Gaduh Loyalis Airlangga dan Bamsoet
Ramainya grup, akhirnya membuat Bamsoet geram. Dia pun ikut berkomentar. Tak terima dengan serangan pribadi yang dilontarkan Rizal Mallarangeng dan kawan-kawan.
Sejak Jumat siang grup WhatsApp 'Partai Golkar (New)' memanas. Mendadak ramai berisi sindiran buat Bambang Soesatyo (Bamsoet). Gelar Master of Business Administration (MBA) miliknya diragukan. Loyalis Airlangga Hartarto pemicu grup gaduh. Diawali dengan tuduhan ijazah bodong.
Bamsoet dan Airlangga berada dalam grup itu. Tuduhan ijazah bodong tentu membuat ketua DPR sekaligus Wakil Koordinator Bidang Pratama II Partai Golkar itu geram. Bahkan sampai mengancam bakal melaporkan tindakan itu kepada kepolisian.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Siapa yang mengucapkan terima kasih kepada Partai Golkar? Presiden terpilih periode 2024-2029 sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, mengucapkan terima kasih kepada Partai Golkar atas kerja keras memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
-
Bagaimana seharusnya kegiatan kepemudaan Partai Golkar dilakukan? Ilham menambahkan, acara diskusi merupakan jiwa kader Golkar di semua tingkatan. Ia mengapresiasi kegiatan diskusi yang digelar oleh para pemuda Partai Golkar. Namun, Ilham mengingatkan, setiap kegiatan kepemudaan Partai Golkar seharusnya diketahui dan mendapatkan izin dari pengurus DPP Partai Golkar.
-
Siapa yang menyesali kericuhan di diskusi Generasi Muda Partai Golkar? Ketua Umum PP Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Ilham Permana menyesali atas insiden kericuhan saat diskusi yang mengatasnamakan Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) ladi Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Rabu (26/7/2023).
-
Kapan Partai Golkar memutuskan mengusung Gibran? Keputusan diambil dalam Rapimnas Golkar pada Sabtu (21/10).
Tidak biasanya grup WA itu memanas. Diduga ada kaitannya dengan rencana Bamsoet maju sebagai calon ketum Partai Golkar. Dia akan melawan ketua umum partai, Airlangga, selaku petahana. Loyalis kedua kubu ini mulai terlihat. Apalagi Musyawarah Nasional (Munas) bakal digelar pada Desember 2019 nanti.
Kegaduhan di grup itu awalnya sebatas beragam analisa dan berbagi link media berita online. Para pendukung Bamsoet dan Airlangga Hartarto saling serang satu sama lain. Hingga debat panas muncul. Unggahan pendukung Airlangga sekaligus Plt Ketua DPD Golkar DKI Jakarta, Rizal Mallarangeng, menyinggung gelar MBA milik Bamsoet.
Rizal menuding gelar tersebut patut diduga bodong. Tuduhan itu membuat kuping para pendukung Bambang Soesatyo panas.
Seorang kader Golkar yang ada di dalam grup ini menceritakan, debat panas kubu Airlangga dan Bambang mulai terbuka sejak siang.. Sebelumnya, tak ada perdebatan antara pendukung Airlangga dan Bambang. "Mulai hari ini memanas," kata sumber itu kepada merdeka.com, Jumat pekan lalu.
Memang pada hari itu perbincangan soal ijazah milik Bamsoet sedang hangat. Kader muda Golkar Jakarta, Agus Harta, mempertanyakan almamater Bamsoet yang berasal dari IM Newport Indonesia.
Di dalam grup itu, Rizal menyindir Bamsoet. Sambil melampirkan sebuah link berita media online tentang caleg menggunakan ijazah palsu ditangkap. "Caleg Palsukan ijazah saja diperiksa polisi apalagi ketua DPR yg jga lolos pileg pakai ijazah bodong?" tulis Rizal Mallarangeng dalam grup tersebut.
