17 Orang meninggal karena macet di Brebes, Pemerintah minta maaf
Tjahjo mengungkapkan, pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintah menyampaikan permohonan maaf atas meninggalnya 17 orang selama arus mudik lebaran 2016. Penyebab meninggal beragam. Tidak hanya karena kecelakaan lalu lintas, tapi juga karena terlalu banyak menghirup apnoe causa CO2 toksic dari pendingin udara kendaraan.
"Terjadinya musibah sebagian warga masyarakat pada saat kemacetan di Pantura daerah Kabupaten Brebes, Saya Mendagri atas nama pemerintah menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat yang mudik, khususnya kepada keluarga yang tertimpa musibah," katanya Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo melalui pesan singkat, Sabtu (9/7).
Tjahjo mengungkapkan, pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat saat arus mudik lebaran. Mulai dari mempercepat proses pembayaran jalan tol hingga melakukan perbaikan jalan. Sehingga masyarakat dapat nyaman mudik menggunakan jalur darat.
"Adanya musibah dan masih adanya kekurang nyamanan dalam perjalanan menjadi evaluasi kami pemerintah khususnya Kemendagri, sekali lagi sebagai Mendagri kami mohon maaf," tutup politisi PDI Perjuangan ini.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan menyatakan penyebab meninggalnya 17 pemudik dalam perjalanan pulang ke kampung halaman melalui jalur Brebes, Jawa Tengah, bukan disebabkan kemacetan. Berdasarkan laporan yang diterima Dinas Kesehatan Daerah, meninggalnya pemudik tersebut terjadi dalam tiga hari sejak 3 hingga 5 Juli 2016, di berbagai tempat dan dengan berbagai faktor risiko.
"Bukan akibat macet dalam satu hari dan satu tempat yang sama seperti diberitakan sejumlah media," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Oscar Primadi dalam siaran tertulis di Jakarta, Rabu (6/7).
Sementara itu, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Achmad Yurianto menjelaskan beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab korban meninggal antara lain kelelahan dan kekurangan cairan. Kondisi tersebut dapat berakibat fatal terlebih bagi kelompok rentan seperti anak-anak, orang tua, dan pemudik dengan penyakit kronis (hipertensi, diabetes, jantung).
"Ditambah lagi kondisi kabin kendaraan yang relatif sempit serta tertutup dengan pemakaian AC terus menerus akan menurunkan oksigen serta naiknya CO2," kata Yuri.
Untuk mencegah agar kejadian serupa tidak terulang, Kemenkes mengingatkan masyarakat yang akan menjalani perjalanan jauh selama arus mudik dan balik Lebaran, agar selalu menjaga kesehatan dan mengutamakan keselamatan.
Saat ini Kemenkes telah menyiagakan 3.583 sarana kesehatan yang terdiri dari 870 posko kesehatan, 2.000 puskesmas, 371 rumah sakit, dan 207 kantor kesehatan pelabuhan (KKP).
"Bila lelah, mengantuk, atau merasa kurang prima, para sopir atau pemudik bisa manfaatkan fasilitas ini. Setelah segar, perjalanan dapat dilanjutkan," kata Oscar.
Kemenkes juga telah menyiapkan layanan darurat medik 119 yang dapat digunakan masyarakat untuk mendapat pertolongan kesehatan. "Kalaupun ambulans belum tiba, operator akan memandu tindakan emergensi apa yang dapat dilakukan keluarga, kerabat atau pemudik yang sakit. Dengan demikian kejadian yang tidak diharapkan dapat diminimalisasi," tambah Oscar.
Sebelumnya, dikabarkan sebanyak 17 pemudik meninggal dunia selama terjebak kemacetan di sepanjang ruas Tol Pejagan-Brebes pada Senin (4/7). Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, memprediksi kematian belasan pemudik selama kemacetan tersebut disebabkan oleh kondisi kesehatan pemudik yang kurang baik, selain itu juga mobil ambulans sulit menjangkau lokasi.
Penyebab meninggal beragam. Tidak hanya karena kecelakaan lalu lintas, tapi juga karena terlalu banyak menghirup apnoe causa CO2 toksic dari pendingin udara kendaraan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memaparkan data korban meninggal. Berikut data yang diterima merdeka.com dari BNPB.
1. Kejadian tanggal 29 Juni 2016, Taklim (46) kecelakaan motor di Bojongsari. Korban meninggal di tempat kejadian. Korban membawa ayam dan menabrak motor yang berlawanan arah dan motor terbakar bersama korban.
2. Kejadian tanggal 30 Juni 2016, Motor menabrak truk yang sedang berhenti di depan RM. Amanda kec. Paguyangan. Korban sempat dibawa ke puskesmas Paguyangan kemudian dirujuk ke RS menggunakan Ambulans RSUD Bumiayu. Korban meninggal dunia 1 org asal Banyumas
3. Kejadian tanggal 30 Juni 2016 pukul 16.15 wib. Okta Tri Utami (36) meninggal dunia, Erni Rosita (19) luka berat terlibat dalam kecelakaan tunggal mobil di jalan alternatif Songgom-Larangan.
