Uu Ruzhanul Ulum: Saya akan jadi negarawan, bukan politisi lagi
Uu yakin bisa membawa pasangan Rindu menang di Pilgub Jabar. Dengan modal jaringan pesantren dan Nahdlatul Ulama, belum lagi jaringan PPP di Jawa Barat yang hingga ke plosok desa. Dia mengaku sudah sejak lahir menjadi keluarga besar PPP.
Setelah drama panjang pemilihan calon wakil gubernur bagi Ridwan Kamil di Pilgub Jabar, akhirnya terpilih Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum. Nama politikus PPP itu memang tak setenar Dedi Mulyadi, tapi peluang itu justru yang dimanfaatkan untuk mendongkrak elektabilitas pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul (Rindu) jelang pencoblosan.
Rindu kini tengah mengoptimalkan elektabilitas cucu pendiri pesantren Miftahul Huda, KH. Choer Affandi. Sebab, elektabilitas Ridwan Kamil dirasa sudah tak bisa lagi didongkrak lebih tinggi.
-
Bagaimana PKB ingin membentuk poros yang berlawanan dengan Ridwan Kamil di Pilgub Jabar? "Kami belum ada obrolan sama sekali menyangkut soal sosok Kang Ridwan Kamil gitu, tapi yang sudah ada obrolan malah di Jabar. Kalau Kang RK maju di Jabar kami akan bikin poros di luar Kang RK kan gitu," tutur Huda.
-
Apa komitmen PKB terkait Pilgub Jabar? PKB sudah lama berkomitmen mengambil poros yang berlawanan dengan Ridwan Kamil. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB Syaiful Huda membeberkan bahwa partainya berkomitmen untuk selalu memilih poros yang berlawanan dari Ridwan Kamil.
-
Kenapa PKB ingin membentuk poros yang berbeda dari Ridwan Kamil di Pilgub Jabar? Ia mengatakan bahwa perbedaan poros sangat dibutuhkan di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun ini agar publik memiliki banyak pilihan."Pokoknya prinsipnya PKB siap siapapun yang berkompetisi karena PKB akan menyuguhkan alternatif pilihan untuk publik, sebanyak-banyaknya," ujar Huda ketika ditemui di Gedung DPR RI, Kamis (13/6)
-
Siapa yang menyatakan bahwa PKB akan membentuk poros di luar Ridwan Kamil di Pilgub Jabar? Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB Syaiful Huda membeberkan bahwa partainya berkomitmen untuk selalu memilih poros yang berlawanan dari Ridwan Kamil.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Kenapa PPP yakin bahwa Ridwan Kamil akan didiskusikan dalam koalisi? Partai berlambang Kakbah yakin nama yang muncul akan lebih dulu dimusyawarahkan dalam koalisi.
"Sekarang ini pertarungannya cawagub," kata Ridwan Kamil beberapa waktu lalu saat bertemu merdeka.com.
Uu mengakui, gayanya yang suka memakai peci dan sorban mungkin membuat dirinya tak 'seksi' di mata media massa. Tak menjadi sorotan seperti pasangannya Ridwan Kamil memimpin Kota Bandung. Media sosial pun baru digunakan belakangan ini. Dia memilih, menyiarkan capaiannya selama dua periode pimpin Tasikmalaya melalui perangkat desa dan ulama dari masjid ke masjid.
Tapi, survei membuktikan, keterpilihannya sebagai calon wakil gubernur di Pilgub Jabar boleh bersaing dengan nama tenar sekelas Dedi Mulyadi, pasangan Deddy Mizwar. Indo Barometer melakukan survei pada 20-26 Maret lalu. Hasilnya, keterpilihan Dedi Mulyadi, 15,8 persen sementara Uu hanya kalah tipis yakni 15,3 persen saja.
Uu yakin bisa membawa pasangan Rindu menang di Pilgub Jabar. Dengan modal jaringan pesantren dan Nahdlatul Ulama, belum lagi jaringan PPP di Jawa Barat yang hingga ke plosok desa. Dia mengaku sudah sejak lahir menjadi keluarga besar PPP.
"Saya kira bukan hanya orang NU, seluruh ormas Islam, insya Allah mendukung saya. Apalagi orang NU, karena saya orang NU kultural dan struktural. Kakek saya NU, bapak saya NU, wakil katib 2 periode, saya mutasyar NU dua periode, kultur NU, penampilan juga seperti ini (peci dan sorban), jadi ada kedekatan sendiri," kata Uu saat ditemui di kediamannya, kawasan Pesantren Miftahul Huda, akhir pekan lalu.
