Nasib tak jelas Koalisi Kekeluargaan
Partai-partai yang semula bersatu dalam koalisi kekeluargaan kini memunculkan nama-nama bakal calon gubernur jagoannya masing-masing. Koalisi kekeluargaan disebut sebagai koalisi yang rapuh dan tetap memboncengi kepentingan masing-masing partai.
KPU DKI Jakarta akan membuka pendaftaran pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan bertarung di Pilgub DKI 2017 pada 21-23 September mendatang. Hanya Ahok dan tiga partai pendukungnya, Partai NasDem, Partai Hanura, dan Partai Golkar yang sudah pasti akan mendaftar, meski siapa cawagub yang akan diusung hingga kini belum ketahuan. Sisanya, 7 partai lainnya masih kasak-kusuk menyiapkan masing-masing jagoan dan saling melobi agar calonnya didukung. Koalisi Kekeluargaan yang sempat dideklarasikan, kini nasibnya tak jelas walau Gerindra sudah menyiapkan Sandiaga Uno sebagai cagub.
Jelang pendaftaran yang tinggal tiga hari lagi, setiap hari beragam spekulasi bermunculan, termasuk nama-nama baru yang akan dicalonkan maupun mencalonkan diri. Selain petahana Basuki T Purnama (Ahok) dan Sandiaga Uno (Gerindra), hampir belum ada parpol yang secara pasti mengumumkan calon gubernur dan wakil.
-
Bagaimana cara warga Jakarta memilih pemimpin di Pilkada DKI 2017? Dengan sistem ini, warga Jakarta bisa langsung berpartisipasi memberikan suara untuk menentukan pemimpin mereka hingga 5 tahun ke depan.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 dilaksanakan? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Apa yang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta? Penjelasan Pemprov DKI Uji Coba TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta Dikawal Patwal Selama uji coba dengan menggunakan Bus Metro TransJakarta dikawal dengan petugas Patwal hingga ada penutupan sementara di beberapa persimpangan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
-
Kapan Dudung Abdurachman mengunjungi Pekan Raya Jakarta? Terungkap, dia dan keluarga menikmati waktu untuk sekadar berkeliling ke salah satu event besar di Ibu Kota, PRJ yang diketahui berlangsung sejak 12 Juni hingga 14 Juli lalu.
-
Apa tugas Ahmad Sahroni di Pilgub DKI Jakarta? Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akhirnya menunjuk Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni sebagai ketua pemenangan untuk pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Jakarta.
Suasana di Koalisi Kekeluargaan pun demikian. Koalisi yang dibentuk oleh para pengurus dewan pimpinan daerah (DPD) ketujuh parpol ini terancam pecah. Masing-masing partai, kini menyiapkan nama baru setelah PKS menyodorkan nama Mardani Ali Sera sebagai bakal calon wakil gubernur untuk mendampingi Sandiaga Uno. PKB yang awalnya mendukung Sandiaga dan Sekda DKI Saefullah terlihat geram dan mengancam akan menarik dukungan kepada Sandiaga.
"Kita awal dukung Sandiaga-Saefullah, tapi tanpa basa basi, tanpa pembicaraan muncul Sandiaga-Mardani. Tidak ada komunikasi dengan kami," kata Wakil Ketua DPW PKB DKI, Abdul Aziz ketika berbicang dengan merdeka.com Sabtu pekan lalu.
Selain PKB yang mengancam menarik dukungan, nasib Koalisi Kekeluargaan juga semakin tidak jelas setelah PAN muncul dengan menjagokan nama mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli. Padahal, partai ini hanya memiliki dua kursi saja di DPRD. Tak ketinggalan Partai Demokrat yang selama ini adem-ayem, muncul menjagokan mantan Mendikbud Anies Baswedan.
Harapan kepada PDIP
Senin, 8 Agustus 2016 Koalisi Kekeluargaan dibentuk. Di depan puluhan awak media, koalisi sepakat bersatu melawan Ahok. Dua hari setelah koalisi ini dibentuk, hanya Gerindra dan PKB yang sepakat mengusung Sandiaga. PDIP dan empat partai lain (PAN, PPP, Demokrat, dan PKS) tidak memberikan keputusan.
Tak lama berselang, pengurus Gerindra dan PKB bersama-sama mengadakan fit and proper test terhadap calon wakil Sandiaga. Ada dua orang yang ikut dalam tes itu. Keduanya sama-sama birokrat Pemprov DKI, yakni Sekretaris Daerah Saefullah dan Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Sylviana Murni.
