Berebut Posisi Cawapres, Siapa Jadi Kuda Hitam?
Dari beberapa survei, empat nama yang bersaing adalah, Erick Thohir, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono.
Nasi goreng racikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi menu utama. Persamuhan dua petinggi partai malam itu berlangsung hangat. Perbincangan isu-isu politik, salah satunya koalisi Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sosial (PKS) menjadi topik utama.
Rabu 21 Desember 2022, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY menjamu Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al-Jufri di Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Dua jam lamanya keduanya berbincang. Beberapa elite kedua partai 'oposisi' juga tampak hadir.
-
Siapa saja capres-cawapres yang ikut bertarung dalam Pilpres 2024? Ada tiga pasangan capres-cawapres yang bertarung dalam Pilpres 2024. Capres-Cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Capres-Cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Capres-Cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
-
Kapan masa pendaftaran awal capres-cawapres di Pilpres 2024? Adapun masa pendaftaran awal capres-cawapres dimulai pada 19 Oktober 2023.
-
Siapa yang menjadi Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024? Pada Pilpres 2024 mendatang, Prabowo menggandeng Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapresnya.
-
Siapa saja pasangan Capres-Cawapres yang tengah bersaing dalam Pemilu 2024? Tiga pasangan itu yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
-
Kapan debat capres-cawapres 2024 akan dimulai? Diketahui, untuk debat capres-cawapres akan dimulai pada 12 Desember 2023 dan berakhir pada 4 Januari 2024 mendatang.
-
Kapan sidang perdana sengketa pilpres 2024? Juru Bicara Mahkamah Konstitusi (MK) Fajar Laksono menegaskan, sidang perdana sengketa pilpres 2024 yang akan digelar perdana esom hari hanya dihadiri depalan hakim MK tanpa Anwar Usman.
Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya mengungkapkan, pertemuan itu merupakan silaturahmi antara dua sahabat untuk memperkokoh kebersamaan Partai Demokrat dan PKS dalam perjuangan politik ke depan.
Melalui keterangan tertulis kepada wartawan, Riefky mengungkapkan, SBY dan Salim membahas isu-isu terkini nasional maupun internasional.
"Kami membahas berbagai isu terkini yang menjadi perhatian rakyat, bahkan juga perhatian dunia internasional. Ini termasuk isu penundaan pemilu yang belakangan diembuskan lagi," kata dia Kamis 22 Desember lalu.
Namun, sumber merdeka.com di Partai Demokrat menceritakan, dalam pertemuan itu, SBY dan Salim menyinggung soal nasib koalisi bersama Partai NasDem yang tak kunjung dideklarasikan.
Salah satu isu yang mengganjal adalah soal kepastian calon wakil presiden yang akan mendampingi Anies Baswedan. Disebutkan, koalisi bakal bubar di tengah jalan jika cawapres yang diputuskan bukan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Sementara PKS yang menyorongkan nama Ahmad Heryawan (Aher) belakangan melunak.
"Demokrat dan PKS maunya deklarasi koalisi diumumkan sepaket dengan nama capres dan cawapres yang diusung," ujar sumber tersebut kepada merdeka.com.
Disebutkan juga, PKS tidak lagi ngotot mengusung Aher sebagai cawapres. Sebagai gantinya, PKS mendapat jatah sejumlah pos menteri penting di kabinet. "PKS minta struktur kabinet langsung disusun saat kesepakatan koalisi diumumkan," ujarnya.
Sumber itu juga menambahkan, di internal NasDem muncul faksi yang menginginkan cawapres pendamping Anies berasal dari luar koalisi. Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali disebut sebagai pendukung usul itu.
Sebagai exit plan, sumber itu menyebut, Demokrat dan PKS mempertimbangkan opsi bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), jika NasDem tak menyepakati duet Anies-AHY.
Dari kabar yang didengar sumber tersebut, koalisi Golkar-PAN-PPP menawarkan posisi cawapres untuk AHY, sementara PKS akan mendapatkan bantuan logistik untuk kampanye Pemilu 2024.
Seolah menggambarkan tarik-ulur soal cawapres seperti yang diceritakan sumber itu, Ketua Umum Partai Demokrat AHY menegaskan sikap partainya terhadap kelanjutan koalisi bersama PKS dan NasDem.
Saat acara Perayaan Natal Nasional Partai Demokrat, di Jakarta, Minggu 8 Januari lalu, AHY menegaskan pengumuman deklarasi harus komplet. AHY ingin nama capres dan cawapres diumumkan sekaligus.
"Kami berharap tentunya koalisi ini terbentuk, ya sudah dengan satu paket yang menentukan. Menentukan dalam arti untuk membawa perubahan dan perbaikan itu. Pada akhirnya masyarakat bertanya lalu siapa?" ucapnya.