Sontak serangan itu langsung dibalas Ketua Umum Baladhika Karya, Nofel Saleh Hilabi yang diketahui pendukung Bamsoet. Rizal atau akrab disapa Celi itu, disindir dengan sebutan Asbun (asal bunyi).
Serangan itu pun berbalik soal kepemimpinan Celi jadi plt DPD Golkar DKI. Posisi itu disinggung. Sebab, partai berlambang beringin itu banyak kehilangan kursi di ibu kota.
Pertempuran kedua kubu tengah berseteru jelang Munas ini membuat sejumlah kader berada di dalam grup coba menenangkan. Salah satunya dilakukan kader wanita Golkar, Dewi Yunus. Dia meminta agar grup WA tetap terjaga dengan damai dan aman. Terlebih perdebatan dilakukan usai salat Jumat..
Sayang upaya menenangkan tak berhasil dilakukan. Loyalis Bambang Soesatyo, Mukhamad Misbakhun malah ikut nimbrung pertempuran di dunia maya itu. Dengan nada nyeleneh, Misbakhun mengomentari tuduhan ijazah bodong jagoannya di Munas.
"Wah kalau memang ijasah nya palsu... Hebat juga bisa jadi ketua DPR... Apalagi kalau ijasah nya asli... bisa makin melejiiit...." tulis Misbakhun.
Misbakhun enggan berkomentar mengenai gaduh di grup WA 'Partai Golkar (New)' saat kami konfirmasi. Dia pun tidak membantah maupun membenarkan. Hanya menolak menanggapi soal gaduh itu.
Meski begitu, bagi Misbakhun gaduh di dalam internal merupakan kondisi biasa. Dinamika ini dianggap sebagai proses demokrasi. Dirinya mengingatkan agar kader tetap menjaga kekompakan. Salah satunya dengan tidak saling serang urusan pribadi.
"Jangan menyerang pribadi dan jangan membawa keluar urusan internal Partai Golkar," tegas Misbakhun kepada merdeka.com, kemarin malam.
Ramainya grup, akhirnya membuat Bamsoet geram. Dia pun ikut berkomentar. Tak terima dengan serangan pribadi yang dilontarkan Rizal Mallarangeng dan kawan-kawan. Di dalam grup, Bamsoet merasa diserang secara pribadi. Selain itu tuduhan ijazah bodong juga menyakiti para alumni kampusnya.
"Ini sudah menyerang pribadi. Saya dan para alumni bangga pernah kuliah di IMNI. Dan Ikatan Alumni IMNI akan mengambil langkah hukum dan melaporkan ybs ke Bareskrim Polda Metro atas penghinaan institusi tempat mereka menimba ilmu tsb. Karena IMNI legal dan tercatat di Kopertis DKI Jakarta," tulis Bambang.
Ancaman tersebut tak membuat nyali Rizal ciut. Meski tak berkata-kata lagi, Rizal hanya membalas dengan emoticon senyum dengan kacamata hitam. Sedangkan Airlangga, tak sepatah kalimat pun keluar di grup itu. Berbeda dengan Bambang, berani menanggapi perdebatan panas tersebut.
Saat ditemui di DPR, Bamsoet menegaskan, IMNI bukan kampus ilegal. Bahkan sampai sekarang masih ada, melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Ikatan alumni pun ada.
Dia bercerita, saat itu kuliah di sana sekitar tahun 1986-1987. Bamsoet kuliah sambil kerja menjadi wartawan di Harian Prioritas. "Kampus masih ada di bilangan Kalibata dan mahasiswa ada, kami belajar sebagaimana sebuah proses belajar mengajar kami punya ikatan Alumni kami persilakan alumni untuk mengambil langkah hukum," kata Bamsoet.
Ihwal rencana Bamsoet ingin melaporkan kader Golkar mempersoalkan gelar MBA, juga telah ditanggapi Rizal Mallarangeng. Menurut dia, hal tersebut terlalu berlebihan.
