Golkar hanya dipakai, tidak dirawat
Suhardiman memperkirakan jika Agung Laksono memimpin Golkar bakal lebih baik.
Konflik dalam tubuh Partai Golongan Karya terus bergulir hingga kini. Sebagai salah satu pendiri Golkar, Suhardiman mengaku prihatin dengan adanya konflik itu. Dia berharap kader-kader partai berlambang beringin itu kembali bersatu dan tetap pada tujuan utamanya membantu pemerintahan, siapa pun presidennya.
Demi partainya, Sabtu pekan ini dia bakal menemui mantan Presiden BJ Habibie di kediamannya, Patra Kuningan, Jakarta Selatan. Tujuan pertemuan itu meminta pendapat dalam penyelesian konflik partai Golkar agar tidak berlarut-larut. "Baru hari ini saya mendapat undangan dari Pak B.J. Habibie," kata Suhardiman saat ditemui di rumahnya, Jalan Kramat Batu I nomor 1, Cipete, Jakarta Selatan. "Mau membicarakan solusi konflik Partai Golkar."
Di tengah konflik Golkar, Suhardiman juga menyoroti perkembangan partainya. Dia masih berharap Golkar bisa berjaya seperti semasa Orde Baru.
Berikut penuturan Suhardiman kepada Arbi Sumandoyo dari merdeka.com.
Bagaimana Anda melihat Golkar dari hasil Pemilihan Umum 2014?
Kalau bicara mengenai Golkar atau partai itu berbicara soal pimpinannnya. Pemimpinnya adalah Aburizal Bakrie. Dia bukan membesarkan yang dia pimpin tapi dia membesarkan dirinya sendiri, untuk popularitas dirinya sendiri. Itu bukan pemimpin namanya.
Artinya banyak tujuan Partai Golkar melenceng?
Iya.
Kalau melihat kisruh ini, apa seharusnya dilakukan para kader?
Pertama kali harus dilakukan, ketua mesti menjadi satu. Dari kader-kader senior atau junior harus bersatu menyelamatkan partai. Ini harus menjadi satu. Jadi jangan dibiarkan seperti ini karena berdampak dengan tertinggalnya Golkar dibanding partai-partai lain.
Partai lain kan nggak ada cekcok. Ini kan cekcok internal, masak nggak bisa diselesaikan.
Apa kekurangan dari Partai Golkar setelah Orde Baru?
Jadi mengapa terjadi seperti itu? Karena pemimpinnya mementingkan dirinya sendiri daripada yang dipimpin. Aburizal Bakrie hanya bertujuan menjadi pemimpin dengan menumpang di Partai Golkar.
Artinya partai hanya dijadikan kendaraan saja?
Iya, seperti itu. Ibarat kendaraan, Partai Golkar hanya dipakai tanpa dirawat.
Anda yakin jika Agung Laksono memimpin, Golkar bakal lebih baik?
Karena Agung Laksono baru, belum terlihat. Saya memperkirakan jika Golkar di bawah kepemimpinannya akan lebih baik.
Artinya siap untuk 2019?
Iya.
Kalau melihat dualisme kepemimpinan di Golkar, siapa pantas menjadi ketua umum?
Sampai sekarang saya belum melihat. Prinsipnya, pemimpin harus membesarkan orang dipimpin bukan membesarkan dirinya sendiri. Aburizal Bakrie hanya membesarkan diri sendiri, bukan membesarkan partai dan para kadernya.
Dari sekian banyak kader partai, siapa bisa membikin Golkar kembali berjaya?
Sampai sekarang saya belum melihat. Saya sekarang tidak begitu memperhatikan siapa kader berprestasi. Tapi kalau saya lihat, Agung Laksono kader potensial karena dia tumbuh kembang di Partai Golkar.
Kalau tidak salah dia dulu pernah di MKGR. Dia memiliki modal untuk membesarkan Golkar. Selain itu, terpilihnya dia sebagai ketua umum tentu ada prestasi bermanfaat bukan untuk kepentingan partai tapi untuk kepentingan bangsa dan negara.
Jika Anda bilang belum ada kader Golkar bisa membesarkan partai, berarti ada yang salah dalam proses kaderisasi?
Ya, kaderisasi untuk partai kurang dilaksanakan dengan baik.
Sebagai pendiri, bagaimana perasaan Anda melihat Golkar disesaki orang untuk kepentingan pribadi?
Saya sangat prihatin dalam perjalanan Partai Golkar. Saya mengharapkan siapapun pemimpin Golkar nantinya harus memperhatikan tujuan partai bukan berambisi untuk kepentingan pribadi.
Apa harapan Anda untuk pemimpin Golkar nanti?
Ya tetap menjalankan amanah partai, menjalankan visi misi partai. Pemimpin itu harus memperhatikan yang dipimpin bukan memperhatikan diri sendiri. Selain itu, pengkaderan jangan pernah berhenti, terus berusaha pengkaderan.
Dengan segala maaf, partai sekarang besar adalah PDIP. Kita mesti ambil pengalaman dan belajar mengapa PDIP bisa demikian. Belajar dari partai menang. Yang baik ya harus kita tiru.
Artinya Golkar harus menjadi partai oposisi?
Bukan persoalan sikap partai, tapi bagaimana menyikapi PDIP bisa menang. Apalagi PDIP menang dengan konsisten sebagai partai oposisi. Jadi harus ditiru oleh Golkar adalah bagaimana proses memimpin, bukan tujuannya untuk apa. Tujuannya tetap, Golkar mendukung pemerintahan.
Berarti sistem pengkaderan Partai Golkar harus diubah?
Iya, saya kira seperti itu.