Empang Tiga dalam kenangan
Empang Tiga dulu terkenal angker karena banyak Bambu dan ada kuburan.
Lebarnya sekitar lima meter, beraspal, dan nyaris tidak ada bolong hingga ujung. Hanya beberapa polisi tidur selang puluhan meter. Jalan itu masih bisa dilalui oleh dua mobil saling berpapasan.
Namun, tetap saja antrean kendaraan mengular bila ada satu kendaraan berhenti di pinggir jalan. Warga Kalibata tetap menyebut itu Jalan Empang Tiga, meski di ujung jalan masuk tertera tulisan Jalan Kalibata Timur.
Abdul Hamid, 52 tahun, warga di jalan itu tidak tahu kenapa namanya diubah. Namun, dia punya kenangan tentang jalan itu. Pada 1975, dia baru saja datang dari kampungnya, Sukabumi, Jawa Barat, untuk merantau di Jakarta. Saat melintas menuju rumah kawannya selepas magrib, ia melihat ular seukuran paha orang dewasa di bawah pohon Bambu.
Jalan itu dulunya terkenal angker. Rumah warga masih sedikit. Di kanan dan kiri jalan rimbun oleh pohon Bambu. Selain Taman Makam Pahlawan yang bersebelahan dengan jalan itu, juga terdapat kuburan warga sekitar.“Bila sudah lewat magrib, orang tidak ada lewat jalan itu,” ujar Hamid saat ditemui merdeka.com di warungnya, Senin siang lalu.
Ketua Rukun Tetangga (RT) 08, Rukun Warga (RW) 08, Kelurahan Kalibata, Muhammad Yusuf, juga mengiyakan hal itu. Lelaki kelahiran 1943 ini mengungkapkan nama Jalan Empang Tiga memang disesuaikan dengan kondisi daerah itu yang banyak empang. “Dulu di Kalibata banyak empang, tapi ada satu empang bentuknya seperti segitiga dan di tengahnya ada gundukan tanah," katanya.
Walau sudah berganti nama menjadi Jalan Kalibata Timur, orang lebih kenal Jalan Empang Tiga. Yusuf menuturkan hampir semua sopir angkutan umum akan berhenti di jalan itu kalau penumpang menyebut Empang Tiga.
Cerita angkernya jalan itu pelan-pelan hilang pada 1970-an. Itu terjadi sejak Departemen Transmigrasi membuka lahan Kalibata untuk kompleks perumahan pegawai mereka. Kebetulan jalan menuju lokasi Kompleks lebih dulu melewati Jalan Empang Tiga.
Akhirnya, rimbunan Bambu dan Kirai berkurang. Tapi Yusuf dan warga lainnya tetap mengenal jalan itu dengan sebutan Empang Tiga.