Dengan langsung mengumumkan nama capres dan cawapres yang diusung, AHY menyatakan, masyakarat akan mendapat pilihan dan yakin dengan calon pemimpin yang akan mereka dukung. "Siapa tokohnya? Oleh karena itu, idealnya kita mendeklarasikan koalisi sekaligus deklarasi capres dan cawapres," sambung AHY.
Untuk itu, AHY mengungkapkan, tahun 2023 ini akan menjadi penentu nasib koalisi.
"Tapi sekali lagi waktunya momentumnya terus kita create dan terus kita songsong ke sana. Saya tidak bisa jelaskan ke sana, kapan waktu definitifnya. Tapi yang jelas kami terus secara serius membahas dan tentunya perkuat silaturahmi dan komunikasi politik di antara kami bertiga," ujarnya.
Soal desakan deklarasi komplet yang diinginkan AHY, Waketum NasDem Ahmad Ali yang dikonfirmasi merdeka.com menegaskan, Koalisi Perubahan yang dibangun bersama Demokrat dan PKS bersifat setara. Artinya, kata Ali, tidak boleh salah satu partai memaksakan keinginan untuk mencalonkan kadernya.
"Kalau demikian (harus AHY) berarti memaksakan kehendak. Karena kita belum menyepakati itu (soal cawapres). Saya tidak membayangkan kalau kemudian partai koalisi ini kemungkinan akan terdiri dari tiga partai memaksakan masing-masing punya cawapres," ujarnya.
"Kalau demikian, akan sulit diwujudkan koalisi tersebut," imbuh Ali.
Ali juga menanggapi keinginan Demokrat agar Deklarasi dilaksanakan pada bulan Februari. Bagi NasDem, keputusan itu dikembalikan kepada masing-masing partai.
"Lebih cepat lebih baik. Tapi yang masalah bukan Partai NasDem. Yang masalahnya kita kemudian ingin deklarasi bersama tapi memberikan syarat, itulah yang sulit," ujarnya.
Cawapres Favorit Versi Survei
Tiga nama capres yang terus menguat di urutan teratas sejumlah lembaga survei masih berkutat pada Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Peta koalisi pun masih cair meski beberapa partai mulai berkubu.
Sementara itu, nama-nama bakal cawapres masih dinamis. Dari beberapa survei, empat nama yang bersaing adalah, Erick Thohir, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono. Ada juga nama Muhaimin Iskandar, Khofifah Indar Parawansa, Airlangga Hartarto, hingga Puan Maharani.
©2022 Merdeka.com/Grafis : Amar Choiruddin
Berdasarkan survei elektabilitas yang dirilis Poltracking Indonesia pada Desember lalu, dalam simulasi 10 nama cawapres, Erick Thohir unggul dengan angka 16,2 persen. Ridwan Kamil menempel ketat di angka 15,1 persen. Kemudian AHY (12 persen), Sandiaga Uno (9,4 persen). Khofifah dan Cak Imin mendapat angka yang sama 5,7 persen.
Beberapa nama lainnya seperti Puan Maharani, Mahfud MD, Andika Perkasa, Airlangga Hartarto, mendapatkan angka elektabilitas di bawah 5 persen.
Sementara hasil survei Indikator Politik Indonesia yang digelar awal Desember lalu, dalam simulasi 9 nama cawapres, Ridwan Kamil paling banyak dipilih responden sebesar, 24,1 persen. Kemudian Sandiaga Uno 14,8 persen, AHY 13,6 persen, Erick Thohir 10,3 persen, dan Khofifah 7,6 persen. Sisanya hanya mendapat angka sekitar 5 persen atau lebih rendah.
Hasil ini menunjukkan, secara umum dukungan terhadap calon wapres tidak banyak berubah dari survei-survei Indikator sebelumnya.
Dari pendalaman survei yang dilakukan Indikator, basis pemilih Anies lebih memilih AHY dan Ridwan Kamil sebagai cawapres. Sedangkan basis pemilih Ganjar menyukai Ridwan Kamil dan Erick Thohir sebagai cawapres. Untuk capres Prabowo, basis preferensinya terhadap cawapres mengarah kepada Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno.
Mengukur Peluang Cawapres dari Basis Pemilih Parpol dan Capres
Poltracking menyebut, variabel cawapres menjadi sangat menentukan peluang kemenangan. Poltracking mendasarkan tesis ini pada hasil Pilpres 2009 dan 2014. Berdasarkan tendensi kedekatan dengan elite politik dan king maker pilpres 2024, Poltracking memetakan 10 sosok cawapres potensial.
Dari tren terbaru elektabilitas 10 cawapres potensial berdasarkan survei terbaru Poltracking, nama Erick Thohir mengalami kenaikan elektabilitas cukup signifikan. Demikian juga dengan Ridwan Kamil. Sementara AHY cenderung stabil. Penurunan elektabilitas justru dialami Sandiaga Uno.
Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD mengalami kenaikan. Khofifah dan Airlangga cenderung stabil, sedangkan Puan Maharani dan Andika Perkasa cenderung mengalami penurunan.