Uu Ruzhanul Ulum ©2018 Merdeka.com/Muhammad Zul Atsari
Soal pengalaman, sederet prestasi telah diukir oleh Uu selama memimpin Kabupaten Tasikmalaya. Bahkan, salah satu kebanggaan dalam programnya adalah swasembada beras.
Uu mengaku lebih memilih memperluas sawah ketimbang membangun mal-mal, pusat perbelanjaan mewah seperti daerah lainnya. Uu lebih memprioritaskan sawah ketimbang gedung bertingkat di Tasikmalaya.
Saat berkunjung ke Tasik, memang tak banyak terlihat gedung-gedung mewah. Pemandangan didominasi hijaunya hamparan sawah dan bukit serta pemandangan gunung Galunggung yang indah.
Tapi, Uu juga mengakui, masih ada kekurangan selama dirinya menjadi orang nomor satu di Kota Santri itu. Berbagai persoalan selalu timbul seperti jalan rusak hingga pengangguran. Tapi menurutnya, hal itu telah diminalisir sejak dirinya menjabat.
Berikut wawancara khusus Uu Ruzhanul Ulum dengan tim merdeka.com:
T: Yang kita lihat selama masa kampanye ini Ridwan Kamil, Anda gerilya kemana saja?
J: Pertama memang saya agak cemburu kalau walikota itu cepet populer karena memang keberadaanya di kota. Kalau kabupaten terlalu jauh dari perkotaan sehingga bupatinya kurang terpantau oleh media. Padahal banyak kebijakan saya yang populis, tetapi tidak terekspos oleh media, tapi itu sebuah risiko dalam kehidupan begitu adanya. Nah, saya sampai sekarang saya mengatakan ingin, siap maju di awal pelantikan saya di bupati yang kedua kali. setelah selesai pelantikan 15 menit beres langsung saya deklarasi di Bandung, nah itu ramai di Bandung. Tetapi setelah itu saya tenggelam lagi, hilang.
Tapi alhamdulillah di survei saya menjadi 5 terbesar dibandingkan dengan yang lain. Banyak yang muncul, semua populer tapi saya sekalipun tidak didukung oleh media. Saya sebelumya ranking kelima termasuk hari ini, saya juga heran, kok saya enggak ada di TV. Oh ada liputan di salah satu stasiun TV swasta, yang 1, 2, 3 ada dan seterusnya ada semua, kok saya enggak ada. Mungkin saya yang lemah, saya kurang berkomunikasi dengan media atau media tidak tertarik dengan keberadaan saya. Sehingga menjadi good news, berita yang menjual, berita yang laku, sehingga saya seperti ini, tapi saya sadar yang penting menanglah, tapi maunya saya seperti mereka sehingga akhir-akhir ini saya kurang populer dibandingkan dengan yang lain. Justru kalau orang lain popularitasnya sampai atas.
Kalau saya hasil survei hasilnya segini, kan cuma 20 persen dibandingkan dengan yang lain jauh. Makanya dengan ada kegiatan semacam ini (wawancara media) saya senang, ada media, siapa tahu bisa nambah popularitas saya.
T: Kang Emil main di sosmed seperti IG, milenial banget, apakah Anda merasa kesulitan mengimbangi?
J: Enggak kesulitan, karena saya juga masih usia-usia seperti kang Emil, cuma mungkin pakaiannya saja saya seperti ini. Makanya di saat saya memposting di sana (IG), saya istirahat di suatu tempat habis main pakai motor dengan teman pakai Harley di posting, wah ini katanya wagub zaman now dan yang lainnya, saya bilang kok kenapa baru sekarang padahal penampilan saya dua tahun yang lalu, 3 tahun yang lalu penampilan saya seperti itu.
Tetapi kenapa saya berpenampilan seperti ini, karena saya identik, saya ini orang pesantren. Kalau berpenampilan yang lain, seperti orang lain juga berpenampilan seperti itu, saya harus beda dong. Dan ini bukan dibuat-buat. Bukan diada-ada, diharuskan begitu, ini keinginan saja sejak dari dulu, sejak dulu saya enggak pernah lepas peci, padahal bukan wajib, enggak peci enggak dosa, enggak mau, atau saya pakai topi, seperti itu adanya.
Uu Ruzhanul Ulum ©2018 Merdeka.com/Muhammad Zul Atsari
T: Memangnya apa program unggulan Anda selama 2 periode di Tasikmalaya?
