Prajurit kita luar biasa, tentara AS dan Australia saja KO
"Tentara AS dan Australia kalah tembak dengan kita. Jauh kalahnya kan," ujar Kiki Syahnakri.
Letnan Jenderal (Purn) Kiki Syahnakri memberikan banyak pandangannya tentang kondisi Tentara Nasional Indonesia saat ini. Tidak hanya itu, dia juga memberikan pandangan soal program Bela Negara termasuk juga Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista). Menurut dia semua itu merupakan satu kesatuan untuk membentuk angkatan perang yang mumpuni dalam sebuah negara.
Meski demikian, dari berbagai aspek itu, perlu juga dilihat soal kemampuan angkatan perang itu menghadapi situasi. Intinya Alutsista bukan sebuah faktor unggul atau tidaknya sebuah angkatan perang. Buktinya menurut Kiki, kemenangan diraih oleh Tentara Nasional Indonesia menjadi bukti jika angkatan perang negara ini jauh lebih mumpuni dibanding dengan negara lain.
"Kompetensi keprajuritan kita luar biasa kok. Kemarin kan tentara AS dan Australia kalah tembak dengan kita. Jauh kalahnya kan," ujar Kiki Syahnakri saat berbicang dengan merdeka.com di sela-sela acara Simposium Anti PKI di Balai Kartini, Rabu lalu.
Berikut petikan wawancara Marselinus Gual dari merdeka.com dengan Letjen (Purn) Kiki Syahnakri.
Menurut anda apakah regenerasi TNI sekarang ini sudah memenuhi keterwakilan setiap angkatan?
Kalau panglima kan sudah ada aturannya, sudah ada kesepakatannya. Jadi yang terbesar dilihat dari jumlah adalah angkatan darat (AD), maka proses pergantian itu sejauh mungkin AD lalu AL, balik lagi AD-AU. Jadi begitu, dua kali Angkatan Darat dan satu kali angkatan lain karena jumlah yang lebih besar. Tetapi kadang-kadang jabatan itu kan politis, tergantung presiden. Hak prerogatif presiden.
Sebagai orang pernah di medan perang, menurut Anda seperti apa kondisi angkatan perang kita saat ini?
Kan begini, harus dilihat dua aspek. Pertama adalah aspek kemampuan, di dalam aspek kemampuan itu terdapat semangat jiwa korsa, jiwa perjuangannya itu kita masih unggul dari yang lain. Yang kedua dari aspek fisik, mungkin dibanding Singapura, Australia masih ketinggalan dari aspek teknologi secara fisik. Tetapi untuk perang, bukan hanya aspek teknologi. Dulu waktu PRRI dan Permesta, angkatan persenjataan mereka karena didukung oleh Amerika, persenjataan mereka lebih modern tetapi kan dalam sekejap selesai.
Bagaimana dengan keterbatasan Alutsista mengingat ini penting?
Ya jangan hanya melihat Alutsista-nya saja, tetapi aspek kemampuan itu tadi, karakter dan kompetensi keprajuritannya harus dilihat. Kompetensi keprajuritan kita luar biasa kok. Kemarin kan tentara AS dan Australia kalah tembak dengan kita. Jauh kalahnya kan.
Menurut Anda, dengan sistem pertahanan kita saat ini apakah masih relevan?
Undang-Undang Dasar lho yang mengatakan sistem pertahanan kita adalah sistem keamanan rakyat semesta. Sifatnya defensif-aktif. Tetapi kalau kita tahu, misalnya pada suatu saat negara tetangga kita atau China akan menyerang kita, kita juga halal kok untuk menyerang duluan. Ada dalam doktrin sistem pertahanan preventif, umumnya semua negara begitu. Bukan hanya kita.
Menurut Anda apakah untuk membangun angkatan perang harus wajib militer?
Keliru kalian kalau menyimpulkan sendiri. Bela negara itu kan supaya masyarakat Indonesia sadar akan sebuah ancaman. Ancaman itu kan bukan hanya ancaman militer saja. Ada ancaman cyber, ancaman ekonomi, ancaman persepsi. Semua bangsa itu perlu dibangun kesadaran bela negaranya untuk menghadapi setiap ancaman itu. Kita sudah kecolongan nih, kita tidak ada kesadaran di bidang pertahanan ekonomi maka banyak sekarang ini Sumber Daya Alam kita sudah diambil-alih oleh asing. Itu akibat dari tidak ada kesadaran bela negara dari dulu. Makanya kesadaran untuk bela negara bukan hanya untuk perang. Maka kekeliruan itu seolah-olah program bela negara ini militerisasi.
Jadi program bela negara saat ini sangat penting menurut Anda?
Sepanjang masa sangat penting. Kan di yang itu kan kita masih lemah.
Bagaimana Anda melihat nasionalisme bangsa ini?
Sama lah. Kalau kesadaran bela negaranya tinggi maka nasionalismenya tinggi.
Soal alokasi dana militer menurut Anda bagaimana?
Jelas masih kurang. China itu hampir Rp 2000 triliun, kita hanya Rp 750 triliun.