Seruan boikot produk Israel tidak akan efektif
Banyak negara Arab yang telah menjalin kerjasama perdagangan dengan Israel.
Di depan anggota Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Presiden Joko Widodo, Senin lalu menyerukan untuk memboikot produk Israel sebagai bentuk dukungan atas tindakan negara zionis itu kepada Palestina. Namun seruan itu kemudian diluruskan oleh Juru Bicara Kepresidenan, Johan Budi Sapto Prabowo. Dia mengatakan jika boikot dimaksud bukanlah produk melainkan kebijakan dibuat Israel ditanah pendudukan Palestina.
Emanuel Shahaf, salah seorang pengusaha Israel sering berhubungan dengan Indonesia mengatakan, seruan boikot itu tidak akan efektif. Sebab, beberapa negara anggota OKI justru melakukan hubungan dagang dengan Israel. Mereka meraup keuntungan dari hubungan dagang itu, meski dilakukan secara sembunyi melalui negara ketiga. Misalnya, Mesir, Yordania, Arab Saudi, Irak dan Iran. Turki juga menjadi salah satu negara memiliki hubungan itu. Namun sejak tragedi Kapal Mavimarmara, hubungan Israel dengan Turki dalam pemulihan.
Di Asia ada Malaysia. Negeri jiran itu juga meraup untung dari hubungan dagang dengan Israel. Jumlahnya mencapai USD 1 miliar. "Seperti yang saya jawab di pertanyaan pertama, itu tidak akan efektif," ujar Emanuel Shahaf kemarin.
Berikut petikan wawancara Emanuel Shahaf kepada Arbi Sumandoyo mengenai dampak seruan boikot produk Israel dan hubungan dagang negara-negara Islam dengan Israel.
Bagaimana anda melihat seruan boikot produk Israel kepada negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)?
Saya pikir ini adalah langkah politik dengan implikasi yang sangat terbatas, atau mungkin bisa kita sebut yang tidak terlalu berdampak banyak. Sejauh yang saya tahu boikot hanya mengacu pada produk-produk Israel dari wilayah Palestina yang diduduki yang mencakup mungkin kurang dari 5 persen dari ekspor Israel. Maka dari itu, boikot merupakan metode yang sangat tidak efektif untuk menekan negara dan hanya akan efektif jika mereka ditegakkan secara ketat (seperti yang terjadi pada kasus) - boikot ini tidak akan efektif. Pada kenyataannya, saat sekarang ini tidak ada negara di luar OKI yang memboikot produk Israel, bahkan beberapa negara membutuhkan komoditas-komoditas yang dihasilkan Israel, maka apabila terjadi boikot sudah jelas itu akan terjadi atas keputusan seseorang secara personal bukan keputusan dari pemerintah.
Berapa jumlah negara arab yang menjalin hubungan dagang dengan Israel?
Banyak negara Arab/Muslim yang telah menjalin kerjasama perdagangan dengan Israel, walaupun tidak secara resmi. Dimulai dengan Mesir dan Yordania yang memiliki hubungan resmi dan memperoleh banyak keuntungan perdagangan dari hubungan dengan Israel, tidak terkecuali Turki yang sudah lama menjalin hubungan perdagangan dengan Israel secara resmi.
Apakah termasuk dengan Arab Saudi, Irak dan Iran?
Tidak ada hubungan yang resmi, tetapi tentu saja pasti ada perdagangan (biasanya ekspor dari Israel) biasanya melalui negara dunia ketiga karena banyak dari produk Israel yang menarik dan unik, termasuk di dalamnya daging Halal dan berbagai macam produk agrikultural lainnya, telekomunikasi dan alat alat komputer, alat alat kesehatan dan alat alat keamanan.
Apa saja komoditi hubungan dagang itu?
Barang barang yang diekspor Israel ke negara negara Muslim umumnya adalah barang barang berteknologi tinggi, telekomunikasi, alat alat keamanan, alat alat kesehatan, jasa konsultasi, dan pemotongan berlian (Israel impor berlian, memproses berlian tersebut dan mengekspor berlian tersebut). Israel biasanya mengimpor dari negara Muslim (tidak secara langsung) biasanya komoditas komoditas seperti minyak, batu bara, minyak kelapa sawit, dan lain-lain.
Berapa jumlah nilai perdagangan dengan negara Arab pertahunnya?
Dengan Turki saja mencapai lebih dari USD 5 miliar, Malaysia mencapai USD 1 miliar, sedangkan yang lainnya mencapai USD 1 sampai USD 2 miliar, mungkin kisaran totalnya menurut perkiraan saya adalah USD 7 miliar sampai USD 10 miliar.
Apakah menurut anda seruan boikot itu akan efektif?
Seperti yang saya jawab di pertanyaan pertama, itu tidak akan efektif karena sangat sedikit produk dari wilayah Palestina yang diduduki Israel diekspor ke negara negara Muslim. Ekspor dari Israel biasanya akan ke negara negara dunia ketiga. Beberapa perusahaan di Israel yang akan terpengaruh oleh boikot sudah dialokasikan ke dalam jalur hijau untuk menghindari boikot secara bersamaan.
Bagaimana dengan Yordania dan Mesir, apakah mereka berani mengambil keputusan untuk memboikot produk Israel?
Semua orang akan lebih senang untuk tetap pada skenario untuk memboikot produk produk Israel dari hasil pendudukan Palestina, pada dasarnya konsekuensinya hampir tidak ada sama sekali. Mesir dan Yordania tidak akan mengikuti skenario tersebut karena mereka telah mendapatkan keuntungan yang signifikan dari hasil hubungan perdagangan dengan Israel.