Pasar Selasa Jakarta yang terlupakan zaman
Pasar Selasa Jakarta yang terlupakan zaman. Sejarawan Jakarta, Yahya Andi Saputra mengatakan, Pasar Selasa memang sudah berganti nama. Perubahan ini terjadi karena Hari Selasa dianggap kurang baik bagi sebagian masyarakat untuk melakukan aktivitas jual beli atau berniaga.
Sejak direbut oleh Jan Pieterszoon Coen (tahun 1619), wilayah yang kini disebut Jakarta terus bersolek. Daerah yang dahulunya hanya rawa-rawa kini menjadi kota metropolitan lengkap dengan segala fasilitasnya.
Jakarta memang terus berkembang dari tahun ke tahun. Bahkan jumlah populasinya juga semakin gemuk (Data tahun 2005, jumlah penduduk Jakarta mencapai 9,5 juta jiwa). Tak heran Richard L Forstall dalam penelitiannya tahun 2001 menempatkan Jakarta di urutan ketiga kota terbesar di dunia.
Namun semakin majunya Kota Jakarta, aspek sejarahnya ternyata mulai terhapus. Ibu Kota hanya ditata untuk ke depan, aspek historis terlupakan tergerus arus pembangunan dan modernisasi.
Salah satu yang terlupakan dari sejarah Ibu Kota adalah pasar tradisional. Padahal pasar salah satu sarana penting yang membuat Jakarta semakin berkembang dari masa ke masa.
Pasar di Jakarta (Batavia) dulu hanya buka sepekan sekali. Pasar itu kemudian diberi nama sesuai hari buka. Pasar Senen yang buka hanya di Hari Senin, Pasar Selasa, Pasar Rebo, Pasar Kamis, Pasar Jumat, Pasar Sabtu dan Minggu juga demikian.
Namun kini hanya tinggal Pasar Senen dan Pasar Minggu yang masih eksis sebagai pasar. Sisanya sudah berganti nama atau menjadi nama wilayah bukan lagi sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli. Bahkan banyak warga Ibu Kota yang tidak tahu Pasar Selasa dan Pasar Sabtu.
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Dimana tempat wisata sejarah di Jakarta yang memiliki penjara bawah tanah? Menariknya, di bawah museum fatahilah ini terdapat berbagai penjara bawah tanah yang bisa kamu kunjungi dan dapat merasakan bagaimana di dalam penjara tersebut.
-
Apa yang terjadi di Pasar Setan? Konon, pasar ini terletak di salah satu sabana luas yang menjadi jalur pendakian, dimana beberapa pendaki telah mengalami pengalaman yang tak terlupakan. Beberapa di antaranya melaporkan mendengar suara berisik dan keramaian yang mirip dengan suasana pasar, meskipun di jalur tersebut seharusnya sepi dengan hanya sabana luas dan tanah lapang.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan Pasar Weleri diresmikan? Sejatinya gedung itu telah diresmikan pada Desember 2023.
Pasar Koja ©istimewa
Pasar Selasa memang sudah hilang dalam penyebutan. Kini orang lebih mengenalnya dengan sebutan Pasar Koja. Padahal pasar yang berada di Jalan Kramat Raya Jaya, Jakarta Utara ini dulunya hanya buka setiap hari Selasa.
Jumat (3/2) pagi merdeka.com mendatangi Pasar Koja. Namun beberapa pedagang yang ada di Jalan Bhayangkara mengaku tidak tahu menahu soal Pasar Selasa. Begitu juga pedagang di kios di dalam Gedung Pasar Koja Baru yang terletak di seberang Islamic Center.
"Sejak masuk sini tahun 1970 sudah disebut Pasar Koja. Ada yang pernah bilang dulunya Pasar Selasa, tapi memang gak begitu paham," ujar Haji Badrun (69), perantau asal Padang di Pasar Koja.
Tak cuma Badrun, beberapa pedagang di Pasar Koja mengaku tidak tahu menahu soal Pasar Selasa. Pemilik toko emas yang buka sejak tahun 1967 di pasar itu juga tak tahu banyak soal nama Pasar Selasa.
"Kebetulan saya meneruskan usaha orangtua saya. Saya tahunya ya Pasar Koja," ujar Johan, warga keturunan pemilik toko emas di Pasar Koja.
Sejarawan Jakarta, Yahya Andi Saputra mengatakan, Pasar Selasa memang sudah berganti nama menjadi Pasar Koja. Perubahan ini terjadi karena Hari Selasa dianggap kurang baik bagi sebagian masyarakat untuk melakukan aktivitas jual beli atau berniaga.
Pasar Koja
"Dahulu memang pasar itu buka seminggu sekali. Pasar itu dinamai sesuai hari buka. Pasar Senen, pasar yang buka di hari Senin, Pasar Selasa sampai Minggu. Tetapi ada dua hari, yakni Selasa dan Sabtu yang dianggap tidak baik untuk melakukan usaha jual beli," ujar Yahya kepada merdeka.com, Minggu (4/2).
Karena dianggap kurang baik untuk berniaga, Pasar Sabtu dan Pasar Selasa kemudian diganti namanya. Pasar Sabtu berganti nama jadi Pasar Tenabang dan kini jadi Tanah Abang. Sedangkan pasar Selasa karena terletak di daerah Koja berganti nama jadi Pasar Koja. Namun Yahya tidak bisa memastikan mulai kapan perubahan itu.
"Soal arsip Pasar Selasa ini memang kurang penelitian mendalam. Misalnya siapa yang membangunnya. Kalau Pasar Senen dan Sabtu kan jelas, tetapi Pasar Koja ini belum terang betul. Mungkin kita perlu mencari lagi di Arsip Nasional," ujarnya.
Menurut Yahya, setiap pasar yang didirikan di zaman kolonial semestinya ada catatannya. Hal ini karena pasar di masa itu menjadi salah satu informasi penting dan juga sumber pemasukan seperti halnya pendapatan asli daerah (PAD) di era sekarang.
"Harusnya ada karena pasar waktu zaman VOC maupun kolonial Belanda memberikan sumbangsih buat mereka dan mereka biasanya membuat laporannya. Hanya saya laporan itu yang belum kita temukan sekarang ini," ujarnya.
Baca juga:
Riwayat Pasar Jumat dan Pasar Sabtu
Nadi Pasar Minggu dan Pasar Rebo tak pernah mati
Di Pasar Senen, 'buaya' dan seniman berbagi tongkrongan
Pemerintah Jokowi pastikan kembalikan kejayaan pedagang pasar
Jokowi: Saya tak mau pasar tradisional kalah dibanding supermarket