Beginilah kondisi rakyat di fase pertama perang Padri
Pernahkah kamu mendengar tentang perang Padri? Perang ini terjadi di Sumatera Barat, sekitar abad ke 18.
Pernahkah kamu mendengar tentang perang Padri? Perang ini terjadi di Sumatera Barat, sekitar abad ke 18. Perang ini terjadi dengan beberapa fase, fase pertama dilakukan selama 4 tahun. Lalu, bagaimana kondisi perang Padri di fase pertama? Yuk simak penjelasannya di bawah ini.
Fase pertama dimulai dengan gerakan kaum Padri yang menyerang pos-pos dan melakukan pencegatan pada patroli Belanda. Pada bulan September 1821, pos-pos yang ada di Simawang menjadi sasaran penyerangan kaum Padri. Selain itu, pos-pos lain seperti Soli Air, Sipinang dan lain-lain juga menjadi sasaran penyerangan. Lalu, Tuanku Pasaman segera mengerahkan sekitar 20.000 sampai 25.000 pasukan untuk melakukan penyerbuan di sekitar hutan sebelah timur gunung. Saat itu, pasukan Padri masih menggunakan senjata-senjata tradisional seperti tombak dan parang.
Hal itu berlawanan dengan kondisi Belanda yang mengerahkan 200 orang tentara Eropa ditambah 10.000 pasukan pribumi. 10.000 tentara ini juga termasuk kaum Adat dengan memakai senjata modern seperti meriam dan senjata api. Pertempura ini menimbulkan banyak korban. Pihak Tuanku Pasaman kehilangan 350 orang pasukan, salah satunya adalah putra Tuanku Pasaman. Di sisi lain, pihak Belanda juga kehilangan banyak pasukannya. Dengan sisa pasukannya, Tuanku Pasaman mengundurkan diri ke daerah Lintau.
Setelah berhasil menguasai lembah Datar, pasukan Belanda mendirikan sebuah benteng di Batusangkar yang sekarang dikenal dengan nama Front Van der Capellen. Nah, sekarang kamu sudah tahu tentang kondisi Perang Padri di fase pertama. Meskipun hanya berlangsung selama 4 tahun, perang ini sudah menimbulkan banyak kerusakan dan kerugian di kedua belah pihak. Materi ini tentunya sangat menarik untuk bisa dipelajari lebih lanjut karena berhubungan dengan sejarah negara kita.