Dari penelusuran basis pemilih parpol, ditemukan bahwa pemilih PDIP dan PAN mayoritas memberikan pilihan pada cawapres Erick Thohir. Pemilih Golkar dan PPP mayoritas memberikan pilihan pada cawapres Ridwan Kamil. Pemilih NasDem dan Demokrat mayoritas memberikan pilihan pada cawapres AHY. Pemilih PKB mayoritas solid memberikan pilihan pada cawapres Muhaimin Iskandar.
Sementara pemilih Gerindra terbelah dukungannya antara Erick Thohir, Muhaimin Iskandar dan Sandiaga Uno. Pemilih PKS juga mendua antara AHY dan Ridwan Kamil.
Selanjutnya, berdasarkan basis pemilih capres, para pemilih capres Ganjar Pranowo mayoritas cenderung menyukai jagoannya didampingi Erick Thohir. Pemilih Anies Baswedan mayoritas cenderung memberikan pilihan pada cawapres AHY. Sementara pemilih Prabowo Subianto masih cair dengan mendukung cawapres Erick Thohir, Muhaimin Iskandar, Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno.
Poltracking juga mengukur peluang cawapres berdasarkan kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Pemilih yang puas, mayoritas cenderung memberikan pilihannya pada cawapres Erick Thohir. Sementara yang tidak puas terhadap kinerja pemerintah mayoritas cenderung memberikan pilihannya pada cawapres Ridwan Kamil dan AHY.
Berbeda dengan Poltracking, lembaga survei Indikator Politik Indonesia menemukan, dari survei simulasi tiga nama capres yang digelar awal Desember lalu, basis pemilih Anies lebih menyukai AHY dan Ridwan Kamil sebagai cawapres.
Basis pemilih Ganjar menyukai Ridwan Kamil dan Erick Thohir sebagai capwapres. Sedangkan pendukung Prabowo preferensinya terhadap cawapres lebih kepada Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno.
Simulasi 3 Capres dan Cawapres Favorit
Hingga 7 bulan jelang pendaftaran di KPU, parpol-parpol belum mengumumkan siapa pasangan capres dan cawapres yang akan mereka usung. Lembaga survei pun membuat simulasi pasangan berdasarkan nama-nama kandidat capres teratas.
Indikator membuat lima simulasi kombinasi tiga capres dengan beberapa nama cawapres. Dimulai dari pasangan Anies-AHY, Ganjar-Erick, dan Prabowo-Puan. Hasilnya, pasangan Anies-AHY mengalami penurunan elektabilitas dari 35,4 persen ke 30,4 persen dari bulan November-Desember 2022. Kenaikan elektabilitas dialami Ganjar-Erick dari 34 persen ke 38,6 persen. Sementara pasangan Prabowo-Puan cenderung stabil di angka 19 persen.
Elektabilitas Ganjar-erick naik menjadi 39,7 persen ketika cawapres Anies dan Prabowo diganti dengan tokoh lain. Anies yang dipasangkan dengan Khofifah hanya mendapat 27,4 persen. Sedangan Prabowo yang dipasangkan dengan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia cuma mendapat 20,4 persen.
Elektabilitas Prabowo baru naik ketika dipasangkan dengan Khofifah dengan angka 22,2 persen. Namun tetap kalah dari pasangan Anies-AHY dan Ganjar-Erick.
Temuan nyaris serupa juga disampaikan Poltracking dalam simulasi tiga pasangan capres-cawapres. Lagi-lagi, Ganjar-Erick unggul dengan angka elektabilitas 33,1 persen. Anies-AHY mendapat 27,5 persen, dan Prabowo yang dipasangkan dengan Muhaimin mendapat 25,5 persen.
Dalam simulasi yang lain, Poltracking juga mengukur kombinasi ketiga capres dengan cawapres yang berbeda. Ganjar yang diduetkan dengan Ridwan Kamil unggul 30,5 persen. Prabowo yang dipasangkan dengan Erick mampu unggul tipis dari pasangan Anies-AHY dengan selisih tipis 28,2 persen berbanding 27,7 persen.
Capres Ganjar Pranowo juga unggul saat dipasangkan dengan Sandiaga melawan Anies-Khofifah dan pasangan Prabowo-Muhaimin. Demikian juga dalam simulasi Ganjar-Airlangga, Prabowo-Khofifah, dan Anies Ahmad Heryawan. Gubernur Jawa Tengah itu masih unggul.
Di simulasi terakhir, Ganjar akhirnya kalah jika dipasangkan dengan Puan Maharani melawan Prabowo-Erick. Demikian juga Anies yang dipasangkan dengan Khofifah. Meski begitu, dalam simulasi ini, angka elektabilitas ketiga pasangan ini berselisih tipis di bawah 1 persen. Prabowo-Erick (27,1 persen), Ganjar-Puan (26,4 persen), dan Anies-Khofifah (26,2).
(mdk/bal)