Banyak Bank di AS Bangkrut, Ini Dampaknya ke Indonesia
Salah satunya kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) yang disebabkan banyaknya penarikan dana yang dilakukan oleh perusahaan start up untuk menjaga likuiditas keuangan perusahaannya.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan bahwa industri perbankan di Indonesia memiliki daya tahan yang baik menghadapi fenomena kebangkrutan sejumlah bank besar di Amerika Serikat (AS).
Salah satunya kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) yang disebabkan banyaknya penarikan dana yang dilakukan oleh perusahaan start up untuk menjaga likuiditas keuangan perusahaannya.
-
Apa saja fungsi utama bank pemerintah di Indonesia? Bank pemerintah memiliki sejumlah fungsi penting dalam mengelola keuangan negara dan menyelenggarakan sistem keuangan. Berikut adalah beberapa fungsi utama bank pemerintah: 1. Manajemen Keuangan Publik Bank pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola keuangan publik, termasuk penerimaan dan pengeluaran negara. Mereka memproses transaksi keuangan pemerintah, mengelola anggaran, dan memastikan keseimbangan keuangan yang sehat. 2. Penyediaan Layanan Perbankan untuk Pemerintah Bank pemerintah menyediakan layanan perbankan khusus untuk pemerintah. Ini termasuk penempatan dana pemerintah, pembiayaan proyek-proyek pembangunan, dan pelaksanaan transaksi keuangan pemerintah secara efisien. 3. Pelaksanaan Kebijakan Moneter Bank pemerintah seringkali menjadi pelaksana kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral. Mereka dapat berpartisipasi dalam pengaturan suku bunga, kontrol uang beredar, dan kebijakan lainnya untuk mencapai tujuan stabilitas ekonomi. 4. Pembiayaan Pembangunan. Salah satu peran kunci bank pemerintah adalah memberikan pembiayaan untuk proyek-proyek pembangunan nasional. Mereka dapat memberikan pinjaman jangka panjang untuk mendukung sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, energi, dan industri. 5. Dukungan terhadap Sektor-sektor Kunci. Bank pemerintah dapat memberikan dukungan finansial khusus untuk sektor-sektor yang dianggap strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat mencakup sektor pertanian, pendidikan, dan kesehatan. 6. Penyelenggaraan Program Pemerintah. Bank pemerintah dapat menjadi penyelenggara program-program pemerintah, seperti program bantuan sosial atau program kredit bagi sektor-sektor tertentu. 7. Pengelolaan Risiko Keuangan. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga keuangan yang besar, bank pemerintah juga berperan dalam mengelola risiko keuangan. Hal ini mencakup pemantauan dan penilaian risiko, serta penerapan strategi untuk mengurangi dampak risiko keuangan yang mungkin timbul. 8. Mendukung Kestabilan Sistem Keuangan. Bank pemerintah dapat berkontribusi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Mereka memiliki peran penting dalam menangani krisis keuangan dan memberikan dukungan finansial guna mencegah dampak yang lebih besar pada perekonomian.
-
Apa yang diraih oleh Bank Syariah Indonesia? BSI mendapatkan penghargaan sebagai The Indonesia Customer Experience of The Year – Banking Award dalam ajang Asian Experience Awards 2023.
-
Bagaimana Bank Indonesia memperkuat ketahanan eksternal dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan? "Bank Indonesia juga terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," tegas dia.
-
Bagaimana cara bank pemerintah berperan dalam mengatasi tantangan ekonomi? Selain itu, bank pemerintah juga seringkali memiliki peran strategis dalam mengatasi tantangan ekonomi, seperti mengelola krisis keuangan dan memberikan dukungan finansial kepada sektor-sektor yang dianggap vital bagi pembangunan ekonomi.
-
Di mana Perpustakaan Bank Indonesia di Surabaya berada? Perpustakaan ini terletak di tengah kota, tepatnya di Jalan Taman Mayangkara, Kelurahan Darmo, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya.
-
Kapan Gedung De Javasche Bank diresmikan? Gedung De Javasche Bank ini diresmikan pada 30 Juli 1907, disusul dua kantor cabang lainnya pada 15 Januari 1908 dan 3 Februari 1908.
"Sistem keuangan Indonesia berdaya tahan dalam menghadapi dampak penutupan sejumlah bank di AS maupun dari keketanan kondisi pasar kuangan global," ungkapnya dalam acara Peluncuran Buku: Kajian Stabilitas Keuangan No 40 di Jakarta, Rabu (10/5).
Perry mencatat, realisasi pembiayaan tumbuh 11,35 persen secara tahunan pada 2022 lalu. Tren positif ini terus berlanjut hingga memasuki kuartal I-2023. "Ketahanan (industri perbankan) juga tetap terjaga ditopang oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan juga risiko kredit yang terkendali (Non Performing Loan/NPL)," imbuhnya.
Capaian ini tak lepas dari kian rendahnya proporsi kepemilikan asing dalam Surat Berharga Negara (SBN). Sehingga, gejolak keuangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) berdampak kecil terhadap sistem keuangan di dalam negeri.
"Inklusi ekonomi dan keuangan juga terus meningkat sejalan dengan peningkatan pembiayan kinerja UMKM yang tumbuh positif. Kami sampaikan terimakasih kepada industri perbankan yang terus meningkatkan fungsi intermediasi dan penyaluran pembiayaan untuk UMKM," imbuhnya.
Meski begitu, Bank Indonesia terus mewaspadai sejumlah ancaman internasional yang berpotensi mengganggu industri perbankan dalam negeri. Antara lain memperkuat sinergi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memperkuat pencegahan krisis maupun mendorong kredit pembiayan ke sektor rill.
"Koordinasi juga terus dilakukan baik dengan prioritas sektor keuangan dengan para pelaku perbankan maupun non bank dan dunia usaha. Semuanya diarahkan untuk mendorong pemulihan dan transformasi ekonomi nasional," pungkasnya.
Gawat, Ada 186 Bank di Amerika Serikat Terancam Bangkrut
Sebelumnya, sebuah studi tentang kerapuhan sistem perbankan Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa 186 bank lagi berisiko gagal atau bangkrut di negara tersebut. Salah satunya, Silicon Valley Bank dan Signature Bank sudah bangkrut pada Maret 2023 lalu.
"Bahkan jika hanya setengah dari deposan mereka yang tidak diasuransikan (deposan yang tidak diasuransikan akan kehilangan sebagian dari simpanan mereka jika bank gagal, berpotensi memberi mereka insentif untuk lari) memutuskan untuk menarik dana mereka," tulis Usatoday.com dikutip di Jakarta, Jumat (5/5).
Penyebab banyaknya Bank regional gagal karena kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif untuk meredam inflasi. Kenaikan suku bunga sendiri telah mengikis nilai aset bank seperti obligasi pemerintah dan sekuritas yang didukung hipotek.
Padahal, sebagian besar obligasi membayar suku bunga tetap yang menjadi menarik saat suku bunga turun, menaikkan permintaan dan harga obligasi. Di sisi lain, jika suku bunga naik, investor tidak akan lagi memilih suku bunga tetap yang lebih rendah yang dibayarkan oleh obligasi, sehingga menurunkan harganya.
"Banyak bank meningkatkan kepemilikan obligasi mereka selama pandemi, ketika simpanan berlimpah tetapi permintaan dan imbal hasil pinjaman lemah. Bagi banyak bank, kerugian yang belum direalisasi ini akan tetap di atas kertas. Tetapi yang lain mungkin menghadapi kerugian nyata jika mereka harus menjual sekuritas untuk likuiditas atau alasan lain," menurut Federal Reserve Bank of St. Louis.