Penyebab Bercak Hitam di Celana Dalam Wanita, Ini Penjelasannya
Bercak keputihan pada wanita dapat hadir dalam beragam warna dan konsistensi.
Bercak keputihan pada wanita dapat hadir dalam beragam warna dan konsistensi.
Penyebab Bercak Hitam di Celana Dalam Wanita, Ini Penjelasannya
Keputihan merupakan satu hal yang wajar dialami wanita sehat. Ini adalah cara vagina untuk membersihkan diri secara teratur. Bahkan keputihan adalah sahabat wanita, karena bisa membantu mengenali ada atau tidaknya abnormalitas yang terjadi di dalam vagina.
Leah Millheiser, MD, direktur program Pengobatan Seksual Wanita di Stanford University Medical Center mengungkapkan bahwa adalah hal yang sangat normal untuk mengalami sekresi dari yang sangat sedikit hingga tak terlihat sampai satu sendok makan per hari. Vagina adalah bagian tubuh yang mampu membersihkan diri sendiri. Sekresi berarti vagina sedang membersihkan diri dengan membuang sel-sel tua. Jika Anda memperhatikan dengan cermat, debit sekresi dapat memberi tahu beberapa informasi penting tentang kesehatan.
Misalnya, seperti apakah bentuk keputihan yang wajar? Seperti apa pula keputihan yang disebabkan penyakit atau faktor abnormal lainnya? Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain terkait hal ini yang dapat dikulik.
Salah satunya yang patut dipelajari adalah tentang bercak hitam di celana dalam wanita yang tak lain adalah bagian dari keputihan. Bercak hitam tentu memiliki perbedaan dari keputihan atau sisa darah menstruasi yang biasanya. Mengutip berbagai sumber, ini dia ulasan lengkapnya.
Penyebab Bercak Hitam di Celana Dalam Wanita
Bercak hitam di celana dalam wanita dapat hadir di seluruh siklus menstruasi, karena fluktasi kadar hormon. Jika Anda baru selesai haid sekitar tiga hari terakhir, mungkin Anda akan menemui adanya bercak coklat kehitaman di celana dalam Anda. Menurut Dr. Millheiser ini adalah hal yang normal.Bercak hitam kecokelatan tersebut adalah pelepasan lapisan terakhir dinding rahim yang tersisa. Seperti diketahui bersama, jika pembuahan tak terjadi maka penebalan dinding rahim dianggap tak berguna dan luruh bersama haid. Bercak ini adalah sisa darah yang teroksidasi dan bercampur dengan lendir serviks. Pun juga misalnya ketika hamil, seorang wanita bisa mengalami keluarnya bercak hitam dari vagina. Ketika hamil, hormon terus berperan dalam perubahan bercak di vagina wanita. Perubahan pada serviks selama kehamilan juga memengaruhi bercak keputihan.
Saat serviks dan dinding vagina melunak, tubuh mengeluarkan cairan berlebih untuk membantu mencegah infeksi. Kepala bayi juga dapat menekan leher rahim saat mendekati akhir kehamilan, yang sering menyebabkan peningkatan bercak.
Jenis Bercak Lain yang Umum Muncul pada Organ Kewanitaan
1. Bercak keputih-putihan dan encerSetelah menstruasi berakhir sampai ovulasi, Anda mungkin melihat sedikit cairan bening encer hingga bening keputih-putihan. Ini juga termasuk keputihan yang wajar. Sama wajarnya dengan keputihan yang nyaris tidak terlihat bekasnya di celana dalam.
2. Bercak seperti putih telur dan lengket
Sekitar periode ovulasi, biasanya Anda akan melihat peningkatan debit sekresi cairan mirip putih telur dan lengket saat disentuh. Biasanya hal ini terjadi selama satu atau dua hari. Jika Anda sedang berusaha untuk hamil, ini adalah saat yang tepat untuk berhubungan badan. Jika tidak, maka Anda harus mengenakan alat kontrasepsi.
"Ingatlah bahwa Anda paling subur bukan hanya selama ovulasi tetapi pada hari-hari sebelum dan sesudahnya," kata Dr. Millheiser.
3. Bercak bening dan kental
Setelah ovulasi dan hingga beberapa hari sebelum periode menstruasi, Anda mungkin mengalami keputihan dengan cairan bening namun lebih kental. Biasanya jumlah debit yang Anda lihat lebih sedikit dibandingkan saat Anda berovulasi.
4. Bercak putih dan kental
Pada hari-hari sebelum periode haid, debit cairan yang keluar dari vagina bisa berubah, menjadi lebih kental dan lebih putih. Ini menandakan siklus menstruasi Anda yang berikutnya akan segera dimulai.
Jika Anda hamil, debit Anda mungkin akan terlihat seperti ini secara konsisten selama 40 minggu. Kondisi ini dikenal sebagai leukorrhea dan disebabkan oleh hormon kehamilan.
5. Bercak merah atau coklat kemerahan
Bercak merah tentunya pertanda menstruasi. Tetapi bercak merah atau coklat kemerahan juga bisa menandakan pendarahan ovulasi, jika terjadi sekitar 13 sampai 16 hari dari siklus Anda. Ternyata, perubahan hormonal yang memungkinkan pelepasan telur juga dapat menyebabkan sedikit lapisan rahim terkikis.
Tidak semua orang yang ovulasi mengalami hal ini, jadi jangan khawatir jika hal itu tidak terjadi pada Anda.
Namun perlu diingat, bercak merah atau coklat kemerahan hanya bisa disebut sebagai pendarahan ovulasi jika terjadi pada waktu yang sama setiap bulan, di sekitar pertengahan siklus Anda.
Jika tidak, Anda mungkin berhadapan dengan menstruasi tidak teratur yang bisa menjadi tanda masalah hormonal. Misalnya saja masalah tiroid atau sindrom ovarium polikistik (PCOS).
6. Bercak putih, kental, menggumpal, dan disertai gatal
Pelepasan cairan yang mirip keju cottage atau yogurt dan disertai rasa gatal, terbakar, atau iritasi di area vagina, ini mungkin menandakan infeksi jamur. Ada baiknya untuk menghubungi dokter agar Anda bisa diberikan diagnosis dan rekomendasi pengobatan yang tepat. Pasalnya infeksi lain, seperti penyakit menular seksual tertentu juga dapat meniru gejala infeksi jamur.
7. Bercak hijau dan berbusa
Memang tidak selalu berbusa, tetapi cairan keputihan yang berwarna hijau saja sudah perlu diwaspadai. Cairan hijau yang disertai dengan iritasi vagina biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual bernama trikomoniasis. Infeksi ini disebabkan oleh parasit. Perawatan yang disarankan biasanya berupa pemberian antibiotik oral untuk pasien dan pasangannya.
8. Bercak putih keabu-abuan dan amis
Cairan keputihan dengan warna putih susu sedikit kelabu, terutama jika disertai bau amis kemungkinan disebabkan oleh vaginosis bakteri. Bau amisnya semakin amis setelah haid selesai atau hubungan seksual.
Infeksi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam bakteri yang biasanya ditemukan di vagina Anda. Kadang-kadang bisa hilang dengan sendirinya, tetapi jika tidak kunjung selesai biasanya diobati dengan antibiotik.