Tidak adanya jawaban pasti dari PDIP juga menjadi sebab Koalisi Kekeluargaan jalan sendiri-sendiri. Padahal, kata Abdul, DPD PDIP-lah yang menggagas awal adanya koalisi ini. Mantan Plt Ketua DPD PDIP Bambang DH mengajak enam partai membentuk suatu koalisi. Ketua DPW PAN Eko Patrio memfasilitasi mereka untuk berkumpul.
"(rekomendasinya) Sudah dibawa ke DPP PDIP tapi belum ada keputusan final," jelasnya.
Meski Bambang DH membawa rekomendasi Koalisi Kekeluargaan ke Dewan Pembina Pusat (DPP) PDIP, elite partai banteng tak kunjung memberikan keputusan. Sementara itu kalangan bawah parpol mendesak mereka untuk segera mengumumkan calon tanpa harus menunggu keputusan PDIP.
Maka kesepakatan pun muncul yakni mengusung Sandiaga-Saefullah. Namun, kata Abdul, komunikasi di internal tidak kunjung ketemu. Kesepakatan untuk mendukung Sandiaga-Saefullah belum menjadi keputusan final koalisi ini. Belakangan, secara diam-diam, kata Abdul PKS justru nama Mardani muncul.
"Kita dorong Sandiaga-Saefullah tapi komunikasi lemah di Koalisi Kekeluargaan. Tapi tiba-tiba muncul Mardani," tutur dia.
Peneliti Senior LIPI, Siti Zhuro menilai munculnya nama baru ini merupakan hal biasa dalam dinamika politik. Meski kelihatan masing-masing berkompetisi di antara Koalisi Kekeluargaan, Siti mengatakan hal itu baik demi memunculkan konsep persaingan yang sehat dalam sebuah pertarungan. Sebab semakin banyak calon, semakin baik pula suatu pertandingan.
"Kalau bubar itu belum final ya. Ini kelihatan di dalam ada kompetisi juga. Tapi bagus dalam konteks pilkada, karena tidak mungkin baik kalau ada calon tunggal," kata siti.
Sementara itu, pengamat politik Lingkar Mardani Ray Rangkuti menilai munculnya nama-nama baru ini menandakan lemahnya komitmen mereka. Selain tidak mampu melobi PDI P, koalisi kekeluargaan disebutnya sebagai koalisi yang rapuh dan tetap memboncengi kepentingan masing-masing partai.
"Koalisi Kekeluargaan itu koalisi politik dan kepentingan. Kalau kepentingan mereka tidak terakomodir ya mereka bubar. (kesamaan ideologi) Agama hanya ikut saja. Tidak ada titik temu kalkulasinya ya bubar," kata Ray ketika berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Enggan mengatakan bubar, DPD Gerindra mengaku masih berkomunikasi hingga kini. Nama Mardani Ali Sera, Rizal Ramli dan Anies Baswedan adalah hak masing-masing partai. Pada waktunya Koalisi Kekeluargaan bertemu dan mengumumkan calon yang diusung. Seperti skenario awal, Sandiaga akan tetap menjadi calon gubernur.
"Itu kan biasa. Politik itu kan dinamikanya tinggi. Tapi kalau sudah masuk dalam meja (berkumpul) pasti sama," kata Ketua DPD Gerindra Mohamad Taufik ketika ditemui di Gedung DPRD DKI Jakarta bebarapa hari lalu.
Hal yang sama diakui Ketua DPW PAN, Eko Patrio. Dia mengatakan Koalisi Kekeluargaan baik-baik saja dan tidak akan pecah seperti yang diisukan. "Masing-masing parpol punya strategi. Last minute masih koordinasi, gak terpikir bubar. Kalau ada ide dari paprol bukan artinya pecah," terang Eko.
Baca juga:
Utak-atik calon pasangan, menghitung peluang menang
Ahok bisa dikalahkan
Manuver Amien Rais galang kekuatan tolak Ahok jadi Gubernur DKI
Sentil Ahok, Rizal sebut bangun Jakarta harus ramah tanpa tangisan
KPU DKI: Warga yang belum punya E-KTP bisa gunakan hak pilihnya
PKB ajak partai selain Golkar, NasDem & Hanura bersatu lawan Ahok