4. Kejadian tanggal 1 Juli 2016. Taryona (39) tertabrak kereta di Mundu dan langsung meninggal dunia.
5. Kejadian tanggal 1 Juli 2016. Komar (40) yang tak lain tukang becak, meninggal setelah ditabrak mobil pemudik. Mobil tersebut langsung melarikan diri.
6. Kejadian tanggal 2 Juli 2016. Khariri (40) Karang Dempel meninggal akibat tersengat listrik di puskesmas Kecipir.
7. Kejadian tanggal 3 Juli 2016. Azizah, balita baru berumur 1,4 tahun meninggal akibat terlalu banyak menghirup apnoe causa CO2 toksic pendingin udara karena terjebak macet dan AC mobil hidup lebih dari 6 jam. Azizah meninggal dalam perjalanan ke puskesmas Tanjung
8. Kejadian tanggal 3 Juli 2016. Yuni Yati (50) asal Magelang mengalami sakit berat dan sempat dirujuk ke Rumah sakit Bhakti Asih. Namun nyawanya tak tertolong.
9. Kejadian tanggal 3 Juli 2016 sekitar pukul 16.00 WIB. Turinah (53) asal Kebumen meninggal di RM Minang Karangbale.
10. Kejadian 4 Juli 2016. Sundari (58) asal Purworejo meninggal di dalam bus Pahala Kencana yang terjebak macet.
11. Kejadian tanggal 4 Juli 2016 pukul 18.30 WIB. Susyani (36) asal Cibinong- Bogor meninggal setelah turun dari bus Rosalia Indah. Sebelum meninggal korban mengalami pusing karena terjebak kemacetan di jalan karangbale Larangan. Sebelum meninggal korban sempat jatuh pingsan dan selanjutnya dibawa ke puskesmas Larangan
12. Kejadian tanggal 4 Juli 2016. Sariyem (45) asal Banyumas. Dia diturunkan dari travel di klinik dr Desy Wanacala. Korban mengalami pingsan karena kelelahan. Tidak ada luka sama sekali. Namun ternyata korban sudah dalam keadaan meninggal. Selanjutnya jenazah dipulangkan ke Banyumas menggunakan mobil jenazah dr RSUD Soeselo.
13. Kejadian tanggal 4 juli 2016 pukul 23.00 WIB. Suharyati (50) meninggal setelah turun dari bus Sumber Alam yang terjebak kemacetan di jalan Karangbale Larangan. Dia sempat dibawa ke puskesmas dalam kondisi sudah meninggal dunia.
14. Kejadian tanggal 4 juli 2016 jam 20.00. Poniatun (46) asal Madureso, Kebumen meninggal usai makan di RM Mustika Indah Ciregol Tonjong. Jenazah sudah dibawa menuju Kebumen menggunakan ambulans puskesmas Tonjong.
15. Kejadian tanggal 5 Juli 2016 sekitar pukul 06.30 WIB. Rizaldi Wibowo (17) asal Kendal meninggal dalam bus yang terjebak macet.
16. Kejadian tanggal 5 juli 2016, sekitar pukul 06.30 WIB. Suhartiningsih (49) meninggal dalam mobil pribadi.
17. Kejadian tanggal 5 Juli 2016. Sumiatun (67) asal Pademangan Serpong Tangerang Rt 6 Rw 3, meninggal dunia di dalam bus di Dk. Siramin Slatri. Korban sempat dirujuk ke RSUD Brebes.
Baca juga:
Hamil muda, Yanti alami kontraksi saat arus balik lebaran
Curhat pedagang oleh-oleh, terpinggirkan sejak Tol Cipali beroperasi
H+2 Lebaran, 150.851 motor dan 13.401 mobil masuk Jabodetabek
Kakorlantas: Masyarakat jangan trauma lewat tol Cipali dan Brebes
Macet parah di Brebes, Kapolda Jateng sebut warga ingin lewat tol
-
Kapan puncak arus mudik Lebaran diperkirakan terjadi? Arus mudik Lebaran diperkirakan terjadi pada 19-21 April 2023.
-
Dimana terjadi kepadatan arus mudik menjelang Lebaran 2024? Kepadatan mulai terjadi di kawasan Pelabuhan Merak, Banten, oleh rombongan pemudik yang ingin berpergian lewat jalur laut.
-
Kapan puncak arus mudik diperkirakan terjadi? "Kemudian dari data yang kami dapatkan sampai sejauh ini puncak arus mudik diperkirakan akan terjadi pada H-4 Lebaran, ada sekitar 125 ribu penumpang kereta api saat ini yang sudah membeli di H-4 tersebut," katanya seperti dilansir dari Antara.
-
Mengapa arus mudik di Pelabuhan Merak mengalami peningkatan? Lisye menyebut pemudik yang meninggalkan Jabodetabek mengarah ke Merak telah mengalami peningkatan sebesar 2,35% dari lalin normal.
-
Kenapa Festival Tembakau Madura diadakan? Festival Tembakau Madura diinisiasi dan dikerjakan oleh masyarakat Desa Lebeng Timur yang berprofesi sebagai petani tembakau.Festival ini jadi bentuk ungkapan rasa syukur petani atas hasil bumi berupa tembakau.