Belajar merekayasa wisata dari Laskar Pelangi
Apa alasan Anda berwisata ke sebuah kota/daerah? Pasti menikmati sesuatu yang khas, yang tak ditemukan di kota lain.
Apa alasan Anda berwisata ke sebuah kota/daerah? Pasti menikmati sesuatu yang khas, yang tak ditemukan di kota atau daerah lainnya.
Maka, ketika ke Bali dan kota kabupaten lain juga diberondong dengan makanan internasional Starbuck, Pizza, McD, rasanya ngapain jauh-jauh kalau menunya sama dengan Jakarta, Surabaya, dan simbol kota metropolitan lainnya. Padahal, ketika kita mendapati tari kecak dan pesta ogoh-ogoh atau melasti di pantai, rasanya pengin memotret sekenyangnya. Kita akan merasakan Bali yang sebenarnya.
Banyak kota atau daerah keblinger dengan membuat bangunan besar-besar, mal untuk meningkatkan pendapatan. Mungkin agar kelihatan modern. Kalau satu dua, bolehlah. Tapi, satu sukses pasti naluri membangun lagi bikin kian bernafsu, dan tinggal ada lahan apa tidak. Bila masih ada, pengusaha akan berburu, bangun mal lagi. Rasanya, kota jadi tanpa roh.
Mereka lupa bahwa alasan orang mengunjungi kota itu, karena mencari sesuatu yang khas. Sesuatu yang tak ada di tempat lain (differensiasi atau uniqueness). Maka menghabiskan lemang Medan, mencicipi itiak sambal ijo Bukittinggi, memotret beningnya pantai Pulau Weh, mencicipi kerang khas Batam, menikmati pisang epe (bakar) Makassar, bahkan sampai ke menikmati menu sadis Pasar Tomohon, tentu pengalaman yang susah dilupakan. Jangan-jangan Anda sedang membayangkan indahnya Pantai Natsepa dan Pantai Liang di Ambon, lalu berpikir tanggung kalau tak sekalian Rajaampat, Papua. Oh indahnya negeri kita, yang ternyata memiliki kekhasan masing-masing dengan wajah dan makanannya yang ngangeni (bikin kangen). Tak kalah dan mungkin tak bisa dibandingkan dengan Maldives. Masing-masing punya kekuatan sendiri.
Menurut World Travel & Tourism Council (WTTC) ada 5 negara yang mengalami loncatan tertinggi dalam hal pariwisata, dengan membandingkan pendapatan kotor negara (GDP) dengan pendapatan pariwisata. Qatar tumbuh 29 persen pariwisatanya dari pengunjung asing 36 persen dan pendapatan USD 6,4 miliar. Lalu Azerbaijan tumbuh 22,8 persen, berkontribusi 2,2 persen terhadap pertumbuhan GDP dengan nilai USD 2,3 miliar. Ketiga Kyrgiztan naik 24,8 persen, menyumbang 3 persen dari total GDP dengan nilai USD 694 juta. Begitu pula Montenegro di posisi kelima, tumbuh 12,6 persen, merupakan 9,9 persen dari nilai GDP. Filipina urutan ke 8, sebagai negara Asean yang terbaik pertumbuhan pariwisatanya. Semua kuncinya adalah, selain memiliki khas yang bisa ditawarkan, mereka juga membuat rekayasa wisata dengan pertunjukan dan ciri-ciri daerah/kotanya.
Ya, itulah. Selalu ada alasan dan membawa sesuatu yang khas ketika kita pulang. Bila di Berlin, selain tembok dan Charlie’s Point, mereka merekayasa sebuah lampu stopan (traffic light) yang khas, yang bentuknya unik gambar orang pendek langsung tangan dan kaki seolah menyatu, unik dan lucu.
Belajar dari Pulau Belitung, kita mesti berterima kasih pada Andrea Hirata. Berkat novelnya yang laris dan disusul filmnya yang membludak, menampilkan keindahan Belitung, maka kunjungan wisata ke daerah itu jadi laris manis. Paket yang ditawarkan pun beragam. Semula pesawat yang memulai ke Belitung hanya Sriwijaya Air, kini maskai lain ikutan yakni Garuda, Citilink, dan Sky Aviation.
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung, sejak Januari 2013 hingga November 2013 total jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara ke Belitung mencapai 117.305 orang lebih. Sementara di tahun 2012 lalu, terdapat 111.613 orang wisatawan, padahal tahun 2011 hanya 83.893 orang.
Jumlah hotel dan cottage yang menyediakan penginapan juga naik sampai 300 persen. Belum lagi jasa travel dan pariwisata lainnya. Tiket pesawat saja naik sampai 50% dari ketika masih Sriwijaya sendirian. Tak lain karena animo karena efek Laskar Pelangi begitu hebat. Andrea Hirata dan juga sineas Riri Riza dan Mira Lesmana bisa menyajikan keindahan nuansa Belitung yang dahsyat. Membuat orang kepingin ke sana.
Apakah yang menarik dari Belitung? Mungkin dari dulu sebenarnya sudah menarik. Namun, secara tak langsung, film dan novel Laskar Pelangi telah mengilhami orang di luar Belitung untuk segera menuju ke daerah itu. Ingin melihat pantainya yang indah, bening, ikan lautnya yang segar. Yang tak ditemukan di tempat yang lain: Batu-batu besar di pantai. Unik, indah, khas, rasanya Anda berdiri di mana-saja, dengan kamera apa saja, maka hasil jepretannya akan bagus. Layak dipakai kartu pos.
Laskar Pelangi adalah satu contoh. Tentu ada contoh lain yang bisa digali. Yang penting, kalau Anda mengelola kota atau sayang dengan kota atau daerah Anda, galilah potensi alam dan lingkungan yang ada. Kalau susah menemukannya, bikin atau rekayasa dengan menciptakan seuatu yang khas, yang membuat orang akan selalu datang ke kota Anda. Tidak cukup sekadar merekayasa sebuah event, tapi kalau perlu yang monumental dan mewakili suasana kota itu. ***