Berawal dari sepeda fixie
Westbike Messenger Service berawal dari hobi kemudian menjadi bisnis.
"Karena sudah keburu cinta dengan budaya bersepeda fixie ini, bagaimana sih caranya agar komunitas ini bisa tetap eksis?," ujar Hendi Rahmat, Founder Westbike Messenger Service membuka perbincangan dengan merdeka.com beberapa waktu lalu. Sejak saat itu, Hendi mulai mempelajari konsep bisnis bisa dilakukan tanpa harus melupakan sepeda.
Setelah konsep bisnisnya berjalan, Hendi pun meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai staf khusus anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta. "Hingga akhirnya Westbike Messenger Service ini kita launching pada Oktober 2013," katanya ketika menceritakan awal sejarah Westbike Messenger Service didirikan.
Bisnis dilakukan oleh Hendi memang berawal dari hobinya akan sepeda fixie. Ketika di Jakarta ramai tren penggunaan sepeda fixie mewabah, Hendi ikut menjadi salah satu penggemar. Dia pun sempat mendirikan sebuah bengkel sepeda di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Bengkel itu pula kemudian menjadi cikal bakal nama Westbike. "Hingga akhirnya Westbike Messenger Service ini kita launching pada Oktober 2013," ujarnya.
Apa yang dilakukan Hendi memang hal baru dalam dunia jasa kurir di Jakarta. Idenya bisa dibilang mirip film action berjudul 'Premium Rush'. Pengendara (Rider) WMS berlaga seperti Wille diperankan Joseph Gordon Levith. Memacu sepeda fixie secepat mungkin di tengah kemacetan untuk mengantarkan barang sampai ke tangan pelanggan.
Taruhannya bukan main-main, nyawa. Hal itu juga diutarakan Hamzah Mutaqqien, akrab disapa Jeje. Pengendara WMS pertama juga ikut merintis usaha itu menuturkan, banyak pengalamannya ketika mengantarkan paket untuk pelanggan. Jeje pernah di sundul Kopaja ketika sedang mengantarkan barang. Sepeda fixie tunggangannya buat mengantar barang pelanggan rusak.
"Sewaktu di bilangan terminal Blok M saya di sundul oleh angkutan umum kopaja karena kopaja pada waktu itu saling ngotot untuk ambil sewa itu sampai terpental ke trotoar dan sepeda ke tengah jalan," ujar Jeje.
Namun bagi Jeje, musuh paling nyata bagi pesepeda di jalan raya adalah sepeda motor dibanding mobil dan sejenisnya. Hal itu bukanlah tanpa sebab dikatakan Jeje, karena menurut dia pengguna sepeda motor tidak pernah mentolelir ketika ada pengguna sepeda tepat berada di sampingnya. "Padahal cara kerjanya sendiri hanya duduk manis dan tinggal memutar tuas gas, mengganti gigi untuk lebih cepat dan menekan tuas rem untuk rem (sudah dimanjakan), tetapi mereka sendiri para pengendara yang tidak mau kalah dan seruntulan," kata Jeje.
Sama seperti Hendi, keputusan Jeje untuk bergabung dengan Westbike Messenger Service karena kecintaannya pada sepeda fixie. Dari sepeda itu pula dia dipertemukan dengan Hendi dan kemudian membuat usaha bersama. Kini Jeje mengurusi lapangan termasuk juga bagian perekrutan pengendara (Rider). Buat penghasilan pun diungkapkan Jeje. Saban bulan paling tidak dia memperoleh pemasukan sekitar Rp 3 juta.
"Selain itu gue 'operational manager' di Westbike Goldsprint dan jalankan bisnis apparel dengan teman,"ujarnya.
Untuk mencegah hal-hal tidak diinginkan, Hendi pun menuturkan jika dari semua wilayah Jakarta, hanya bagian Utara saja tidak dijamah oleh WMS. Alasannya, lalu lintas di Jakarta Utara terlalu beresiko bagi pengguna sepeda karena kendaraannya yang melintas terbilang besar-besar.
Buat mengembangkan usahanya kini Hendi pun mulai merapikan sistem order bagi para penggunanya. Tahun ini, Westbike Messenger Service hadir dengan menggunakan aplikasi. "Karena kita kan juga harus mengikuti perkembangan zaman dan kemauan pasar. Orang akan lebih ribet kalau dia harus nelpon, makanya kita juga akan pakai sistem aplikasi nantinya untuk memudahkan customer," ujar Hendi.