Empat Model Kerja Sama Lazim di Industri Otomotif Dunia, di Mana Posisi Esemka?
Setidaknya ada empat model kerja sama utama yang lazim di industri otomotif. Ini rahasia di industri otomotif dunia; kolaborasi, berbagi platform, ganti logo, dan ganti logo di bawah satu atap. Mobil Esemka yang dirakit di Boyolali, Jawa Tengah, masuk di mana?
Kita tahu saat ini memproduksi mobil baru sangatlah mahal. Investasi pun tak sedikit untuk kegiatan rancang-bangun atau research and development (R&D), riset pasar, dan pengujian kendaraan bermotor. Sementara konsumen memiliki harapan tinggi terhadap setiap mobil baru yang diproduksi; lebih cepat, irit bahan bakar, nyaman, sporty, dan sebagainya.
Tak heran, industri otomotif di dunia banyak terjadi aliansi strategis, seperti Nissan-Renault-Mitsubishi. Di zaman kini, kerja sama antarprinsipal merek otomotif dunia menjadi hal lazim. Dikutip dari Autodeal.com, setidaknya ada empat model kerja sama utama yang lazim di industri otomotif di dunia.Ini rahasia di industri otomotif dunia:
-
Apa makna dari kata "mobil" ? Kata "mobil" memiliki dua arti, yakni kendaraan dan kemampuan untuk bergerak dengan mudah.
-
Apa itu Mobil Ketek? Mobil Ketek sendiri bentuknya seperti mobil berbodi jip, kemudian dengan tambahan aksen kayu. Transportasi tersebut populer pada tahun 1960-1980-an.
-
Mobil apa yang ditabrakkan bocah itu ke tembok? Berdasarkan data yang dihimpun, mobil yang ditabrakkan bocah itu adalah mobil listrik merk Chery Omoda E5 yang ditaksir harganya sekitar Rp488 juta.
1. Kolaborasi
Contoh dari kerja sama bertajuk kolaborasi ini adalah Toyota dan Subaru saat mengembangkan mobil sport bersama. Di proyek mobil sport ini, Subaru memasok mesin boxer tipe 2.0L. Sedangkan Toyota mengembangkan interior dan transmisinya. Masing-masing prinsipal berkontribusi memberikan kelebihan dan kemampuan terbaiknya.
Jadi kolaborasi di sini berarti kedua merek bekerja sama dari awal hingga akhir untuk menghasilkan mobil baru. Saat mobil sport ini masuk produksi, mereknya disesuaikan dengan value-nya masing-masing. Toyota menamakan mobil sport ini Toyota 86, sedangkan Subaru dengan BRZ.
2. Platform sharing/berbagi platform
Dua model kendaraan yang tepat menjelaskan kerja sama platform sharing atau berbagi platform adalah mobil sport utility vehicle (SUV) Chevrolet Trailblazer dengan Isuzu mu-X. Padahal pabrikan ini datang dari dua kutub berbeda, Chevrolet asal Detroit, Amerika Serikat, sedangkan Isuzu (Jepang).
Jadi setiap merek memakai platform sama; SUV, tapi memasukkan ciri khas masing-masing ke mobil tersebut, sehingga setiap mobil memiliki karakter sendiri-sendiri. Misalnya Isuzu lebih percaya mengusung mesin sendiri; mesin diesel 3.0L atau 1.9L. Sedangkan Chevrolet membawa mesin 2.5L dan 2.8L untuk Trailblazer, sesuai citranya sebagai mobil Amerika yang sarat kesan macho.
3. Rebadge/ganti logo
Model kerja sama ini kentara pada model Mitsubishi Xpander dan All New Nissan Livina. Karena semua komponen inti mobil ini sama; mesin, sasis, bahkan fasilitas produksi All New Nissan Livina dilakukan oleh Mitsubishi Motors Indonesia. Jadi kedua mobil segmen low MPV ini sama dan identik. Hanya berbeda pada bagian eksterior terutama gril, karena masing-masing sudah memiliki 'bahasa' desain sendiri.
Kerja sama rebadging ini bisa terlaksana karena Nissan adalah salah satu pemegang saham di Mitsubishi sejak 2016. Kemudian Xpander merupakan model kendaraan Mitsubishhi yang sangat populer di Indonesia dan pasar Asia Tenggara saat ini.
4. Ganti logo di bawah satu atap
Strategi ganti logo juga terjadi, kali ini di bawah satu atap, karena satu pabrikan memiliki kepemilikan di pabrikan lain. Maksud ganti logo di bawah satu atap ini adalah model kendaraan Toyota dan Daihatsu.
Perlu diketahui, per 1 Agustus 2016, Toyota Motor Corp (TMC) menjadi pemilik saham pengendali di Daihatsu Motor Co. Sejak di bawah kendali TMC, Daihatsu difokuskan sebagai pabrikan mobil value for money yang lebih menarik dan tepat waktu.
Model kendaraan tepat untuk menjelaskan ini adalah Toyota Rush dan Daihatsu Terios di segmen low SUV.
©2019 Merdeka.com/Arie Sunaryo
Mobil Esemka masuk mana?
Dari keempat model kerja sama di industri otomotif global itu, di mana posisi mobil pikap Esemka dengan prinsipal PT Solo Manufaktur Kreasi asal Boyolali, Jawa Tengah?
Sejak diresmikan Presiden Jokowi pada 6 September lalu, mobil pikap Esemka ternyata memiliki model mirip dengan mobil China lansiran Changan Star Trucks.
Problemnya, tidak ada kejelasan apakah Esemka melakukan rebadge alias ganti logo atau tidak. Sebab tiada informasi dengan pabrikan atau prinsipal mana PT Solo Manufaktur Kreasi bekerja sama mengembangkan mobil Esemka. Apakah dengan Changan Star Trucks atau bukan.
Hingga kini manajemen PT Solo Manufaktur Kreasi tidak juga memberikan keterangan apa pun. Lebih suka bungkam ketimbang memberikan informasi.
Uniknya, keterangan justru banyak diberikan oleh Kementerian Perindustrian, yang bertindak bagai tim public relations prinsipal Esemka itu.
Seperti penjelasan Putu Juli Ardika, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian.
Putu mengakui ada banyak kemiripan model Esemka dengan mobil sejenis asal China.
"Sepengetahuan saya, prinsipal Esemka membeli putus desain mobilnya. Dengan sistem membeli putus desain tersebut, maka prinsipal Esemka punya kewenangan penuh untuk mengembangkan desain selanjutnya baik untuk perubahan desain maupun penggunaan komponen mobilnya secara multisource. Jadi Esemka tidak punya batasan soal komponen Esemka ke depan," ujar Putu menjawab Merdeka.com, baru-baru ini.
Sedangkan Kukuh Kumara, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), punya pendapat sendiri. Dia menduga mobil Esemka melakukan rebadging.
Menurutnya, di industri otomotif global, setiap pabrikan/negara memiliki keunggulan masing-masing. Misalnya, ada negara yang unggul di aspek desain, powertrain, desain eksterior, interior, dan sebagainya. Dampaknya, kendaraan yang laku di negara ini belum tentu laku di negara lain.
"Dari konteks ini, muncul konsep adopsi. Jadi satu model kendaraan bisa rebadging dengan berbagai merek tergantung mau dipasarkan di negara mana. Esemka kelihatannya melakukan rebadging," pungkasnya.
Bagaimana menurut Anda?
(mdk/sya)