Mengandalkan langganan dan pembaca tua
Setiap hari, dari tiap agen, Supardi mengambil koran yang akan dijual dalam jumlah terbatas. Dia membeli koran Bisnis Indonesia 15 eksemplar, Kompas 35, Koran Tempo 5, Rakyat Merdeka 2, dan Pos Kota 5 eksemplar.
Media cetak seperti koran, tabloid, hingga majalah makin tergusur oleh kehadiran media online. Penjualannya terus menurun, bahkan beberapa perusahaan media terpaksa tutup karena merugi dan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Meski begitu, masih ada pembaca setia koran walau jumlahnya terus berkurang.
Supardi (47), salah satu loper koran mengaku hanya mengandalkan penjualan korannya dari para langganan. Mereka, kata dia, rata-rata berasal dari kalangan usia tua dan pekerja kantoran yang masih betah membaca berita dari media cetak. Sementara untuk menjual kepada umum, Supardi mengaku sudah jarang yang membeli koran.
-
Siapa yang mendorong literasi digital di Indonesia? Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya literasi digital untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dalam menggunakan internet.
-
Mengapa Ganjar berpendapat hilirisasi industri digital penting? Maka dari itu hilirisasi industri digital penting dilakukan supaya aturan tersebut semakin kuat dipegang para seniman hingga musisi.
-
Mengapa pelaku usaha di Indonesia menganggap transformasi digital penting? Para pelaku bisnis di Indonesia menyadari pentingnya melakukan transformasi digital. Demi memenuhi kebutuhan mereka sebagai pengusaha sekaligus menyajikan solusi bagi masyarakat, pengembangan teknologi dan pengembangan inovasi dinilai sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi.
-
Apa saja yang menurut Budi Arie Setiadi menjadi tantangan media di era digital? Tantangan itu demikian hebatnya sampai banyak lembaga pers bertumbangan akibat disrupsi pada model bisnis media. Perusahaan media menjadi sulit untuk kompetitif, padahal menjadi kompetitif sangat menentukan eksistensi media dan pada akhirnya bisa menentukan eksistensi pilar keempat demokrasi.
-
Siapa yang memanfaatkan Indibiz di Denpasar? Hingga bulan Oktober 2023, jumlah pelanggan Indibiz di Denpasar sudah mencapai 415 pelanggan.
-
Bagaimana cara Indonesia dan Singapura meningkatkan kerja sama ekonomi digital? Pada pertemuan bilateral tersebut, kedua Menteri membahas upaya peningkatan kerja sama ekonomi digital melalui ASEAN Digital Economy Framework Agreement dan Joint Initiative on e-Commerce di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Setiap hari, dari tiap agen, Supardi mengambil koran yang akan dijual dalam jumlah terbatas. Dia membeli koran Bisnis Indonesia 15 eksemplar, Kompas 35, Koran Tempo 5, Rakyat Merdeka 2, dan Pos Kota 5 eksemplar.
"Ada juga (pembaca) yang usia muda tapi mereka langganan sejak lama dengan saya," jelasnya.
Dari agen, Supardi hanya mendapat keuntungan dua ratus hingga seribu rupiah untuk tiap koran. Jumlah itu dia kumpulkan sedikit demi sedikit. Dari koran yang dijualnya, bayaran yang termahal didapatnya dari koran Kompas (grup PT Gramedia) sebesar Rp 95 ribu per bulan.
"Kalau dihitung semuanya ya cukup lah. Saya bisa kumpulkan dua juta sebulan," katanya.
Loper koran ©2017 Merdeka.com/Marselinus Gual
Keresahan akan nasib mereka yang bergantung hidup pada media cetak dialami juga oleh Sawara (62). Agen sebuah koran ternama di Indonesia ini mengaku mengalami penurunan omzet setelah berkembangnya media online. Penurunan itu dicermatinya sejak sejak lima tahun belakangan.
"Coba Anda bayangkan saja, sebelum reformasi, koran ini mencetak 250 ribu eksemplar tiap hari. Sekarang tinggal berapa, cuma 20 ribu eksemplar! Jadi mengalami penurunan drastis," kata Sawara kepada merdeka.com.
Sawara mengaku jauh sebelum media online berkembang pesat, dia bisa meraup keuntungan Rp 1 juta tiap harinya. Namun, kata dia, keadaan berubah setelah perkembangan media online tidak lagi bisa dibendung.
"Kehadiran media kalian (menatap merdeka.com) tidak bisa tidak, melesukan media cetak," ucapnya dengan nada sedikit keras.
Di sisi lain, Ketua AJI Jakarta Nurhasim berpendapat, menurunnya pembaca media cetak tak serta merta meningkatkan pamor media online. Sebab, kata dia, kualitas suatu informasi yang dihasilkan media, dinilai oleh pembaca masing-masing.
"Kualitas bukan soal medium sebenarnya. Orang juga bisa suka online dan bisa juga suka cetak," kata Nurhasim kepada merdeka.com.
Nurhasim mengatakan, letak kualitas suatu media terdapat pada kemauan pemilik dan pengelola media. Sebab, lanjut dia, menulis berita-berita dan informasi sensasional untuk memperbanyak pembaca juga kerap dilakukan oleh media cetak dan online.
Namun ruang untuk berkembang dengan baik di masa depan, kata Nurhasim sangat potensial dimiliki oleh media daring. Dibanding media cetak yang mempunyai kendala jumlah halaman dan oplah, media online mempunyai kesempatan yang lebih luas dari segi waktu dan tampilan kepada pembaca.
(mdk/bal)