Tidur dinihari demi warga
Jokowi kerap mengenakan sarung dan kaus oblong saat tidur.
Udara terasa dingin Jumat malam pekan lalu. Awan tebal nan pekat memayungi Jakarta. Jarum jam sudah mengarah ke pergantian hari.
Ketika sebagian besar warga ibu kota sudah dibuai mimpi, banyak pula yang masih melek. Termasuk lelaki di dalam Avanza hitam yang tengah meluncur dari kawasan bisnis Sudirman menuju Melawai, Blok M, Jakarta Selatan.
Dia adalah Joko Widodo (Jokowi), wali kota Solo sekaligus bakal calon gubernur DKI Jakarta. Bersama pasangannya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) diperkirakan akan bersaing ketat dengan pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J.Rachbini, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, dan Alex Noerdin-Nono Sampono pada pemilihan Juli mendatang.
Jokowi baru saja menjadi tamu bersama lima pasangan bakal calon lainnya dalam acara di sebuah stasiun televisi swasta. Saking padatnya acara, dia pun baru mengisi perut dan belum juga tidur meski malam sudah larut.
Setelah menyantap Ayam Jawa di daerah Melawai, Jokowi balik ke tempatnya menginap di Hotel Aditya, kawasan Semanggi. “Saya baru tidur jam dua,” katanya kepada merdeka.com. Tidak sampai tiga jam, dia sudah terjaga lagi.
Bagi lelaki 51 tahun ini, jarang tidur sudah lumrah. Apalagi dia sudah biasa begadang sejak masih lajang. Rupanya kebiasaan itu berlanjut selama tujuh tahun terakhir dia menjadi orang nomor satu di Kota Solo.
Dia menjalani itu semua untuk menyelesaikan tugasnya sebagai wali kota. Dia bahkan tidak jemu menerima telepon walau sudah mengantuk. Dia memiliki prinsip harus selalu siaga menjawab panggilan telepon dari warga atau wartawan, yang dinilai sebagai pengontrol kebijakannya.
Dia juga mengecek laman Facebook dan menulis komentar di akun Twitternya sebelum tidur. "Saya tidur nggak mesti, kadang jam 2, kadang jam 1 malam. Minimal jam 12 malam baru istirahat dan itupun jarang," kata Jokowi.
Namun jangan berharap bisa menyaksikan Jokowi ke peraduan dengan piyama. Bagi dia, setelan celana pendek, sarung, dan kaus oblong merupakan setelan baju tidurnya.