Dari gembala Tuhan menjadi rabbi Yahudi
Rabbi Yobbi Ensel peranakan Yahudi Portugis.
Rabbi Yobbi Ensel menjalankan ajaran Yahudi terang-terangan sejak tahun satu dasawarsa lalu. Lelaki 40 tahun ini sebelumnya beragama Kristen Protestan, keyakinan dijalankan keluarganya. Pada 2001 dia memulai ritual Yudaisme sendirian kemudian didukung keluarganya. Dia pernah menjadi gembala Tuhan di sebuah gereja di Kota Manado, Sulawesi Utara.
Perpindahan keyakinan itu dia lakukan secara sadar setelah mempelajari bahasa Ibrani secara otodidak serta membaca kitab Torah dan ajaran Yudaisme lainnya. “Menjalankan Yudaisme adalah panggilan dan tugas saya sebagai keturunan Yahudi meski fisik saya tidak seperti keturunan Yahudi umumnya karena perkawinan campur nenek moyang saya,” kata Yobbi kepada merdeka.com Kamis pekan lalu di lobi sebuah hotel di Manado.
Darah Yahudi dalam tubuhnya berasal dari mendiang ayahnya, Jonathan Hattie, keturunan Yahudi Portugis kelahiran 1942 di Sanger Siau, Sulawesi Utara. Hattie anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat bertugas di Toli-toli, Sulawesi Tengah, dan pensiun pada 1989 dengan pangkat sersan satu. Dia meninggal di Manado dua tahun lalu. Yobbi adalah anak keempat dari lima bersaudara. Empat saudara kandung lainnya beragama Kristen Protestan dan Islam.
Dari garis keturunan bapaknya, nenek moyang Yobbi asal Portugis. Sekitar 1514 datang ke perkampungan paling tua di Kepulauan Karakelang Talaud, Kampung Ruso, Sulawesi Utara, berbatasan laut dengan Filipina. Nama Kampung Ruso atau Roso diambil dari marga Yahudi keturunan Yakub. Kemudian dari situ nenek moyangnya ikut bersama Portugis dan dipaksa menuju Minahasa saat abad ke-16 atau awal mula Portugis ke Nusantara.
Ibunya, Irene Andasia, 50 tahun, keturunan Portugis dari kakeknya, Ayub Andasia kelahiran 1514 di Kepulauan Karakelang, Sulawesi Utara. Kemudian nenek Yobbi, Ribbka Bala, keturunan Portugis dilahirkan pada 1920 di Sanger, Kolongan Mito, Sulawesi Utara. Andasia merupakan marga Yahudi di Andalusia, Spanyol, hidup di abad ke-16.
Kakek dari ibunya bernama Masone. Ketika itu nama Yahudi di Minahasa Utara belum menggunakan Marga. Kelak Masone akan melekat menjadi nama marga keluarga untuk keturunannya. Nenek dari ibu Yobbi berasal dari Belarusia bermarga Bala. Dia lupa tahun berapa saat Portugis datang ke Nusantara. Salah satu marga Bala ikut rombongan Portugis dan berlabuh di Pelabuhan Mulang, Minahasa Tenggara.
Bekas jejak nenek moyang Yobbi bisa dilihat dari perkebunan gandum orang Spanyol di Minahasa Tenggara. Baru pada 1600-an Belanda masuk ke Pulau Siau atau Sanger/Sangihe. Sehingga ada juga orang Yahudi bermarga Sanger di Minahasa. “Sebenarnya Sanger itu variasi dari beberapa nama. Ada sanger, singer, singale, dan singal. Kemudian setelah membaur dengan masyarakat lokal istilah itu berubah menjadi sinjal, sinyal,” ujar Yobbi.
Sepengetahuan Yobbi, Sanger saat itu dihuni oleh berbagai suku bangsa, seperti Portugis, Spanyol, Prancis, dan Belanda. Makanya sekitar 1500 atau 1600-an Minahasa itu adalah satu bangsa dan pernah menandatangani kerja sama dengan Inggris. Kemudian Minahasa bergabung dengan Indonesia. Cerita ini ada dalam film Benteng Muraya dibuat di Tondano." Itulah muasal Yahudi di Minahasa dan menyebar ke seantero nusantara, termasuk Manado,” tuturnya.
Istrinya Yulita, 30 tahun, perempuan keturunan Minahasa menyokong keyakinan dianut Yobbi dan turut menjalankan ajaran Yudaisme. Menurut Yobbi, menerapkan Yudaisme tidak harus berdarah Yahudi (goyim), namun atas dasar kesadaran. Demikian juga keputusannya menjadi rabbi atau pembimbing umat lewat sekolah dan pelatihan khusus diselenggarakan komunitas Yahudi di Manado. Dia mengatakan posisi Rabbi itu sama dengan ulama dalam Islam.