Rizal menantang balik. Bamsoet diminta membuktikan bahwa gelar MBA tidak bodong seperti dipergunjingkan khalayak. "Kalau soal gelar MBA Pak Bamsoet, ya dibuktikan saja. Tidak usah pakai lapor polisi. Setahu saya universitas yang disebut oleh Agus Harta memang bodong," tegas Rizal.
Bamsoet (kiri) dan Airlangga (kanan) ©2019 Merdeka.com/ Liputan6.com/JohanTallo
Kami sudah mendatangi kampus dikabarkan berlokasi di Jalan Teuku Cik Ditiro II Nomor 5, Menteng, Jakarta Pusat. Cukup sulit menemukan keberadaannya. Tak banyak diketahui orang maupun warga sekitar.
Sampai pada bangunan berwarna putih. Sempat membuat kami kesulitan. Tidak ada nomor rumah pada bagian depan. Apalagi plang nama kampus. Bahkan letaknya di pinggir jalan kecil, dekat dengan jalur layang KRL.
Kini bangunan yang dulunya kampus ini telah diubah menjadi rumah mewah berlantai tiga. Penjaga rumah enggan memberi penjelasan terkait rumah yang kini dijaganya itu. "Saya takut salah, karena saya belum lama di sini," ujar penjaga yang menolak menyebut namanya ini.
Dia mengatakan rumah tersebut dibangun sejak lima tahun lalu. Bangunan yang lama dihancurkan dan dirombak menjadi rumah. Sebelum rumah dibangun, dia mengaku bangunan sebelumnya rusak. Penjaga ini juga mengaku tak tahu berapa lama bangunan sebelumnya kosong.
Warga lainnya menyebut di lokasi tersebut memang pernah ada bangunan dipergunakan proses belajar mengajar. Namun, sudah tidak ada lagi sejak sekitar tahun 1999-2000. "Sudah lama (kampus berhenti di sini), dari saya SMP juga udah enggak ada penghuninya, sudah kosong," kata Fitria, warga sekitar.
Bamsoet mengaku kampus IMNI masih aktif. Keberadaannya kini di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan. Kata dia, proses belajar mengajar normal. Ikatan alumni pun ada. "Kami persilakan alumni untuk mengambil langkah hukum," tegas Bamsoet.
Rebutan Restu Istana
Airlangga maupun Bamsoet merasa sangat yakin didukung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tak bisa dipungkiri, dukungan penguasa dalam setiap perhelatan Munas Partai Golkar amat berpengaruh.
Seperti saat Munas Golkar tahun 2016 di Bali. Senior Golkar sekaligus Menko Kemaritiman Luhut B Pandjaitan sampai datang langsung ke arena. Itu dianggap sebagai sinyal. Bahkan dari The Mulia Hotel, tempatnya menginap, Luhut dikabarkan menelepon dan mengundang sejumlah orang untuk merancang pemenangan Setya Novanto. Meskipun Luhut kader Golkar, tapi di luar itu, dia juga dikenal sebagai orang dekat Jokowi.
Sementara di Munas 2019, Jokowi menegaskan, tidak mau ikut campur tentang pertarungan ketua umum Golkar akhir tahun nanti. Jokowi hanya berpesan, agar pertarungan tak mengganggu stabilitas politik Tanah Air.
Pesan itu disampaikan pada 1 Juli lalu. Ketika Airlangga bersama 34 DPD I dan pengurus DPP Golkar bertemu Jokowi di Istana Bogor. Pesan Jokowi, menurut Airlangga sangat tegas. Minta agar kepemimpinan Golkar diperkuat.
"Terkait dengan kepemimpinan, ya tentu beliau mengharapkan agar kepemimpinan partai Golkar ke depan diperkuat," ujar Airlangga usai bertemu Presiden.
