4 Hal janggal sebelum pesawat Lion Air jatuh di Karawang
Pesawat dengan tipe Boeing 737 Max 8 itu mengangkut 189 penumpang.
Kabar duka kembali datang dari dunia penerbangan Indonesia. Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 61 jurusan Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) pagi.
Pesawat dengan tipe Boeing 737 Max 8 itu mengangkut 189 penumpang. Sebelum jatuh, terdapat beberapa hal janggal dari pesawat Lion Air. Berikut rangkumannya:
-
Bagaimana cara Lion Air merawat pesawatnya? Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro mengungkapkan, Batam Aero Technic (BAT) menjalankan proses MRO secara transparansi dan kepatuhan terhadap standar internasional. Setiap pesawat diperlakukan (penanganan) penuh perhatian dan ketelitian, mengikuti regulasi yang ketat industri penerbangan.
-
Kenapa pesawat Lion Air masuk bengkel? Pesawat memasuki bengkel atau hanggar untuk menjalani proses Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) karena alasan krusial yang berkaitan dengan keamanan, kinerja, dan keandalan pesawat.
-
Apa saja jenis perawatan yang dilakukan pada pesawat Lion Air? Berbagai jenis pemeriksaan perawatan dan perbaikan pesawat terbang yang dilakukan di bengkel atau di bandar udara (line maintenance) Pemeriksaan harian yang dilakukan sebelum dan sesudah pesawat terbang beroperasi, seperti sebelum keberangkatan (preflight check/ inspection), transit check dan daily inspection.
-
Kapan pesawat Lion Air masuk bengkel untuk perawatan? Jadwal ini mencakup interval waktu, jam terbang, atau jumlah pergerakan (lepas landas dan mendarat) yang harus dipenuhi oleh pesawat udara sebelum masuk bengkel.
-
Kapan Air Terjun Nyarai terbentuk? Di sini, kamu bisa menikmati gemuruh air dan kolamnya yang terbentuk sejak ratusan tahun lalu.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
Lion Air JT 610 sempat minta kembali ke bandara
Sebelum pesawat Lion Air JT 610 hilang kontak dan jatuh di perairan Karawang, pilot Bhavye Suneja sempat meminta kembali ke bandara. Tapi setelah itu hilang dari radar. Permintaan ini cukup janggal lantaran tidak diketahui alasan pilot Bhavye ingin kembali ke bandara.
"Pesawat sempat meminta return to base sebelum akhirnya hilang dari radar," kata Kepala Bagian Kerja Sama dan Humas Ditjen Perhubungan Udara, Sindu Rahayu.
Tak pancarkan sinyal ELT
Kejanggalan lainnya dari peristiwa Lion Air JT 610 jatuh yakni pesawat tidak memancarkan sinyal emergency locator transmitter (ELT). Diduga pilot Bhavye Suneja tidak sempat menyalakan sinyal ELT.
ELT adalah perangkat penentu lokasi pesawat yang merupakan bagian dari standar peralatan pada pesawat. "Enggak (sempat transmit). Berarti enggak diaktifkan (pilot)," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di Kantor Basarnas.
Sempat alami kendala teknis
Dirut Lion Air Group Edward Sirait mengatakan sebelum terbang ke Pangkalpinang, JT610 mendarat dari Denpasar. Usai dari Denpasar, pesawat nahas tersebut mengalami kendala teknis. Namun, ia mengklaim kendala teknis tersebut sudah diselesaikan oleh engineer atau teknisi sesuai ketentuan.
"Pesawat terakhir terbang dari Denpasar-Cengkareng dalam posisi memang ada laporan ada masalah teknis," ujar Edward kepada wartawan di kantornya.
Terjadi penurunan ketinggian
Dalam data Flightradar24, terlihat ada penurunan ketinggian secara mendadak. Pada pukul 6.31 WIB lewat 10 detik pesawat berada di ketinggian 5.450 kaki. Kecepatan pesawat 324 knots.
Namun pada pukul 6.31 WIB lewat 25 detik, ketinggian sudah merosot menjadi 4.900 kaki. Kecepatan pesawat 322 knots. Kemudian 10 detik kemudian terjadi kembali penurunan ketinggian menjadi 4.850 kaki dengan kecepatan yang sama.
(mdk/has)