J: Saya memiliki program unggulan yang diawali program saya yang tidak populer. Pertama tentang keagamaan, kedua mengembangkan desa, ketiga pertanian dan pendidikan. Ya Alhmadulillah berhasil menurut pemikiran dan evaluasi.
Pertama tentang religius keagamaan. Saya pernah disampaikan oleh orang Kapolda, Kab Tasikmalaya kabupaten teraman, terdamai kedua di Jabar.
Kedua, program saya secara umum adalah desa, gerbang desa. Dimana gerbang desa isinya adalah peningkatan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di desa dengan jalan, swadaya, gotong royong, dibantu pemerintah kabupaten dengan dana desa. Alhamdulillah tahun ini sudah mencapai 500 juta.
Jadi kita membantu desa jauh sebelum ada UU Desa dari Pak Jokowi. Pak Jokowi UU-nya lahir tahun 2014, kalau kita dari tahun 2011. Nah dibuktikan dengan gerbang desa jalan di desa, irigasi di desa, listrik dan informasi telekomunikasi yang masuk desa bahkan peningkatan yang ada di masyarakat desa alhamdulillah ada progres dari tahun ke tahun. Sehingga jalan di kabupaten Tasik sudah 73 persen, irigasi yang luar biasa, ribuan titik sudah kami bangun dan perbaiki.
Gerbang desa adalah gerakan membangun desa. Desa itu harus dibangun, kalau kita membangun desa berarti kita membangun kabupaten. Kalau kita bangun kabupaten berarti provinsi. Kalau kita bangun provinsi berarti membangun NKRI. Oleh karena itu membangun desa adalah membangun NKRI, omong kosong seorang kepala daerah ingin memajukan kabupaten kalau desanya tidak dibangun, desa adalah miniatur.
Kemudian listrik yang dulu baru 63 persen teraliri listrik secara resmi sekarang sudah hampir 85 persen, tapi masih ada yang belum dialiri listrik secara resmi karena wilayah kabupaten Tasik ini luas dan banyak kampung-kampung. Telekomunikasi masuk desa. Alhamdulillah jadi pelopor. Beberapa bulan ke belakang kami didatangi dua menteri sekaligus. Dia ingin tahu apakah benar Tasikmalaya sudah ada desa internet dan langsung dites. Sehingga kami dapat penghargaan dari menteri dalam negeri sebagai bupati pembina desa terbaik tingkat nasional.
Bidang pertanian kami surplus beras dari tahun ke tahun di atas 50 persen sehingga dapat penghargaan dari menteri 3 tahun berturut-turut. Kemudian saya dapat penghargaan dari KTNA dapat emas sekaligus sebagai dewan kehormatan tingkat nasional. Kemarin saya di Aceh dapat penghargaan satya lencana dari presiden sebagai bupati yang berpihak dan berhasil telah mengembangkan pertanian. Beberapa bulan ke belakang pak menteri pertanian membuat keputusan bahwa kabupaten Tasikmalaya adalah sebagai sentra beras organik nasional.
T: Anda mau jadi cawagub jabar, selama dua periode program apa yang belum terealisasi dan program yang terealisasi?
J: Sebenarnya banyak tetapi itu hal yang biasa bagi sebuah pemerintahan daerah dimana pun berada, berapapun tingkatannya, mau tingkat kecamatan, kelurahan atau tingkat pusat. Apa penyakit menahun pemerintahan? pengangguran, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan infrastruktur.
Itu tidak akan ada yang sempurna, pasti saja kurang. Jalan sudah kami bangun sekian ratus kilo satu tahun, dua tahun, rusak lagi. Puskemas sudah kami bangun sekian tahun rusak lagi.
Kemudian yang namanya pengangguran tidak bisa hilang 100 persen karena para pemuda tunas harapan bangsa tiap tahun mereka dikeluarkan (lulus) oleh sekolah, universitas dan lainnya. Kemudian juga yang miskin tidak bisa ditekan secara habis karena masalah kemiskinan berhubungan dengan daerah global, tidak bisa menuntaskan kemiskinan hanya dilaksanakan dan dibereskan oleh satu kabupaten saja.
Begitu juga masalah pendidikan. Misalnya saya sudah dapat penghargaan dari presiden sebagai bupati yang mampu memenuhi standar pelayanan publik, jadi selama kepemimpinan saya dinilai oleh pemerintah pusat, pak presiden langsung yang memberikan penghargaan ke saya di istana negara, saya mampu memberikan pelayanan standar kepada masyarakat.
