis Anda sudah di jalan yang benar menuju profitabilitas. Kalau Anda bisa menunjukkan ini bisnis Anda akan memiliki nilai. Twitter, misalnya, pada tahun 2014 sempat kehilangan USD577 juta tapi di saat yang sama nilai pasar sebesar USD29,4 miliar! Anda hanya harus membuktikan bahwa Anda bisa menghasilkan uang nantinya agar saat ini Anda memiliki nilai. ***
*Penulis adalah partner di Seroja Partners, sebuah perusahaan untuk pengembangan bisnis teknologi informasi dan media multinasional berbasis di Indonesia.
Baca juga:
Pentingnya perencanaan dalam bisnis
MK dan Pemilu serentak
Pemerintah harus tunduk pada negara
Pemilu Jerman, aku masih seperti yang dulu