Lantunan Torah di pemakaman Nasrani
Kubur keluarga Rabbi Yobbi Ensel dihiasi lambang Bintang Daud.
Sabtu pagi pekan lalu sekitar pukul 10.00. Rabbi Yobbi Ensel bersama istrinya, Yulita, sudah bersiap menuju kubur ayah dan kakeknya di pemakaman umum Teling Atas, Lingkungan II, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Yobbi kembali mengenakan kippah, jubah hitam, celana kain, dan pantofel hitam. Sedangkan Yulita memakai celana jins biru dengan kaus abu-abu ditutup jaket jins biru dan menenteng tas tangan berwarna coklat.
Jarak pemakaman umum dari rumah Yobbi sekitar satu kilometer. Keduanya pergi naik sepeda motor matik. Macetnya Kota Manado membuat perjalanan tersendat. Mereka baru tiba di sana hampir setengah jam kemudian.
Luas pemakaman itu sekitar tiga hektar dan berada di pinggir Jalan 17 Agustus, Teling Atas. Kompleks ini tanpa pagar hingga setiap orang melintas di jalan itu akan melihat hamparan nisan. Hampir semua kuburan dilapisi keramik berbagai warna. Pemakaman kelihatan kurang terurus. Banyak rumput liar tumbuh.
Di dalam pemakaman itu ada beberapa makam diberi atap seng atau dipagar teralis besi. Rata-rata nisan terdapat lambang salib dan nisan berbentuk salib. “Pemakaman ini sudah penuh, makanya kalau ada yang meninggal akan disusun dalam satu nisan dengan keluarga sudah meninggal,” kata Yobbi saat memasuki areal pemakaman.
Di sana juga terdapat makam untuk muslim, berada di bagian belakang. Sekitar 25 meter dari pinggir jalan terlihat sebuah kubur beratap seng dengan tiang kayu. Kemudian di bawahnya terdapat kuburan berkeramik putih setinggi satu meter. Ada dua batu nisan terpasang di sana. Ukuran masing-masing kuburan sekitar 1,5 x 05 meter.
Salah satu kubur dilapisi keramik putih dan bergaris biru di bibir permukaan makam. Sedangkan di tengahnya tergambar Bintang Daud, lambang bendera Israel.
Batu nisannya hitam bertulisan identitas oenghni dalam bahasa Indonesia dan Ibrani. Di sana juga terpahat Bintang Daud. Penghinya adalah Jenevie Hattie dan Veibe Javelin Hattie. Kemudian batu nisan di sebelahnya tertulis Ribka Bala dan Risman Bala. Tiga nama itu adalah kakek, nenek, dan kerabat Yobbi dari pihak bapak.
“Batu nisan ditaruh di depan karena sudah disusun dengan bapak saya dua tahun lalu, Jonathan Hattie,” ujar Yobbie menunjukkan nisan bapaknya bertulisan Ibrani dilengkapi foto. “Kalau ada yang meninggal tinggal bongkar bagian atas dan disusun. Kemudian nisan lama ditaruh di depan.”
Setelah membersihkan sampah dan rumput liar di atas makam, Yobbi meminta kepada Yulita mengeluarkan salinan Torah dari dalam tasnya. Sambil berdiri memegang salinan kitab itu, dia kemudian membaca beberapa ayat dalam bahasa Ibrani. Saat Torah mulai dibacakan, Yulita mengenakan kerudung putih sambil berdiri dengan posisi tangan terangkat seperti berdoa dan kepala tertunduk.
Setelah itu Yobbi melantunkan pujian-pujian dalam bahasa Ibrani, terdengar seperti tilawah. Sesekali Yulita mengucapkan Amin tiap Yobbi menghentikan lantunan pujian. “Seperti penganut agama lainnya ke pemakaman, mendoakan sudah meninggal juga ada dalam tradisi kami,” tutur Yobbi. Ziarah itu berlangsung sepertiga jam.
Salinan Torah dipakai untuk kegiatan berdoa di luar dengan alasan praktis. Torah asli, kata Yobbi, berbentuk gulungan. Perlu syarat dan upacara khusus untuk membuka Torah asli.
Posisi matahari sudah berada di atas kepala. Yulita sudah selesai membereskan peralatan ibadah suaminya ke dalam tas. Perjalanan dilanjutkan menuju Bukit Kelabat di Kabupaten Minahasa Utara atau sekitar 23 kilometer dari Kota Manado. Bukit Kelabat adalah lokasi Menorah berdiri.