Pelayanan masyarakat standar itu antara lain pendidikan sudah standar, jumlah ruang belajar disesuaikan dengan jumlah siswa, kemudian jumlah masalah sarana dan prasarana yang ada di daerah sudah terpenuhi secara standar tetapi belum sempurna dan yang lainnya. Tetapi penilaian itu hanya dilakukan selama keberadaan itu setahun, bagaimana kalau jumlah penduduk meningkat lagi, yang dulu satu kelas cukup 35 orang karena penduduk semakin banyak kelas tidak tambah jadi sekelas 50 orang. Jadi tidak standar lagi.
Tapi yang penting ada progres dari tahun ke tahun di saat kepemimpinan saya. diakui keputusan saya, kepemimpinan saya memang tidak sempurna, tapi ada progres dari tahun ke tahun, mana buktinya? Pendidikan yang mengenyam pendidikan semakin lama makin banyak. Pengangguran yang saya sebutkan sudah jadi tingkat ke dua di Jabar. Begitu juga masalah jalan sudah 73 persen.
Jadi kesempurnaan tidak ada, karena tidak ada, kesempurnaan hanya milik Allah, tetapi yang penting dalam memimpin adalah progres. Karena sebuah pemerintahan tidak akan berhenti membangun, kalau berhenti membangun berarti kiamat.
Uu Ruzhanul Ulum ©2018 Merdeka.com/Muhammad Zul Atsari
T: Dari jaringan, bisa dibilang pangan Rindu paling didukung NU?
J: Saya kira bukan hanya orang NU, seluruh ormas Islam, insya Allah mendukung saya. Apalagi orang NU karena saya orang NU kultural dan struktural. Kakek saya NU, bapak saya NU wakil katib 2 periode, saya mutasyar NU dua periode, kultur NU, penampilan juga seperti ini, jadi ada kedekatan sendiri sekalipun kami di saat mahasiswa tidak masuk organisasi kemahasiswaan NU. Tapi saya masuknya di HMI. Kenapa? Karena toh saya orang NU, ah pingin kelompok yang lain, ingin mencari pengalaman di kelompok lain. Maka saya masuknya di HMI.
T: Basis muslim pasti ke Rindu?
J: Hanya jiwa optimis dengan itu kami tenang, termasuk saya kan di kabupaten Ciamis, mengadakan acara yang hadir adalah bapak PBNU jadi respons sekali masyarakat NU kepada kami. Tapi Muhammadiyah, Persis, Alhamdulillah. Karena mereka tahu kepemimpinan saya di Tasikmalaya terhadap ormas islam bisa dilihat, proporsional. Muhammadiyah segini, NU segini, kan unsur begitu bukan berarti sama rata. Adil itu kan mampu memposisikan pada tempatnya. Kayak peci taruhnya di kepala, kalau bukan di kepala salah bukan tidak pada tempatnya.
Kalau NU, karena banyak makanya porsinya agak banyak. Wajar yang penting ada perhatian dari kami sesuai dengan kemampuan kami sebagaimana kepemimpinan di kabupaten Tasikmalaya. Mungkin itu tahu, tembus ke organisasi di atasnya maka di luar Tasikmalya di tingkat lainnya mendukung kepada kami, Alhamdulillah kami mendapat dukungan termasuk ormas Islam.
T: Selama kampanye ini kemana saja?
J: Saya kampanye di 27 kab/kota. Tidak pernah berhenti kecuali hari Senin. Hari Senin saya istirahat. Selasa pagi saya berangkat. Kalau jadwal saya penuh, tidak terladeni yang mengundang saya hadir, apalagi saya sudah menanam jaringan-jaringan di berbagai kabupaten. Jaringan partai, sebagai kader partai PPP yang sudah ada jaringan sampai tingkat desa, apalagi saya sebagai kader struktur. Kedua saya jaringan emosional para santri dan kiai ditambah relawan yang dibentuk. Mungkin kelemahan saya kurang terekspos media, mungkin karena tidak menjual. Karena mungkin pakaian saya begini, kan bisa saja, tidak milenial, tidak menjanjikan, tapi enggak apa-apa.
