Video porno, sapi impor, Zionis dan Zaliminah
Agaknya, PKS, sesuai AD/ART-nya Partai Dakwah, bernasib nahas ketiban dakwaan perkesapian.
Kadangkala, bedanya dakwah dan dakwa itu setipis dakwa dan fitnah. Yang jelas, PKS terpatuk laknat wukunya Sungsang: 'sering kena fitnah'. Wajar bila Anis Matta mendakwa ada "sebuah konspirasi besar yang bertujuan ingin menghancurkan PKS" dalam karapan sapi Presiden PKS Luthfi Hasan. Bisa jadi, bani Zionis dan onderbouwnya Receptzionis, memanfaatkan kutukan wuku PKS. Ketua KPK Abraham Samad, 'Abraham' gaiban Yahudi, mungkin kedoknya Abraham Mossad.
Angkat kasus video porno bernuansa kesengajaan: "Saya mendapat email yang berisi link. Saya klik link itu, saya buka. Kok muncul gambar seperti itu. Kemudian saya hapus," tutur legislator PKS Arifinto.
Dari posisi 'kok' sang legislator, video itu impor. Kok gak bisa ditampik. Pas saat itu, kok ada wartawan yang cuma memelototi dia. Kok bukan yang lain? Kok aromanya konspirasi eksportir porno dengan reporter. Dakwaan PKS cabul, kok gak masuk akal. Penerima surat bom kok didakwa teroris?
Sama halnya sapi impor, jelas diperkosakan buat ditadah. Bedanya, sapi impor gak bisa di-delete. Maka, maujudlah Luthfi jadi terdakwa, PKS didakwa jadi Partai Korupsi Sapi. Pantas, kalau bani Zionis dan onderbouwnya Receptzionis didakwa sebagai biangnya.
Korupsi? Gak seenteng itu. Peter Graeff dalam buku blablanya menerangkan korupsi berdasar hubungan gaib troika: Prinzipal-Agen-Klien. Gampangannya, prinzipal itu negara organisasi, agen pejabat publik, klien penjaja jasa. Korupsi antara lain, jika agen memperdaya secara gaib kekuasaan yang dipercayakan prinzipal demi kepentingan pribadinya. Lalu agen-klien diuntungkan secara misterius, sekaligus merugikan publik. Kalau agen cedera janji, klien gak bisa menggugat di pengadilan, terkecuali nyantet.
Cuma apa yang terjadi, jika agen menyatu dengan prinzipal macam Prabu Prancis, Louis XIV, dengan sabda kesohornya "L'Etat, c'est moi" ("Negara adalah saya")? Bisikan Peter Graeff, Prabu Louis XIV itu gak mungkin korupsi.
Kasus serupa terjadi di alam kasunyatan tanpa pemisahan publik dengan pribadi, sehingga penggarasian mobil pribadi di kantor partai bersubsidi dana negara dianggap lumrah. Lantaran manunggaling, masuk akalah "tobat nasional." Jahiliyahannya Luthfi dinasionalisasi, kontra swastanisasi neolib. Presiden PKS Luthfi itu perwujudan Prabu Louis XIV. Alhasil, ngalab sapi impor bukan korupsi.
Lantas, representan 'Sejahtera' mustahil korupsi. Yang korup lazimnya perindu keadilan sosial macam kaum marhaen. Harus diakui, PKS itu sebenarnya Partai Kaum Senonoh, pasti berakhlak mulia. Lumrah jika, "kami merasa terzalimi dengan keadaan ini", dakwaan Hidayat Nur Wahid terhadap bani Zaliminah.
Lagipula, kok ya di Madiun, tetangganya SBY, para pedagang bakso mendakwa PKS biang mahalnya daging sapi, ngancam berbakso shio babi kumpul sapi.
Meski dizalimi, PKS tabah menghadapi cobaan bani Zionis, onderbouwnya Receptzionis dan bani Zaliminah: 'SELAMAT DATANG KPK DI DPP PKS, Kami Senang Jika Dikau Datang Sesuai Hukum dan Akhlak Mulia?'.
Yakin akan kesenonohan seronokannya, KPK malah mesra di'dikau'kan, menekankan perbedaan kelamin, sebagai sandi mistisnya kepada para kader PKS lewat pembejatan susila KPK yang antek Zionis, agar tetap merobot, gak ngacrit dan internal tetap solid gancetannya.
Lalu, bila PKS dititisi sapi impor, maka itu pertanda gaib, bahwa PKS pantas bershio sapi. Di kangouw pershionan ada 12 jenis hewan. Absen: shio sapi. Sebab luhur tabiatnya, alam gaib membonus ekstra. Maujudlah shio sapi berjanggut. Diramalkan, elektabilitas PKS bakal bebas grayangan lelembut pershioan.
Biar shionya oke, tapi supata wukunya setia nguntit. Saran tolak balanya: Sesajen nasi dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya ayam dan bebek dimasak apa saja, urap dari sembilan macam daun-daunan. Bagusnya, slametannya bernuansa "sobat nasional" selaras kemulian akhlaknya, agar bani Zionis dan onderbouwnya Receptzionis serta bani Zaliminah terbungkam gak ngakak.