Adapun bocoran dari orang yang ikut dalam pertemuan tersebut kepada merdeka.com. Dia menyatakan bahwa ada tiga poin penting hasil dari pertemuan Airlangga dengan Jokowi bersama pengurus partai.
©2019 Merdeka.com/lizsa egeham
Pertama, Jokowi tidak ikut campur urusan internal Golkar. Jokowi juga berpesan, jangan ada keributan agar tidak mengganggu stabilitas pemerintah. Ketiga atau terakhir, Jokowi minta kepengurusan Golkar harus diperkuat.
"Dan tidak ada dialog, hanya satu arah. Soal Munas pun Pak Jokowi bicara karena ditanya oleh Airlangga," kata Politikus Golkar Aziz Sumual yang berada di kubu Bambang Soesatyo. Aziz mendapatkan info itu dari salah seorang Ketua DPD I yang ikut pertemuan di Bogor.
Airlangga sangat yakin didukung Jokowi. Dukungan tersebut diperoleh dari orang dekat Jokowi yakni, Mensesneg Pratikno. Informasi itu sudah disebar ke internal partai. "Airlangga bilang dia yang dapat restu (Jokowi), diiyakan oleh Pratikno dan AGK (Agus Gumiwang Kartasasmita)," jelas sumber merdeka.com, salah seorang pengurus DPP Golkar ini.
Airlangga belum memberi komentar tentang kabar dukungan dari Pratikno. Dia justru bersama para loyalisnya pun telah mendeklarasikan diri maju sebagai calon ketum Golkar periode 2019-2024. Acara itu digelar di Makassar, Minggu 7 Juli kemarin. Tampak sejumlah kader Golkar yang mendukung Airlangga.
Di antaranya, Ketua Golkar Jabar Dedi Mulyadi, Yahya Zaini, Ketua Golkar Sulsel Nurdin Halid, Ketua Golkar Sultra Ridwan Bae. Tampak pula dalam acara deklarasi itu sejumlah anggota DPR pendukung Airlangga, Idris Laena, Zainuddin Amali, Melchias Markus Mekeng, Mutya Hafidz dan Roem Kono.
Sejalan dengan Airlangga, Bambang Soesatyo juga merasa mendapatkan sinyal dukungan kuat dari Jokowi. Tapi berbeda dengan Airlangga yang lewat Pratikno, Bambang telah melakukan pertemuan dengan Luhut Pandjaitan. Belum ada komunikasi lagi setelah itu. Hanya diberi pesan jangan bikin gaduh. Persis seperti disampaikan Jokowi.
Sinyal itu yang dirasa kubu Bambang sebagai restu dan dukungan dari Jokowi. Hingga kini baik Airlangga maupun Bambang mengklaim telah didukung ratusan pemilik hak suara di Munas nanti.
Loyalis Bamsoet, Aziz Sumual, tak membantah ada pertemuan khusus antara jagoannya dengan Luhut. Tapi dia tak mau mengungkap soal dukung mendukung Istana melalui Luhut tersebut. "Pak Luhut kan kader Golkar, pertemuan itu biasa saja," tegas Aziz.
Perihal jumpa dengan Jokowi, Aziz mengatakan, sebagai ketua DPR, Bamsoet sudah beberapa kali ketemu presiden. Tapi secara spesial bertemu dengan Jokowi bahas Munas Golkar, Aziz mengatakan, hal itu belum terjadi. "Ya kemungkinan satu atau dua hari ini," jelas Aziz.
Baca juga:
Pertarungan 'Dua Gajah' Partai Golkar
Bantah Yorrys, Demul Klaim 400 Pimpinan DPD Dukung Airlangga Pimpin Golkar
Airlangga Deklarasi Kembali Maju Sebagai Calon Ketum Golkar
Bantah Yorrys, Nurdin Halid Tegaskan Golkar Sulsel Dukung Airlangga
Yorrys Klaim Bamsoet Dapat Dukungan 400 Suara untuk Jadi Ketum Golkar