Jadi mungkin saya mah kalau mobil hardtop, itu kan tidak semua orang suka mobil hardtop, kalau orang suka dikasih hardtop dikasih Avanza, Innova tidak akan bergeser, tetap saja di Hardtop. Penyuka Jeep. Tapi kalau orang penyuka Avanza dikasih Ertiga pindah, dikasih APV dia pindah lagi. Jadi pendukung saya memiliki perasaan, jadi pendukung saya pendukung fanatik. Lamun tea mah batu ali pak UU mah, haha haha haha.
Karena hasil dari rapat kemarin. Pak Uu menggarap wilayah pesantren yang berjumlah ribuan, kalau enggak salah 13 ribu pesantren di Jabar. Kata Kang Emil, pak Uu garap pesantren itu kan hak pilihnya 40 persen ada di pesantren, ya sudah kita menang, ditambah milenial dari Kang Emil. Makanya saya sekarang dari pesantren ke pesantren, dari majelis taklim ke majelis taklim, tapi tetap kita juga datang ke pasar, kaya saya tadi ke UKM, kan UKM makanan ringan. Enggak ada yang meliput saya. Mungkin ya seperti itu adanya.
Uu Ruzhanul Ulum ©2018 Merdeka.com/Muhammad Zul AtsariT: Daerah mana yang jadi kantong suara Rindu?
J: Saya memang datang langsung ke daerah ini begini, daerah ini begini sekalipun survei. Pak Uu survei di daerah ini Rindu begini, daerah begini, tapi kalau saya datang ke sana dan merasakan dan mendengar sekali saya sudah paham, daerah anu dianggap basis, daerah ini dianggap basis dan saya punya keyakinan, insya Allah menang, berhasil, karena optimisme itu yang buat saya bermanfaat.
Kalau saya enggak optimis, saya enggak mau ke Cirebon jauh-jauh, saya enggak mau ke Bekasi, Depok, ngapain, toh kita juga enggak bakal menang. Cuma diakui ada daerah yang dianggap berat datangnya termasuk di perbatasan-perbatasan itu ya agak berat, karena jalannya rusak, orangnya sedikit, kan begitu. Konsekuensi jalan bagus, orang banyak, tapi kalau jalan bagus masyarakat banyak respon kurang.
Tapi kalau jalan jelek, masyarakat kurang respon, masyarakat luar biasa, itu yang saya rasakan seperti itu. Jadi kalau perkotaan jalannya bagus, masyarakat banyak ya begitu. Oleh karena itu kami selalu berusaha dan memiliki jiwa optimis insya Allah kita ini dengan izin Allah kita menang.
T: Selama kampanye 3 bulan ini, daerah yang paling susah digarap lalu dilepas saja ada enggak?
J: Enggak ada daerah yang dilepas, enggak ada daerah yang diunggulkan. Jadi saya merata. Karena pengalaman saya dulu menjadi cabup kalau kata orang lain Tasik timur tidak ada skala prioritas tapi semua digarap. Akhirnya suara saya ada di mana-mana, tambah sekian-sekian, lantaran banyak sekalipun tidak berjumlah suara besar, tapi kalau dikumpul-kumpul jadi banyak dan akhirnya menang.
Termasuk dalam pileg, 3 kali saya jadi anggota DPRD seperti itu, sekarang pun tidak ada prioritas. Misalnya pak Uu orang priangan timur, tetap saja muter ke berbagai kota di Jabar. Dan di saat saya dan kang Emil jadi, saya tidak akan berpihak ke Priangan Timur saja. Tapi saya akan berpihak kepada masyarakat yang membutuhkan di Jabar. Maka saya akan berusaha menjadi negarawan bukan politisi lagi. Artinya sama di hadapan saya. Makanya saya akan berusaha dengan visi misi pribadi akan saya kebelakangkan. Ego pribadi saya tinggalkan. Tinggalkan ego pribadi, masyarakat Jabar yang akan saya kedepankan adalah prioritas.
Baca juga:
Ridwan Kamil akan dengarkan curhat warga Jabar pakai teknologi VR
Uu Ruzhanul jawab polemik masjid tanpa kubah rancangan Ridwan Kamil
Ridwan Kamil: Penanganan isu keamanan harus dengan komunikasi dialogis
Soal dukungan paguyuban paranormal, Dedi Mulyadi akan lapor polisi
Tarik dukungan dari Emil-Uu, Hanura kubu Daryatmo merapat ke Hasanah
Kampanye di Indramayu, Ridwan Kamil dikeluhkan soal abrasi dan garam oleh nelayan
Kubu Deddy-Dedi Mulyadi: Kabar hoaks rusak demokrasi Pilgub Jabar