Di balik nama Masjid Luar Batang
Luar Batang diambil ketika kejadian Habib Husein meninggal pada tahun 1756.
Mata Mansur Amin, 62 tahun mencoba menerawang saat bercerita sejarah Masjid Keramat Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. Rambutnya yang sudah memutih menandakan bahwa dia merupakan sesepuh di kampung yang terletak di bantaran Pelabuhan Sunda Kelapa tersebut. Ia memulai cerita dengan menyebut nama Al Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. Dia adalah seorang ulama yang kemudian menjadi cikal bakal nama Luar Batang.
"Di masjid ini terdapat makam seorang ulama bernama Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus. Beliau meninggal tahun 1756. Nama masjid ini diberikan sesuai dengan julukan Habib Husein, yaitu Habib Luar Batang," ujar pria yang sudah puluhan tahun menjadi pengurus Masjid Luar Batang, saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat pekan lalu.
Mansur menuturkan jika Habib Husein adalah seorang ulama berasal dari Yaman. Pada usia 20 tahun, Habib Husein mulai melakukan perjalanannya untuk menyebarkan agama Islam di seluruh dunia. Konon, Habib Husein memperoleh ilmu agama tanpa belajar atau dalam istilah Arab dikenal dengan "Ilmu Wahbi", yaitu pemberian dari Allah tanpa belajar dahulu.
Sebelum masuk ke Indonesia, negara pertama yang dikunjungi Habib Husein adalah India. Dari India kemudian dia hijrah ke Indonesia. Bumi serambi Makkah adalah langkah pertama Habib Husein menapakkan kaki di Indonesia. Setelah dari Aceh, Habib Husein kemudian menuju Banten dan singgah di Batavia. Dari sinilah kemudian Habib Husein menetap di Kampung Luar Batang.
"Kapal layar yang ditumpangi Habib Husein terdampar di daerah ini. Pada zaman Belanda tempat ini dulunya adalah hutan dan rawa-rawa," ujar Mansur. Cerita ini menurutnya didapat dari cerita tutur dari keturunan Habib Husein.
Setelah tinggal beberapa bulan di kawasan pasar ikan, Habib Husein lalu membangun sebuah tempat pengajian yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam. Dia kemudian mendirikan Masjid Luar Batang pada tahun 1739. Habib Husein juga pernah menerima hibah tanah seluas 16,5 hektar dari Gubernur Jenderal VOC bernama Gustaff Willem atas jasanya terhadap kompeni.
"Karena Jasanya itu Habib Husein kemudian diberikan hadiah untuk membuat masjid untuk kegiatan keagamaan. Barulah mulai ada satu masyarakat. Lama-lama bertambah dan sekarang jadi padat," ujarnya.
Sementara itu nama Luar Batang menurut Mansur juga memiliki cerita tersendiri. Dia mengatakan jika nama Luar Batang diambil ketika kejadian Habib Husein meninggal pada tahun 1756. Saat itu, ada rencana jika Habib Husein akan dimakamkan di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun, Belanda rupanya melarang pendatang untuk dimakamkan di Tanah Abang. Saat hendak dibawa menggunakan kurung batang (keranda bambu), jenazah Habib Husein tak ikut serta, Jenazah malah kembali ke rumahnya di dekat masjid. Kejadian tersebut terus berulang hingga akhirnya jenazah Habib Husein dimakamkan di samping Masjid Luar Batang.
"Jadi namanya keluar dari kurung batang. Makanya namanya Luar Batang. Di luar dari keranda," kata Mansur.