Menutup tampilnya dinasti baru
Dinasti politik Atut akan runtuh. Tetapi dinasti lain bersiap mengambil alih.
Tanda-tanda bahwa Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah akan menjadi tersangka, sesungguhnya sudah terlihat sejak dia dipanggil sebagai saksi atas kasus tangkap tangan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, awal Oktober lalu. Namun pengumuman KPK yang menetapkan Atut sebagai tersangka kasus suap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, tetap mengagetkan.
Pertama, Atut adalah simbol besar kekuasaan absolut di tengah-tengah arus demokratisasi. Dia bukan hanya gubernur yang berkuasa di Banten selama hampir 15 tahun, tetapi juga seorang yang mewarisi tradisi jawara yang ditakuti masyarakat Banten. Dia juga representasi Partai Golkar yang pintar mengelola kekuasaan, khususnya dalam menghadapi permainan politik dan hukum.
Kedua, Atut adalah Soeharto kecil di Banten, yang selama berkuasa tidak ada orang Banten yang bisa membayangkan bawa kekuasaan Atut akan runtuh. Kekuasaan itu dibangun oleh ayahnya, Tubagus Chasan Sochib, yang ditunjuk dan dilegalisasi oleh Golkar pada zaman Orde Baru, lalu bermetamorfosis menjadi penguasa baru melalui pemilu bebas pada era pasca-Orde Baru.
Ketiga, lebih dari Soeharto, Atut mengembangkan politik dinasti. Tidak ada posisi politik penting di Banten yang tidak tersentuh oleh keluarganya: parlemen daerah, kepala daerah, birokrasi, bahkan posisi-posisi di ormas pun dipegangnya. Tidak heran jika sumber daya ekonomi yang dikuasai pemerintah Banten, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, sesungguhnya juga dikuasai oleh keluarga Atut.
Keempat, selama hampir 15 tahun berkuasa, Atut berhasil menghegemoni masyarakat Banten. Atut memang tidak memiliki "ideologi" atau "basis intelektual" untuk membius kesadaran masyarakat Banten. Tetap dia berhasil mengajarkan "nilai-nilai jawara" dan memanipulasi "nilai-nilai keagamaan" untuk meneguhkan kekuasaannya, sehingga rakyat takluk dan pemimpin masyarakat tak berdaya.
Kelima, bagi orang di luar Banten, sungguh naif di era demokrasi ini muncul dinasti politik yang nyaris tanpa kritik. Bukan tidak ada kelompok kritis di Banten. Tetapi Atut tahu cara praktis membungkam mereka. Bujuk rayu dengan uang, jika tidak mempan gunakan intimidasi, dan jika tidak mempan lagi diusir dari Banten. Akibatnya banyak orang pintar di Banten sibuk mengritisi kekuasaan di luar Banten (DKI Jakarta, Jawa Barat dan nasional) sambil menutup mata seakan tidak ada masalah di sekitarnya.
Keenam, Atut memang tidak memiliki jaringan media. Namun dia tahu betul, betapa media sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan kekuasaannya. Daya kritis masyarakat menjadi tiada arti jika tidak dipublikasi media. Maka selain menekan sumber-sumber kritis, Atut juga memberikan reward dan punishment kepada media. Dengan dana APBD, Atut rajin menebar amplop wartawan. Kepada media atau wartawan yang kritis, mereka akan tekan habis sampai sampai terbirit-birit.
Oleh karena itu, penetapan Atut, merupakan hadiah akhir tahun yang menyenangkan rakyat Banten. Mereka sudah muak dengan perilaku Atut dan keluarganya yang bergerak di semua lini. Namun selama ini mereka dibuat tidak berdaya dengan beragam cara. Bagi rakyat Banten, penetapan Atut sebagai tersangka adalah langkah awal untuk memperbaiki keadaan.
Tentu rakyat Banten tidak boleh lengah. Ada banyak kelompok yang antre untuk menggantikan Atut dan keluarganya. Mereka juga berpotensi mengembangkan politik dinasti sekaligus politik intimidasi di Banten. Keruntuhan dinasti Atut, bisa saja digantikan dengan dinasti yang lain. Tapi kemungkinan itu akan tertutup jika rakyat Banten terus mengembangkan daya kritis.
Sebab jika tidak dikritisi, kekuasaan cenderung korupsi. Hasil korupsi itu digunakan untuk memperkuat dan memperluas kekuasaan. Setelah kuat dan luas, korupsinya pun semakin menjadi-jadi. Demikian lingkaran setan itu akan terus berputar. Kini KPK, sudah memutus lingkaran setan itu, rakyat Banten tidak boleh terlena lagi.
Baca juga:
Protes SBY kepada media
Asbabul nuzul korupsi anggota DPR
Hukum vs politik dalam kasus Bank Century
Penyadapan, BIN dan Lemsaneg ngapain aja
Curhat SBY dan tuah presidensialisme
-
Kapan Indonesia merdeka? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia? Bukan hanya tanggal yang kita rayakan, tetapi semangat dan cita-cita yang diwariskan oleh para pahlawan. Merdeka! Selamat HUT RI ke-79!
-
Apa yang bisa dilakukan untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia? Berbagai cara bisa dilakukan untuk turut serta memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia. Mulai dari ikut lomba 17 Agustus, ikut upacara bendera, membagikan kata ucapan Hari Kemerdekaan hingga mengunggah foto setelah menggunakan link twibbon.
-
Siapa yang menjadi sorotan utama pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia? Pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus yang lalu, perhatian banyak tertuju pada Shaista Putri Rionaldo Stockhorst.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).