120 Penyair dari 8 negara akan berkumpul di Banda Aceh
Di acara tersebut nantinya akan diluncurkan juga 27 judul buku karya penyair dari berbagai negara.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah akan membuka secara resmi acara Temu Penyair Internasional 8 Negara (TP8N), Jumat malam (15/7) di Anjong Mon Mata, Banda Aceh.
Acara yang digagas oleh Dinas Kebudayaan & Pariwisata (Disbudpar) Aceh bekerja sama dengan Lapena berlangsung dari tanggal 15 sampai 18 Juli 2016 di Banda Aceh. Selama acara itu, selain ada seminar internasional juga ada pentas seni seperti pembacaan syair dari berbagai negara.
"Awalnya panitia rencanakan mengundang sekitar 100 orang, namun dalam perjalanan bertambah jadi 120 orang. Mudah-mudahan semua peserta bisa hadir dalam acara ini," kata Koordinator TP8N, Helmi Hass kepada merdeka.com, Jumat (15/7).
Pada malam pembukaan, Gubernur juga akan meluncurkan 27 judul buku karya penyair dari berbagai negara. Buku-buku tersebut akan dipamerkan dan dibedah pada acara seminar internasional, Sabtu (16/7) di Gedung ACC Sultan Selim, Banda Aceh.
Acara ini juga dimeriahkan ekspresi sastra dan seni, akan tampil delegasi mewakili negara untuk membacakan puisi. Masing-masing, Atzimba Luna Becerril (Meksiko), Amir Rahimi (Iran), Yang Seung Yoon (Korea Selatan), Nik Abdul Rakib bin Nik Hassan (Thailand), Raja Ahmad Aminullah (Malaysia), Zefri Hariff (Burnai Darussalam), Anie Din (Singapura) dan Rida K Liansi (Indonesia).
Menurutnya, buku puisi penyair dari luar Indonesia yang sudah siap diluncurkan dari Malaysia antologi puisi Prof Siti Zainon Ismail, dua judul buku (Puisi Putih Sang Kekasih dan Surat dari Awan) serta Rosmiaty Shaari (Daun Nan Bercinta).
Dari Singapura, antologi puisi Anie Din (Bahtera Besar Siapa Punya) dan Korea Selatan, buku Prof Yang Seung Yoon (Spirit Budaya Korea).
"Keempat penyair luar ini sudah lama mendaftar diri untuk diluncurkan bukunya dalam pertemuan penyair delapan negara di Aceh," imbuhnya.
Sedangkan dari Indonesia, sebut Helmi, buku yang akan diluncurkan antologi puisi Maman S Mahayana (Jejak Seol), Mahwi Air Tawar (Taneyan), Ahmadun Yosi Herfanda (Dari Negeri Daun Gugur), Isbedy Stiawan ZS (Melipat Petang ke dalam Kain Ibu).
Selanjutnya ada Fakhrunnas Jabar (Air Mata Musim Gugur), Ramayani Riance (Behrouz dan Pertunjukan Hujan). Dino Umahuk (Laut Maluku Lekuk Tubuhku), Arsyad Indradi (Puisi 1500 Haiku), Ibnu Mahyudi, dua buku (Dari Negeri Ironi dan Setengah Perjalanan), Ika Mustika (Mustika 40 Puisi), Kunni Masrohanti (Perempuan Ibu), Sastri Bakri (Kebenaran Tanpa Rasa Takut) dan Rudi Fofid Dkk (Mata Ombak).
Sementara buku penyair Aceh, tambah Helmi, masing-masing antologi puisi D Kemalawati (Bayang Ibu), LK Ara (Kau Pergi), Fikar W Eda (Sepiring Mie Aceh, Secangkir Kopi Gayo, Bertalam Giok Nagan), Rosni Idham (Nyanyian Sukma).
Antologi puisi Salman S Yoga (White Orchids Gayo Soil), Larasati Sahara (Hujan di Atas Kertas), Mahdi Idris (Kidung Setangkai Sunyi) dan Teuku Ahmad Dadek Dkk (Jejak Jati Diri).